Kisah Kita?

Jika saja mesin waktu itu benar-benar ada, aku hanya ingin kembali ke masa di mana aku hampir mengenalmu. Masa di mana aku hanya sekadar melihat wajahmu tanpa tahu siapa kamu. Masa di mana kamu hanyalah sosok asing yang kebetulan harus berada di waktu dan tempat yang sama denganku. Masa di mana aku masih bisa mencegah semua rasa yang masih berpendar hingga kini.

Tunggu....atau mungkin seharusnya aku bukan pergi ke masa di mana kita hampir saling mengenal, melainkan ke masa di mana aku masih bisa menghindar untuk bertemu denganmu. Memoriku berkata bahwa aku sudah jatuh hati saat pertama kali melihatmu. Saat pertama kali menatap wajah dan juga senyuman kecil yang kerap mampir di bibirmu. Saat pertama kali aku mendengar beratnya nada suaramu menyapa. Saat pertama kali kamu muncul di hadapanku dan menganggu waktu bekerja ku. Saat-saat pertama kali yang membuat riak ombak di samudera hatiku pun berdesir halus dengan indahnya.

Entah apa yang membuatku mudah menurunkan jangkar hati kala itu. Mungkin, kala itu kehadiranmu memberi warna baru dalam lembar kisah hidupku. Kala itu juga aku menemukan kenyamanan yang selama ini hilang dalam perjalananku. Masa di mana senyum dan tawa riangmu sekejap memenuhi relung hariku. Sampai akhirnya aku terdampar dan merasa tidak akan mampu jika harus kehilanganmu.

Namun kita hidup, maka cepat atau lambat perpisahan pasti akan datang. Masih segar dalam lipatan otakku saat di mana kita berusaha menghindari takdir perpisahan. Tatapan matamu kosong, senyum khas dan juga tawamu sirna. Saat itu aku hanya bisa berharap bahwa kelak semesta akan kembali mempertemukan kita. Entah kapan, entah di mana, yang pasti kembali bersama.

Andai aku bisa memutar waktu tepat di saat terakhir kita saling melambaikan tangan dan berpisah. Saat di mana seluruh harapan itu bersiap pergi meninggalkan kita. Saat di mana hatiku pun berbisik bahwa ini adalah awal dari perpisahan kita. Saat itu seharusnya aku memelukmu dengan erat.

Kini bukan bukan perpisahan yang aku renungi. Bukan ketiadaanmu yang aku tangisi. Bukan juga kehampaan hati yang kerap mendera yang aku kutuki. Namun kenyataan bahwa tidak ada ucapan selamat tinggal yang aku sesali. 

We do have time for a proper good bye, but we just didn't do it....
 I do still wondering why?

Kisah Kita?

by on 1:23:00 pm
Kisah Kita? Jika saja mesin waktu itu benar-benar ada, aku hanya ingin kembali ke masa di mana aku hampir mengenalmu. Masa di mana ak...
Red Sun, Tongkrongan Baru Para Pecinta Kuliner Korea Selatan


Entah ini kali ke berapa saya menulis tentang restoran yang menyajikan masakan Korea Selatan. Selain memang karena saya adalah seorang yang menggemari makanan Negeri Gingseng, bisa dibilang belakangan restoran masakan Korea benar-benar menjamur di Indonesia, terlebih di Ibukota Jakarta. Setiap bulan ada saja kabar mengenai restoran masakan Korea baru buka yang nyangkut di telinga saya. Salah satunya restoran bernama Red Sun yang berlokasi di Lantai 3 Mall Lotte Shopping Avenue, Karet Kuningan, Jakarta Selatan. Tanpa banyak pikir di satu hari Sabtu yang indah beberapa minggu lalu saya akhirnya mampir dan mencicipi masakan Negeri Ginseng restoran yang satu ini.

Menempati satu outlet berukuran sedang dengan dekorasi interior putih hitam dengan sentuhan lampu gantung yang bergaya industrial serta set bangku dan meja bergaya modern, Red Sun restoran memiliki dua area makan terpisah di bagian depan restoran dan bagian dalam restoran serta satu area dapur dengan konsep terbuka. Satu hal yang menarik perhatian saya dari interior Red Sun, saat Anda bisa menemukan beberapa kepala jagoan Avengers tertanam di dinding restoran. Sejenak saya pun menyempatkan diri memutar leher saya ntuk mecari siapa saja jagoan yang mereka benamkan kepalanya di sana and I met Iron Man plus Spidey there...yeaaaaay!!!
 
Untuk urusan makanan yang dihidangkan, dilihat dari menu yang mereka pilih nampaknya Red Sun mengkhususkan diri sebagai restoran Korea yang memasak makanan yang lumayan mudah kita ditemui di pinggir jalan Korea, atau kerennya disebut sebagai street food. Menu yang mereka hadirkan seperti Toppoki, Mandu, Gimbap, Odeng, dan juga Bingsu. Tapi jangan salah, mereka juga menghidangkan jenis makanan berat ala korea seperti Bokumbap, Bibimbap, Nengmyon (Ramen Dingin), Japchae, serta Ayam Goreng khas Korea Selatan. Kala itu saya akhirnya memesan Mandu dan Gimbap, sementara kedua teman saya yang lain memesan Bibimbap, Ayam Goreng, dan Odeng, and I do love their food식을 맛 있어! Rasa Mandu milik Red Sun sukses membawa saya kembali hanyut ke dalam kenangan menikmati seporsi mandu panas di pinggiran Guro, Seoul beberapa waktu silam. God, I miss that city for sure!

Sejujurnya saya tidak heran jika restoran ini memiliki rasa masakan Korea yang mirip dengan masakan di negara asalnya, alasannya karena koki mereka adalah orang Korea asli. Saat berkunjung kesana kebetulan yang memasak langsung semua pesanan kami masih orang asli Korea, tebakan saya itu adalah pemiliknya. Masalah harga, rasanya Red Sun membandrol harga makanannya masih dalam kategori yang wajar. Cukup bersaing di antara sesama restoran masakan Korea lainnya.

Gimbap

Dari semua hidangan Red Sun, saya masih penasaran untuk mencoba menu Mango Bingsu mereka. Saya sempat melirik ke meja sebelah yang kebetulan memesan menu tersebut penampilan Bingsunya benar-benar menggugah selera. Sayang kala itu perut ini sudah tidak muat lagi untuk dijejalkan menu dessert jadi lah saya masih ngidam untuk mencobanya.

Oh iya, bagi Anda yang cukup concern dengan masalah halal dan tidak halal, mungkin sebaiknya bertanya terlebih dahulu kepada koki atau pegawai restoran. Red Sun tidak menjual menu daging babi, tapi mereka menjual minuman beralkohol. Salah satu hal yang membuat restoran tidak mungkin bisa mendapatkan sertifikasi halal tentunya. So if you are not sure, please just ask. ^_^   

 


Nama Restoran: Red Sun
Alamat:
Jam Buka: Senin - Minggu (10.00 - 22.00/ Mengikuti jam buka Mall)

Map:




Baca Juga:
Food Street Korea yang Ramah di Dompet 
Sekilas Wajah Kota Seoul di Kota Kembang Bandung




 


(Just) Another Coffee Shop, Tempat Kongkow Asyik di Bilangan Sabang


Boleh dibilang saya tidak sengaja menemukan kedai kopi yang satu ini. Terletak di bilangan Sabang, Jakarta Pusat kedai kopi yang menamakan dirinya Another Coffee Shop ini berada di lantai dasar, satu gedung dengan restoran Steak Hotel by Holy Cow dan Sere Manis. Lokasinya tepat di wilayah sudut lampu merah Sabang yang menuju arah Jalan Kebon Sirih.

Interior Another Coffee Shop
Kedai kopi yang satu ini memilih nuansa minimalis untuk dekorasinya dengan dominasi warna putih dan furnitur dari bahan kayu dan juga beberapa sofa empuk di sisi kiri kafe. Ruangan di dalamnya terbagi menjadi dua ruangan yang saya rasa sama besar, yaitu area bebas asap rokok dan area merokok. Seating arrangement yang mereka hadirkan di antaranya meja untuk dua orang dan empat orang.

Untuk menu kopi, Berbeda dengan kopi shop lokal yang biasanya mengambil biji kopi dari rumah roasting lokal. Logo ILLY di depan kasir jelas menjelaskan bahwa Another Coffee shop menggunakan Biji Kopi hasil olahan Illy Caffe. Satu rumah roasting kopi asal Italia yang dibangun pada tahun 1933. Sementara itu pilihan kopi yang dihadirkan oleh Another Coffee Shop boleh dibilang cukup beragam, untuk minuman dengan coffee based, Another Coffee Shop menyajikan mulai dari Single Espresso, Macchiato, Cappucino, Latte, dan Americano. Sementara untuk minuman coffee based dingin, mereka memiliki menu Iced Cappucino, Iced Hazelnut Latte, Iced Caramel Latte, dan Iced Coffee Mocha.

Anda bukan pecinta kopi? Jangan khawatir mereka juga menyajikan berbagai minuman non-coffee seperti Green Tea Latte, Hot Chocolate, Hot Tea, Iced Green Tea Latte, Iced Chocolate, Lychee Tea, Taro Latte, Red Velvet Latte, Taro Latte, Thai Latte, dan Vanilla Latte. Kedai ini juga menghadirkan beberapa menu Mocktail seperti Blue Ocean, Tropical Island, Virgin Strawberry, dan Mint Cooler. Lumayan beragam kan!

Dalam kunjungan kali ini, saya memesan satu menu andalan yang selalu dipilih jika saya mendatangi kedai kopi untuk pertama kali, apalagi kalau bukan Latte panas. Bagi sebagian orang mungkin Latte masuk kategori kopi yang tidak terlalu kopi, karena memang komposisi susu lebih banyak dibandingkan kopi. Namun apa mau dikata, menu yang satu itu terlanjur menjadi menu favorit saya.

Tidak perlu menunggu lama, segelas latte panas akhirnya tersaji di depan saya dan saya sudah jatuh cinta dengan rasanya sejak seruput pertama. Another Coffee Shop memiliki cita rasa kopi yang cukup berkarakter bagi saya, perpaduan antara pahitnya kopi dan manisnya susu terbilang pas! Positif kedai kopi ini akan kembali saya kunjungi di kesempatan lain di masa depan.

Untuk menu selain menu minuman, kedai ini memiliki snack yang cukup variatif. Bahkan bukan hanya sekadar snack, karena Anda juga bisa memesan makanan besar di sini. Beruntung karena Another Coffee Shop memiliki dapur terhubung dengan Restorna Khas Masakan Indonesia yaitu Sere Manis. Saya menjajal menu Mendoan Bakar dan Tape Goreng. Porsinya pas dan rasanya tidak mengecewakan.

Selain makanan dan minuman yang memuaskan, bisa dibilang suasana di dalam kafe juga menjadi hal favorit saya di sini. Another Coffee Shop sangat nyaman, sehingga saya betah menghabiskan waktu di sana. Terlebih kala itu hujan turun. Dinding kaca besar yang menghadap ke jalan tampak romantis dengan pemandangan hujan dan kelap-kelip lampu kendaraan yang sedang bersliweran di jalan. Maklum saya datang saat para pejuang Jakarta tengah bergegas memenuhi jalan untuk pulang ke rumah. Sementara saya memang lebih memilih mengistirahatkan diri dan menikmati sore ketimbang berjibaku dengan kerasnya Ibukota.    
 







Nama Kedai: Another Coffee Shop
Alamat: Gedung Sere Manis, Jl. Sabang No. 16, Menteng, Jakarta
Jam Buka: Senin - Minggu (07.30 - 23.00)
Peta:


Baca Juga:
Berobat Jalan Ke Klinik Kopi 
Armor Kopi, Kombinasi Lengkap Antara Alam dan Secangkir Kopi