Movie Review:
Predestination: Mesin Waktu ala Ethan Hawke


Awalnya tidak ada niatan sama sekali untuk menyaksikan film yang satu ini. Semua terjadi karena saat itu tidak ada lagi film yang saya dan sahabat saya Arinda ingin tonton. Berbekal dengan tanda bintang banyak di poster film akhirnya kita memutuskan untuk menonton film Predestination. Buat saya pribadi saya memang berharap film ini bagus, mengingat sudah cukup lama juga saya tidak melihat Ethan Hawke berlaga di layar lebar. Film yang menceritakan kisah perjalanan lintas waktu yang dilakukan oleh seorang agen yang mempunyai misi untuk menghentika serangan seorang teroris yang kerap disebut dengan nama "Fizzle Bomber". Bomb berhasil dihentikan namun sayangnya sang agen mengalami cedera hebat dan pelaku berhasil melarikan diri. Hal ini menyebabkan dia harus kembali ke masanya untuk melakukan perawatan dan proses operasi plastik terhadap wajahnya. Sembuh dari cedera yang dialaminya ia lalu mendapat tugas yang disebut sebagai "Final Assignment". Pekerjaan ini mengharuskan dia melakukan lompatan waktu ke masa lalu, diceritakan bahwa ia harus melompat ke tahun 1970 dengan menggunakan kotak biola yang berfungsi sebagai mesin waktunya (oke mulai berasa Doraemon). Di sini ia menyamar sebagai seorang bartender yang akhirnya ia bertemu dengan seorang pelanggan yang berprofesi sebagai penulis. "Unmarried Mother" adalah nama yang ia gunakan dalam karyanya. Ia pun menceritakan kisah cintanya ya termasuk aneh, dimana pria itu mengatakan bahwa dahulu ia adalah seorang wanita.

Selesai menceritakan kisah cintanya yang terhitung trafis, sang bartender mengatakan bahwa ia berjanji bisa membuatnya bertemu dengan sang pria yang telah menyakiti hatinya dahulu. Syaratnya hanya satu, ia mau mengikutinya melakukan lompatan waktu ke masa lalu. Merasa dipermainkan sang penulis sempat menolak, namun ia memutuskan untuk mengikuti sang bartender setelah sang bartender membuka data diri sang penulis yang ia ketahui, bingung pastinya mengingat mereka belum pernah bertemu sama sekali.

Setuju mengikuti lompatan waktu, sang penulis kaget karena ternyata wanita yang ia temui dan patah hati adalah dirinya sendiri di masa masih menjadi seorang perempuan. Kemarahan dan kebingungan berkecamuk di hati sang penulis, ia menemui sang bartender dan memintanya untuk menjelaskan semua yang terjadi. Sang bartender hanya memintanya untuk melakukan satu kali lompatan dan ia akan mengetahui semuanya karena ia akan mengantikan posisinya sebagai seorang agen rahasia tersebut.

Entah apa sebenarnya yang ada dipikiran sang penulis Michael Spierig & Peter Spierig saat mereka menulis jalan cerita film ini. Satu pertanyaan besar (duileee) juga berkecamuk di kepala saya. Koq bisa kepikiran ya bikin jalan cerita macam gini. It was brilliant and insane at the same time. Kondisi dua jalan cerita yang berasal dari dua tokoh yang berbeda namun pada akhirnya semua hanya berpusat pada satu cerita. Kisah hidup yang diceritakan orang lain ternyata adalah masa lalunya sendiri.

Dari segi wardrobe dan faktor pendukung lainnya Spierig bersaudara tampaknya benar mengerjakan film ini dengan serius, setiap perpindahan masa selalu diikuti dengan perubahan penggunaan wardrobe yang terbilang cukup detail. Bahkan dalam filmnya mereka menyisipkan pernyataan bahwa untuk menyamar jadilah seperti orang kebanyakan, menyatu dengan sekitar dan jangan mencolok. Satu-satunya hal yang garing bagi saya malahan penggunaan kotak biola sebagai alat mesin waktunya.

Saat film ini selesai, orang-orang satu studio (yang saat itu hanya berisi lima orang tepatnya) hanya bisa tertawa dan geleng-geleng kepala, termasuk saya dan sahabat saya. Sahabat saya mengatakan bahwa film ini mirip seperti Interstellar, sayangnya saya pribadi belum sempat menonton film yang sempat heboh itu. Mengesampingkan semua kepusingan yang saya alami saat menyaksikan film ini, saya rasa film ini layak mendapatkan paling tidak satu penghargaan di salah satu festival film dunia. Oh iya, saran terbaik jangan menonton film ini pagi hari dan dalam kondisi lapar, Anda hanya akan kesal saja dibuatnya. 




Under My Lens: Sore Hari di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta

Stadion Utama Gelora Bung Karno terletak tepat di dalam komplek olahraga Senayan di kawasan Jakarta Selatan. Stadion ini merupakan stadion utama, karena ukurannya yang sangat besar dan berbeda jauh dengan ukuran stadion-stadion lainnya yang ada di dalam komplek. Stadion ini merupakan Stadion yang digunakan untuk kegiatan pertandingan sepak bola. Dibangun pada tahun 1960 dan selesai ditahun 1962, stadion ini dahulunya dipersiapkan sebagai fasilitas penyelenggaraan Asian Games ke-empat. Stadion ini tersohor dengan bentuknya yang melingkar seperti gelang perak raksasa yang biasa disebut dengan nama Temu Gelang.

Selain Asian Games ke-empat, stadion kebanggaan masyarakat Indonesia ini juga telah sukses menjalani perannya sebagai tuan rumah berbagai acara kompetisi olahraga internasional seperti SEA GAMES, Sudirman Cup, AFF, Tiger Cup, dan beberapa pertandingan persahabatan antara tim nasional Indonesia dengan klub-klub besar dunia seperti Juventus, Chelsea, Liverpool, Arsenal, dan Park Ji Sung Foundation. Kini Stadion Utama Gelora Bung Karno tengah dipersiapkan sebagai tuan rumah Asian Games tahun 2018 mendatang.

Stadion ini awalnya berkapasitas seabanyak 120.800 penonton, namun saat proses renovasi yang dilakukan tahun 2007 jumlah kapasitas stadion berkurang 88.083 penonton. Stadion ini dibagi menjadi 24 sektor dan memiliki 12 pintu masuk.

Kalau boleh jujur, ini kali pertama saya masuk dan menyaksikan pertandingan sepak bola langsung di dalam stadion (sisanya saya masuk stadion untuk menonton konser). Terbayang di pelupuk mata jika (saja) Timnas Indonesia bisa kembali menjadi macan Asian. Gemuruh suara penonton menyanyikan lagu Indonesia Raya yang hanya untuk pertandingan persahabatan ini saja tak ayal membuat semua bulu kuduk saya berdiri, bagaimana jika lagu itu berkumandang saat pertandingan antara Timnas Indonesia dengan Timnas Negara lain dalam satu pertandingan sepak bola kelas dunia. Pertandingan piala dunia misalnya.

Berikut beberapa momen yang berhasil saya abadikan saat saya berada di dalam stadion, this stadion is HUGE!!








-->
Edisi Ngacak-ngacak Dapur :
 Gimbap, Nasi Gulung Ala Negeri Ginseng
 (김밥)

Gimbap

First thing first..Happy New Yeaaaar...Selamat Tahun Baru...세해 복 많이 받아세요..semoga semuanya lebih baik tahun ini..Amiiin!!!

Setelah lama tidak punya cukup waktu (sok sibuk aje) buat menginvasi dapur, akhirnya libur tahun baru kemarin saya bisa kembali kesalah satu lokasi favorit saya yang satu itu. Kali ini saya mencoba satu menu dari negeri ginseng Korea Selatan yang bernama Gimbap..네, 저는 김밥을 만들었어요.

Gimbap adalah menu nasi gulung ala Korea, bentuknya menyerupai sushi roll, tetapi dengan varian isian yang berbeda dengan sushi. Sushi lebih identik dengan isian seafood dan sayuran mentah namun Gimbap biasanya diisi dengan tumisan daging sapi, sayuran rebus dan mentah ataupun kimchi. Gimbap bukan merupakan makanan pokok orang Korea, menu ini biasanya sebagai menu bekal sekolah atau bekal saat pergi wisata anak-anak di sana.

Proses pembuatan menu yang satu ini pun tidak sulit, saya belajar proses pembuatan masakan yang satu ini melalui video youtube milik Maangchi, dengan beberapa penyesuaian versi saya berikut resep Gimbap ala Syahrina Pahlevi…Check this out..
 

Gimbap/ 김밥 
Bahan:
6 lembar nori/ rumput laut kering ukuran besar
1/2 buah Zukini/ Timun Jepang, iris tipis memanjang
1/2 buah wortel, parut lalu rebus sebentar lalu tiriskan
3 buah telur ayam
Crab stick secukupnya, rebus sebentar lalu tiriskan
150 gram daging sapi, iris memanjang
Nasi putih secukupnya

Bumbu:
2 sdm kecap asin
2 siung bawang putih, cincang halus
2 sdm gula pasir/ brown sugar
Lada hitam secukupnya
Minyak wijen secukupnya

Cara membuat:
  • Cuci daging, siapkan mangkuk, campur kecap asin, bawang putih, gula pasir/ brown sugar dan lada hitam. Aduk rata.
  • Lumuri daging dengan bumbu hingga merata dan simpang kurang lebih selama 30 menit.
  •  Setelah 30 menit, panaskan penggorengan anti lengket. Lalu masak daging, aduk rata hingga matang merata. Taruh dalam mangkuk.
  • Taruh nasi putih dalam wadah, tuang sedikit minyak wijen lalu aduk rata.
  • Ambil lembaran nori, panggang sebentar di atas api (tetapi jangan sampai terbakar norinya).
  • Letakan lembaran nori diatas alat penggulung sushi (biasanya terbuat dari bambu, bisa juga digulung menggunakan tangan dengan diletakkan di atas permukaan yang rata)
  • Ambil nasi secukupnya, ratakan diatas nori, sisakan sekitar dua cm nori tanpa nasi di atasnya.
  • Susun isian Gimbab diujung dalam nori, tepat di atas nasi.
  • Lalu gulung perlahan hingga terbentuk tabung.
  • Lumuri Gimbap yang sudah di gulung dengan sedikit minyak wijen.
  • Potong Gimbap sesuai selera. Pastikan pisau yang anda gunakan untuk memotong cukup tajam, dan sediakan lap/ tisu basah untuk membersihkan pisau dari nasi yang menempel saat memotong. Memotong Gimbap dengan pisau yang penuh bekas nasi dari potongan sebelumnya membuat Gimbap tidak terpotong dengan baik.
  • Nikmati Gimbap dengan soyu atau kimchi

Selamat Mencoba...

Adios.. ^_^
Article on HELLO! Indonesia, Edisi Desember 2014  
Natal Bersama Bambang Reguna Bukit

Bambang Reguna Bukit pria kelahiran Ottawa, Kanada 31 tahun lalu ini lebih akrab disapa dengan panggilan Bams. Penggemar olahraga basket dan juga mantan vokalis band Samson ini pun berbagi kepada HELLO! Indonesia tentang keseruan suasana Natal yang terjadi setiap tahun di rumah keluarga besarnya.

MERAYAKAN DENGAN KELUARGA ITU WAJIB 

Pohon Natal yang menjulang tinggi dilengkapi dengan berbagai macam hiasan khas Natal adalah salah satu pernak-pernik Natal yang selalu ada di dalam rumah keluarga besar Bams yang terletak di bilangan Jakarta Selatan. Berkisah tentang perayaan Natal di rumahnya Bams mengatakan bahwa Natal itu benar-benar saatnya berkumpul dengan keluarga besar. “Natal itu harinya keluarga, saatnya saya berkumpul dengan seluruh anggota keluarga.”

Dibesarkan di rumah yang selalu dipenuhi dengan kehangatan keluarga Bams mengaku bahwa ia tidak pernah sekali pun melewatkan Natal tanpa berada di antara keluarga besarnya. Tradisi ritual khas Natal pun masih terus berjalan hingga saat ini, seperti pergi ke gereja untuk melakukan misa pada malam Natal, berdoa bersama di bawah pohon Natal pada pagi Natal, lalu membuka hadiah- hadiah bersama dan open house untuk semua saudara, teman, rekan kerja yang datang berkunjung ke rumah pada hari itu.

“Satu tradisi Natal yang selalu ada di rumah saya dari saya kecil hingga sekarang itu adalah acara bertukar kado, biasanya kami saling membelikan kado untuk sesama anggota keluarga. Tapi biasanya kami menetapkan batasan harga kado yang akan di berikan. Misalnya harga kado paling murah seharga 500 ribu rupiah dan paling mahal seharga satu juta rupiah. Nah, jadi nanti saat membeli tidak boleh lebih atau kurang dari harga tersebut. Batasan harga itu ditentukan agar saya dan kakak serta adik tidak bingung membelikan hadiah untuk orangtua kami,” cerita Bams sambil tertawa.

“Tradisi bertukar kado ini sedikit berubah dibandingkan saat saya masih kecil dulu. Kalau dulu biasanya saya, kakak dan adik patungan untuk membelikan kado untuk Mama dan Papa. Uang patungan itu biasanya berasal dari uang saku yang kami kumpulkan. Nah kalau sekarang, puji Tuhan semua anak Papa dan Mama masing-masing sudah bisa membelikan hadiah,” lanjutnya lagi sambil tersenyum.

Pria yang akan segera mengeluarkan kembali album solonya pada awal tahun 2015 ini juga mengatakan bahwa tradisi tukar kado ini hanya dilakukan olehnya dan anggota keluarga inti. Namun biasanya jika memang sudah ada pasangan yang dikenalkan kepada keluarga, mereka juga ikut bertukar kado, “Kalau di keluarga besar saya, jika hubungan dengan pasangan sudah dianggap serius biasanya kami akan mengenalkan pasangan masing- masing ke keluarga dan mereka pun pasti ikut dalam tradisi yang dilakukan oleh keluarga, salah satunya bertukar kado saat hari Natal,” papar Bams.

Kebiasaan unik lainnya di keluarga Bams adalah menetapkan tema dekorasi Natal. Tahun lalu keluarga ini menggambil tema burung hantu dan kupu-kupu untuk dekorasi Natal di rumahnya. “Darah seni saya itu sebenarnya mengalir dari Mama dan biasanya Mama memang selalu menetapkan tema dekorasi natal setiap tahunnya. Jadi setiap tahun temanya selalu berbeda. Dan hal itu sangat menyenangkan.” lanjutnya.

Tradisi memasang pohon Natal juga dikatakan oleh Bams masih dilakukan oleh keluarga besarnya saat Natal tiba, “Waktu saya kecil menghias pohon Natal itu merupakan salah satu kegiatan yang paling ditunggu-tunggu oleh saya dan saudara- saudara. Sekarang pohon Natal tetap dipasang tapi biasanya kami hanya membeli pernak-pernik dekorasi pohon sesuai tema yang Mama tetapkan, lalu meminta tolong orang untuk memasangnya,” ujar Bams sambil tertawa kecil.

“Mungkin nanti kalau anak saya dan sepupu-sepupunya sudah cukup besar saya akan mengajak mereka menghias pohon Natal. Karena buat mereka itu akan menjadi satu hal yang baru dan pasti mereka akan menikmati hal-hal seru tersendiri saat melakukannya,” pungkas Bams.

KELUARGA ADALAH KADO TERBAIK BAGI SAYA 

Menurut pria yang belum lama ini dikaruniai seorang putri kecil bernama Eleanor Reguna Bukit, buah hatinya dengan Mikhavita Wijaya, ini, walaupun tradisi bertukar kado namun baginya, hadiah itu hanya sekadar barang. “Dari dulu sampai sekarang tidak ada satupun hadiah yang saya anggap spesial, jika kebetulan hadiah yang diberikan memang sesuatu yang sedang saya inginkan ya saya hanya bersyukur saja. Karena pada dasarnya saya ini bukanlah orang yang mencintai barang, saya mencintai manusia. Bagi saya keluarga adalah kado terbaik yang saya dapatkan,”ujar Bams.

“Keluarga itu segalanya untuk saya. Beruntungnya lagi, keluarga yang saya miliki termasuk keluarga yang solid. Yang paling saya syukuri dari keluarga saya itu dalam kondisi seperti apa pun, buruk maupun baik kami selalu menyelesaikan segala permasalahan bersama-sama. Whatever happens, for better or worse we will stay together,” lanjut Bams.

Kehidupan setelah menikah pun dirasakan Bams tidak mengubah sama sekali tradisinya dan keluarga dalam merayakan Natal. “Keluarga saya dengan keluarga Mikha (istri Bams) sama-sama selalu berkumpul dengan anggota keluarga saat Natal. Namun, berhubung keluarga Mikha di Palembang, jadi sekarang secara bergantian saya datang untuk merayakan Natal di sana. Tahun ini kebetulan giliran keluarga Palembang yang datang untuk merayakan Natal di Jakarta,” ujar Bams lagi.
 
NATAL IMPIAN DAN MALAIKAT KECILNYA 
Bagi Bams, perayaan Natal tahun ini jelas akan berbeda dibanding dengan perayaan- perayaan Natal sebelumnya. Karena Natal tahun ini Bams akan merayakannya bersama dengan malaikat kecilnya Eleanor. Bams mengatakan tidak ada persiapan khusus yang ia lakukan, hanya sekadar membelikan kado dan juga baju baru bagi Eleanor. “Memang tidak ada persiapan khusus, ya seperti orang tua kebanyakan saya akan membelikan kado dan juga baju baru untuknya. Namun, jelas Natal kali ini sangat spesial bagi saya mengingat ini adalah Natal kedua saya dengan istri dan kini kami sudah dikaruniai seorang anak, ditambah saya juga akan berkumpul dengan seluruh anggota keluarga saat perayaan Natal nanti,” ujarnya ceria.

Walaupun sering bepergian ke luar negeri ternyata Bams masih menyimpan satu mimpi untuk bisa menikmati suasana Natal di negara yang memang memiliki mayoritas penduduk beragama Kristen. “Di keluarga saya itu ada peraturan bahwa Natal dan Tahun Baru itu harus bersama keluarga. Kalau Natal kita merayakan di rumah, kalau Tahun Baru biasanya kita merayakan di luar negeri. Nah, saya masih punya impian untuk bisa merayakan Natal bersama keluarga di luar negeri, di satu negara yang mayoritas penduduknya beragama kristen atau katolik. Entah itu di Amerika ataupun Eropa. Saya ingin bisa melihat dan merasakan the real Christmas celebration itu seperti apa,” tutur Bams.

MAKANAN NATAL KHAS ORANG BATAK 

Sama seperti hari raya besar agama lainnya, saat merayakan Natal keluarga Bams juga memiliki makanan khas Natal yang disajikan. “Kalau saat Natal, berhubung saya dan keluarga itu berasal dari Batak Toba dan Batak Karo jadi makanan khas Natal yang selalu ada di meja kami itu adalah berbagai macam sajian dari daging babi. Biasanya Ribu (nenek) dan Mama yang memasaknya. Dan itu juga salah satu hal yang paling saya tunggu-tunggu saat Natal” ujar Bams.

“Tapi karena saat open house itu biasanya tamu-tamu yang datang kerumah tidak hanya kerabat yang beragama kristen saya, tetapi juga ada yang beragama muslim maka untuk menghormati mereka kami juga selalu menyediakan satu meja khusus makanan halal dan disajikan terpisah dari makanan yang non-halal itu,” lanjutnya.

TIDAK PERNAH ADA WEJANGAN NATAL 

Natal biasanya juga dilengkapi dengan nasihat-nasihat dari orang tua, namun menurut Bams ia tidak pernah mendapatkan wejangan khusus dari orang tuanya. “I was raised in a very religious family. Ribu, Papa dan Mama, they are very religious dan enaknya kalau punya keluarga dan orang tua yang seperti itu, saya merasa tidak perlu diberi nasihat khusus karena saya belajar dengan melihat apa yang mereka lakukan. Contohnya, saya tidak berkata-kata kotor. Saya belajar itu karena mereka tidak pernah berkata-kata kotor, hari Minggu itu wajib pergi ke gereja, dan sejak saya kecil mereka selalu rutin pergi beribadah ke gereja. Jadi, tanpa diberikan nasihat pun saya mengikuti apa yang mereka lakukan. I do what I see.” ujar Bams.

“Orangtua saya selalu menekankan bahwa untuk hidup bahagia, saya harus banyak memberi kepada orang lain, dan pelayanan yang mereka lakukan itu sungguh luar biasa. Saya sendiri mulai aktif dengan kegiatan pelayanan sejak tahun 2007, saya melihat bukti bahwa orang yang hidup untuk Tuhan akan tidak mengalami kekurangan. Bukan karena saya sok suci atau bagaimana, tetapi saya sudah melihat bukti, ada hal yang konkrit di depan saya kalau hidup di jalan Tuhan akan mendapatkan berkat dan tidak akan kekurangan.” lanjutnya sambil tersenyum.

Bams meyakini bahwa semua berkat dan kemudahan hidup yang ia dapatkan selama ini karena keluarganya, ajaran-ajaran agama yang selalu dicontohkan oleh orang tuanya berhasil membawanya ke dalam kehidupan yang selalu terberkati. “Puji Tuhan, saya diberkati dengan orang tua dan keluarga yang seperti ini. Hal ini yang membuat saya merasa bahwa mereka adalah contoh hidup secara benar. Bukan hanya sekadar nasihat tetapi lebih kepada apa yang telah mereka perbuat. Karena menurut saya anak-anak itu mencontoh perilaku orangtuanya, tanpa harus terus-menerus diberikan nasihat. Karena tanpa contoh nyata, nasihat itu akan hanya masuk telinga kiri, keluar (dari) telinga kanan.” tutupnya.

TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO: DAVID TEDJA (0818688479)
PENGARAH GAYA: BUNGBUNG MANGARAJA
TATA RIAS & RAMBUT: YETI (081281764388)
BUSANA: AIGNER 


Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, December 2014 Edition
Rubrik: Celeb News
KEDIAMAN BERKONSEP MINIMALIS MILIK
IRA LEMBONG
DAN FILOSOFI TENTANG RUMAH TINGGAL

 
Bagi Ira Lembong keluarga adalah hal terpenting dalam hidup. Oleh karena itu ia juga meyakini bahwa rumah yang nyaman adalah salah satu kunci utama kesuksesan dalam membangun satu keluarga.

RUMAH MINIMALIS UNTUK KELUARGA
 
Termasuk mudah menemukan rumah sosialita cantik yang satu ini. Rumah Ira Lembong berada di dalam satu komplek townhouse di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Rumah dengan konsep desain minimalis yang menempati lahan seluas 1.260 meter persegi ini mengambil warna-warna dasar seperti hitam, putih, abu-abu dan juga cokelat untuk mendominasi warna desain interior.

Saat pintu rumah dibuka, HELLO! melihat ruang tengah yang luas, yang langsung menggabungkan ruang keluarga, ruang makan dan juga dapur. Di ruangan sebelah kiri tidak jauh dari pintu utama tampak satu piano klasik putih yang diletakkan serasi dengan tangga berwarna hitam putih yang menghubungkan lantai dasar dan lantai atas rumah ini. Sementara itu di sisi kanan terdapat satu taman terbuka yang memberikan nuansa segar tersendiri. Di samping taman terdapat satu ruang kantor, tempat sang suami biasa bekerja dan juga menerima relasi serta rekan kerjanya.
 
Sementara itu, di bagian belakang rumah terdapat sebuah kolam renang yang cukup besar yang dikelilingi oleh taman bunga serta satu meja makan panjang yang sering digunakan sang pemilik rumah saat mengadakan pertemuan dengan keluarga besar dan juga para sahabat. “Rumah saya ini memang terlihat luas, namun sebenarnya tidak terlalu luas. Hanya saja sejak awal saya katakan kepada arsiteknya bahwa saya ingin dapur yang bisa melihat semuanya, jadi ya hasilnya ruangan tengah ini dibuat tanpa sekat.” ujar Ira.

“Karena pada dasarnya konsep rumah ini adalah rumah keluarga, dan juga anak-anak saya masih kecil. Saya harus bisa selalu melihat dan mengawasi kegiatan yang mereka lakukan. Saya bisa mendengar dan melihat saat mereka sedang bermain di kolam renang, sedang menonton televisi, bermain piano dan juga saat mereka makan,” lanjutnya lagi. “Bisa dilihat juga kalau rumah ini tidak memiliki formal dining table dan juga ruang tamu formal, karena rumah ini memang jarang menerima kehadiran tamu. Kalaupun ada tamu yang datang biasanya adalah teman-teman baik saja. Sementara tamu lain yang berkunjung, lebih sering diterima di ruang kerja suami saya,” paparnya lebih lanjut.

“Terkait konsep desain interior, minimalis memang konsep yang dipilih, saya tidak mau konsep desain yang mewah dan terlalu avant garde. Semuanya serba biasa saja, tidak banyak neko-nekonya. Very basic and simple. Terkait pemilihan warnanya sendiri, primary color adalah warna yang saya sukai. Saya banyak dibantu oleh Roland Adam mendesain interior rumah. Ia juga sangat membantu saya saat memilih warna supaya kombinasi warna yang dipakai tidak menjadi membosankan dan monoton,” ujar ibu tiga anak ini.

“Awalnya sempat ragu apakah pemilihan warna dasar yang saya inginkan ini nantinya akan membuat saya bosan atau tidak. Tetapi saya sangat percaya pada pengalaman yang dimiliki oleh Roland. Hasilnya bisa dilihat sendiri. Padupadan warnanya apik dan tidak membosankan,” tutur Ira. Rumah yang belum lama ditinggali oleh Ira Lembong dan keluarga ini memiliki jumlah total lima kamar yang terdiri dari satu kamar tidur utama, tiga kamar tidur anak yang terletak di lantai atas dan satu kamar tidur tamu yang terletak di lantai bawah. “Kamar tamu saya bangun di lantai bawah, karena kamar tamu itu biasanya digunakan saat kedua orangtua saya berkunjung dan menginap di sini. Mengingat usia mereka yang sudah lanjut, saya rasa sebaiknya kamar tamu berada di bawah sehingga tidak perlu turun-naik tangga,” jelas Ira kepada tim HELLO! Indonesia.

“Ruangan favorit di dalam rumah ini adalah dapur. Biasanya saya, suami dan juga anak-anak menghabiskan waktu di dapur. Kami sekeluarga senang makan dan juga memasak. Menyenangkan rasanya jika melihat orang-orang memakan masakan yang saya buat dengan lahap. Selain itu anak pertama dan kedua saya juga pintar memasak. Jadilah ruangan yang satu ini menjadi spot favorit kami sekeluarga.” ujarnya sambil tersenyum.

Bagi Ira, rumah adalah hal yang sangat penting untuk keluarga. “Bagi saya rumah adalah tempat kita dapat merasakan sesuatu yang tidak bisa kita temui di luar. Rumah itu bukan hanya tempat untuk sekedar tidur lalu pergi lagi. Rumah adalah perasaan. Rumah adalah suaka, tempat kita merasa nyaman dan menemukan kebahagiaan,” lanjut Ira Lembong.

“Jika membicarakan tentang rumah, saya bangga dengan rumah yang saya miliki saat ini. Karena ini semua adalah hasil kerja keras suami saya. Tetapi sejujurnya bagi saya yang terpenting dalam hidup saya itu adalah keluarga dan yayasan milik    saya. Karena kita tidak akan pernah tahu kita akan diberikan waktu untuk menikmati semua ini sampai kapan, jadi segalanya harus kita jaga sepenuh hati. Seperti keluarga, jika dijaga sepenuh hati maka tidak akan hilang,” tegas Ira.

MENGURUS TIGA BUAH HATI 

Perempuan cantik berusia 43 tahun ini memiliki tiga buah hati, yaitu Jordan (14), Jayden (12) dan James (9). Kegiatan sehari-hari Ira Lembong dipenuhi dengan kegiatannya bersama dengan tiga buah hati, dan juga mengurus The Foundation for Mother and Child Health atau dikenal juga dengan nama Yayasan Balita Sehat yang ia dirikan sekitar 14 tahun yang lalu.

“Kegiatan saya sehari-hari itu pastinya mengurus ketiga anak saya, mulai dari mempersiapkan mereka berangkat ke sekolah dan juga segudang kegiatan ekstra yang mereka ikuti di luar jam sekolah. Ketiga putra saya sangat menggemari olahraga sehingga jika tidak sibuk dengan pelajarannya di sekolah, mereka disibukkan oleh kegiatan latihan olahraga mereka. Belum lama ini si bungsu baru saja selesai mengikuti turnamen sepak bola di Phuket, Thailand,” ujarnya.

“Ketiga anak saya itu sangat menyenangkan. Mereka sangat akur satu sama lain. Seperti kemarin contohnya saat si bungsu harus berangkat ke Thailand, tiba-tiba dia menangis dan saat saya tanyakan kenapa dia hanya berkata bahwa dia tidak pernah jauh lama-lama dari kedua kakaknya, nanti bagaimana kalau dia kangen dengan kedua kakaknya saat dia berada di Thailand,” lanjutnya sambil tertawa.

Saat ditanya mengenai kedekatannya dengan ketiga buah hatinya Ira mengaku bahwa hal itu terjalin dengan baik karena Ira selalu ada di samping mereka dan memantau pertumbuhan mereka semua. “Saya selalu ada dalam setiap masa pertumbuhan mereka. Ya memang ada yang membantu saya, tetapi saya tetap secara full mengawasi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak saya. Bahkan saat mereka masih kecil, untuk pergi ke kamar mandi saja saya tidak bisa sendirian, selalu diikuti oleh mereka,” jelas Ira tentang kedekatannya dengan ketiga buah hatinya.

“Saya suka menikmati waktu sendiri, tetapi semua itu harus seimbang. Santai boleh tetapi harus ada waktu berkualitas dengan mereka juga. Dari kecil juga saya selalu mengajarkan tentang sopan santun kepada anak-anak saya. Harus selalu sopan kepada semua orang, harus menyapa saat ada tamu yang datang ke rumah, tidak boleh sombong, harus selalu mengucapkan kata ‘tolong’ dan juga ‘terima kasih’. Karena seberapa pun banyaknya uang yang dimiliki, walaupun kamu adalah keturunan seorang raja kalau kamu tidak memiliki manner dan attitude yang baik tidak ada yang akan menghormati. Karena baik seorang CEO ataupun supir mereka tetap sama-sama manusia,” papar Ira saat menceritakan tentang dia dan anak-anaknya.

“Menurut saya, anak yang dekat dengan orangtua pasti akan memiliki perbedaan sendiri dibandingkan dengan anak yang memiliki orang tua tetapi diurus oleh orang lain,” tandasnya lagi.
 
PRIHATIN DENGAN PERKEMBANGAN BALITA

Selain kesibukannya dengan tiga buah hati, Ira juga sibuk mengurus Yayasan Balita Sehat, satu yayasan yang fokus pada anak-anak balita yang mengalami kondisi malnutrisi dan berat badan mereka ada di bawah standar WHO. “Yayasan Balita Sehat, awalnya saya dirikan teman saya dari London yang bernama Baber Jason. Waktu itu dia tinggal di Indonesia mengikuti suaminya yang sedang bertugas di salah satu perusahaan minyak di sini. Lalu saat itu kami melihat kondisi anak-anak di sini, jam sebelas malam masih berada di jalanan. Kami takut mereka akan menjadi menjadi generasi yang hilang jika tidak ada yang membantu,”papar Ira.

“Kami merasa bahwa fase terpenting bagi anak adalah dari saat mereka lahir hingga umur enam tahun. Itu adalah usia rentan. Dan saya yakin bahwa semua orangtua pasti menginginkan hal yang terbaik bagi anak-anaknya, namun kondisi yang ada di lapangan terbatas, belum tentu mereka tahu mana yang baik dan mana yang tidak bagi anaknya. Di bagian inilah kami membantu mereka. Awalnya dimulai dengan mengadakan berbagai macam penyuluhan, memberikan bantuan makanan sebanyak tiga kali seminggu kepada para balita yang gizinya di bawah rata-rata. Penyaluran bantuan itu dilakukan melalui puskesmas dan posyandu setempat. Hingga tahun ini sudah ada sekitar 6000 keluarga yang terbantu,” lanjut Ira.

“Di awal yayasan ini dibuka, kami memfokuskan diri kepada pemberian bantuan gizi dan pangan. Namun sejalan beriringnya waktu kami merasa bahwa makanan tidaklah cukup. Harus ada rangsangan lain ke otak melalui pendidikan. Akhirnya dibuat juga early learning childhood yang sudah berjalan sekitar 12 tahun. Sejauh ini sekolah sudah dibangun di Cipete, Bojong Gede dan juga di Desa Anin di Nusa Tenggara Timur.” papar perempuan yang memiliki hobi traveling dan membaca ini.

Tidak hanya bergerak di bidang anak dengan gizi buruk dan pendidikan usia dini, Yayasan Balita Sehat juga memberikan bantuan jika terjadi bencana alam di Tanah Air. Ira mengakui bahwa yayasannya banyak dibantu oleh teman- temannya dari British Woman Association, American Woman Association dan juga New Zealand Woman Association.

Kegiatan penyuluhan dan juga pelatihan bagi para kader supaya menjadi pribadi yang bisa dengan baik memahami tentang kesehatan juga terus di lakukan oleh yayasan ini. “Bukan training untuk menjadikan mereka tenaga profesional di bidang kesehatan. Tetapi sekadar training untuk membuat mereka memahami dan mengetahui apa yang baik dan tidak baik untuk menunjang kesehatan anak-anak di lingkungan tersebut.” tambah Ira.

Awalnya, rasa putus asa sempat menghampiri perempuan yang selalu menyempatkan waktunya memasak untuk keluarga ini. Sebanyak 70 persen dari anak di yayasan tersebut dinyatakan menderita TBC, hal ini disebabkan oleh kondisi keseharian mereka. Namun semua hambatan itu bisa diatasi dengan baik olehnya.

“Saya sangat bersyukur bisa melalui segalanya dengan baik. Mendirikan yayasan ini adalah hal yang sangat berarti bagi saya. Terlebih anak-anak adalah passion tersendiri bagi saya. Saya sangat senang karena saya dibantu oleh banyak pihak. Saat ini saya sangat dibantu oleh berbagai lembaga seperti Bank of America, Standard Chartered, Union Bank of Switzerland, saya yakin ini juga yang membuat saya masih bisa terus menjalankan yayasan ini sampai saat ini,” ujar Ira dengan nada bahagia.

“Banyak orang berkata bahwa yayasan yang saya miliki itu sangat bagus dan berhasil menolong orang banyak Padahal menurut saya, sebenarnya sayalah yang beruntung. Karena tanpa bantuan berbagai macam pihak tidak mungkin saya bisa menjalankan yayasan ini. Bisa diberikan kesempatan untuk menolong satu sama lain adalah hal yang sangat menyenangkan. It’s a big part of living here.” lanjutnya lagi.

Baginya, tidak ada salahnya orang menikmati hidup, memiliki sesuatu yang bagus dan mahal selama ada penyeimbang untuk semuanya. Seseorang yang memiliki sesuatu yang berlebih itu harus mau berbagi. “Nasihat yang saya dapatkan dari Bapak saya sejak kecil adalah menjadi sesuatu yang terlalu itu tidaklah bagus. Terlalu cantik, terlalu kaya, terlalu baik, terlalu buruk semuanya tidak ada yang bagus. Janganlah menjadi seseorang yang terlalu, karena hal itu tidak penting dan tidak akan baik.” Itu yang selalu saya pegang, membuat hidup seimbang. Saya mensyukuri apa yang saya punya, tetapi apa yang paling saya syukuri adalah anak-anak dan keluarga saya.” ujar Ira menutup percakapan sambil tersenyum.

TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO: DAVID TEDJA (0818688479)
PENGARAH GAYA: LISTYA DIAH
TATA RIAS & RAMBUT: THEA CHRISTY (081908672672)


Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, December 2014 Edition
Rubrik: Home Sweet Home