Allianz Explorer Camp dan Kesempatan Indah Merumput Ke Eropa

/ 9:00:00 am
Allianz Explorer Camp dan Kesempatan Indah Merumput Ke Eropa

Waktu kecil dulu, kalau ditanya apa olahraga favorit saya, jawabannya pasti sepak bola. Mungkin karena dari kecil saya memang terbiasa bermain di luar rumah dan bermain sepak bola menjadi salah satu kegiatan rutin saya dan saudara-saudara saya. Saya masih ingat bagaimana saya dan papa begadang bersama untuk menyaksikan final Piala Champion antara Manchester United dan Bayern Munchen pada tahun 1999 silam, atau saat saya dan ketiga saudara saya merengek minta dibelikan jersey tim kegemaran masing-masing. Mungkin kalau dulu kesempatan menjajal sekolah sepakbola di Indonesia lebih mudah, bisa jadi saya sudah menjadi pemain sepak bola profesional sekarang.

Sayangnya itu buka takdir dan keberuntungan saya, berbeda dengan keberuntungan yang didapatkan para peserta Allianz Explorer Camp yang belum lama ini proses seleksinya diselenggarakan di Jakarta. Ya walaupun saya tahu kalau Allianz merupakan salah satu sponsor utama klub sepak bola dunia, yaitu Bayern Munchen, cukup kaget juga saya saat tahu bahwa Allianz memiliki satu wadah yang memberikan kesempatan bagi anak-anak muda Indonesia, yang memiliki minat di bidang olahraga sepak bola untuk bisa merumput langsung di Eropa.

Ajang Merajut Mimpi
Usut punya usut, ternyata ini bukan tahun pertama seleksi pelatihan sepak bola ini dilakukan oleh Allianz, 2019 menjadi tahun ke delapan diselenggarakannya kegiatan ini. Dulu namanya bukan Allianz Explorer Camp, tetapi Allianz Junior Football Camp yang berjalan sejak tahun 2010. Satu kegiatan yang diperuntukan bagi remaja usia 14-16 tahun untuk bisa melakukan eksplorasi terhadap minat dan bakat mereka khususnya bagi mereka yang memiliki minat di bidang olahraga sepak bola. Sejak pertama kali diadakan di tahun 2012 hingga saat ini, kegiatan ini diikuti oleh 18.000 orang remaja Indonesia, yang 53 di antaranya telah mengikuti pelatihan langsung di Munchen dan juga berpartisipasi dalam kompetisi Asia Camp.

Tahun 2019, namanya berubah tapi isinya tidak berubah malahan lebih seru. Andai saya masih di usia belasan tersebut, sudah pasti saya bakal ikutan program ini pastinya. Program Allianz Explorer Camp ini merupakan bentuk dukungan penuh Allianz Indonesia terhadap upaya penanaman nilai-nilai yang penting dimiliki oleh generasi muda, seperti sportivitas.

Jadi dari bulan April sampai dengan Juni 2019 tercatat sebanyak 2.000 remaja usia 14-16 tahun telah mendaftar Allianz Explorer Camp dan lebih dari 1.300 remaja terpilih mengikuti seleksi fisik yang diselenggarakan pada 22-23 Juni 2019 lalu. Akhirnya terpilih 8 penjelajah muda yang akan mewujudkan mimpi mereka, yaitu Adinda Dwi Citra P. dan Fariz Fadilla yang akan terbang ke Munich Camp di Jerman pada 22-27 Agustus 2019, serta Azrazifa Kayla, Bayu Tegar Saputra, M. Faiz Fahriza, Nur Yufa, Ravel Jerico, dan Zahra Naqiyyah Primadi yang akan berangkat Asia Camp di Singapura pada 23-26 Juli 2019 mendatang. Ini yang terbang ikutan pelatihan di Munichnya ada perempuan loh! Damn GIRL, GIRL POWER!

Joos Louwerier - Country Manager & President Director Allianz Life Indonesia

Kegiatan ini memang menitik beratkan kepada sepak bola, tapi fokusnya gak melulu ke sepak bola melainkan terhadap perkembangan minat dan bakat anak-anak yang ikutan campnya nanti. Alhamdulillah kalau dari camp ini bisa lahir bintang sepak bola dunia asal Indonesia, tapi gak ketutup juga kemungkinan seorang model kelas dunia juga bisa lahir dari ajang ini. Bidang apapun yang nantinya mereka tekuni tidak jadi hambatan kok buat ikut serta di dalamnya."Kegiatan ini sekaligus untuk menggali minat dan bakat anak dan remaja serta mendukung pengembangan diri mereka,” jelas Joos Louwerier, Country Manager dan Direktur Utama Allianz Life Indonesia dalam Press Conference Allianz Explorer Camp.

Bertemu Pemain Bintang dan Pergi Ke Eropa
Mau tahu selain pergi ke Eropanya apa yang paling bikin saya ngiri sama anak-anak yang berhasil menang dalam seleksi Allianz Explorer Camp ini? KETEMU PEMAIN BAYERN MUNCHEN nya langsung dong' mereka nanti! Ini super iri sih, aselik sodara-sodara!!! Doraemon mana Doraemon, coba tolong pinjem mesin waktunya.

Eh tapi kemarin saya seneng juga kok, karena dapat kesempatan bertemu dengan Martin Demichelis, Allianz Explorer Camp Asia 2019 Ambassador yang juga merupakan pemain legenda FC Bayern Munchen Legend. Tidak hanya sebagai ambassador, Martin juga datang sebagai salah asatu pengajar untuk coaching clinic di seleksi Allianz Explorer Camp. "Saya disambut dengan hangat di sini, lebih baik daripada sambutan di negara saya sendiri'" ujar Demichelis saat itu. 

Martin Demichelis - Legend Player of Bayern Munchen FC
Ia juga sempat berbagi kisah mengenai perjuangannya dari kecil hingga bisa menjadi pemain kelas dunia dan bermain di salah satu klub sepak bola terhebat di dunia yaitu Bayern Munchen. Baginya bakat bukanlah kunci utama, melainkan ketekunan dan semangat belajar yang tinggi. "Saya tidak menyangka para remaja ini bermain sangat bagus dan memiliki potensi yang luar biasa, mereka juga sangat antusias mengikuti kompetisi ini. Saya berharap para remaja ini dapat menjadi inspirasi teman-teman mereka di luar sana untuk terus berusaha meraih mimpi mereka,” komentar pemain yang juga merupakan teman satu timnas Lionel Messi ini.

Dipikir-pikir kegiatan ini seru banget sih, apalagi di zaman serba digital gini yah. Tantangan banget pasti bagi para orang tua buat memberikan didikan dan juga pengalaman yang lebih beragam mengenai dunia di luar layar ke pada anak-anaknya. Seperti apa yang sempat dijelaskan oleh Karin Zulkarnain, Chief Marketing Officer, Allianz Life Indonesia. “Jika sebelumnya program ini fokus pada kegiatan on pitch atau bermain sepak bola di lapangan, pada Allianz Explorer Camp kali ini, sebagai pengembangan program sebelumnya, juga memberikan kegiatan off pitch yang akan mengeksplorasi topik-topik di luar sepakbola seperti kegiatan pengembangan diri, kepemimpinan yang dikemas menarik untuk remaja," jelasnya. Oleh karena itu Allianz juga berharap bahwa para remaja dapat memiliki keseimbangan dalam mengeksplorasi minat dan bakatnya dengan baik saat mengikuti Allianz Explorer Camp ini.

Seru yak! Tahun lalu katanya Allianz sempat menghadirkan astronot loh di pelatihannya. Merumput di Eropa, ketemu pemain idola, dan segudang kegiatan seru lainnya, wah kalau saya yang jadi finalis camp ini sih, jelas saya akan memanfaatkan kesempatan ini semaksimal mungkin!

Good luck buat adik-adik yang akan berangkat. Semoga nanti bisa benar-benar ikut mengharumkan nama bangsa ya. AAMIIN!!! 


Joos Louwerier - Country Manager & President Director Allianz Life Indonesia





Para Pemenang Allianz Explorer Camp


The Legend Player


Baca Juga:

Allianz Explorer Camp dan Kesempatan Indah Merumput Ke Eropa

Waktu kecil dulu, kalau ditanya apa olahraga favorit saya, jawabannya pasti sepak bola. Mungkin karena dari kecil saya memang terbiasa bermain di luar rumah dan bermain sepak bola menjadi salah satu kegiatan rutin saya dan saudara-saudara saya. Saya masih ingat bagaimana saya dan papa begadang bersama untuk menyaksikan final Piala Champion antara Manchester United dan Bayern Munchen pada tahun 1999 silam, atau saat saya dan ketiga saudara saya merengek minta dibelikan jersey tim kegemaran masing-masing. Mungkin kalau dulu kesempatan menjajal sekolah sepakbola di Indonesia lebih mudah, bisa jadi saya sudah menjadi pemain sepak bola profesional sekarang.

Sayangnya itu buka takdir dan keberuntungan saya, berbeda dengan keberuntungan yang didapatkan para peserta Allianz Explorer Camp yang belum lama ini proses seleksinya diselenggarakan di Jakarta. Ya walaupun saya tahu kalau Allianz merupakan salah satu sponsor utama klub sepak bola dunia, yaitu Bayern Munchen, cukup kaget juga saya saat tahu bahwa Allianz memiliki satu wadah yang memberikan kesempatan bagi anak-anak muda Indonesia, yang memiliki minat di bidang olahraga sepak bola untuk bisa merumput langsung di Eropa.

Ajang Merajut Mimpi
Usut punya usut, ternyata ini bukan tahun pertama seleksi pelatihan sepak bola ini dilakukan oleh Allianz, 2019 menjadi tahun ke delapan diselenggarakannya kegiatan ini. Dulu namanya bukan Allianz Explorer Camp, tetapi Allianz Junior Football Camp yang berjalan sejak tahun 2010. Satu kegiatan yang diperuntukan bagi remaja usia 14-16 tahun untuk bisa melakukan eksplorasi terhadap minat dan bakat mereka khususnya bagi mereka yang memiliki minat di bidang olahraga sepak bola. Sejak pertama kali diadakan di tahun 2012 hingga saat ini, kegiatan ini diikuti oleh 18.000 orang remaja Indonesia, yang 53 di antaranya telah mengikuti pelatihan langsung di Munchen dan juga berpartisipasi dalam kompetisi Asia Camp.

Tahun 2019, namanya berubah tapi isinya tidak berubah malahan lebih seru. Andai saya masih di usia belasan tersebut, sudah pasti saya bakal ikutan program ini pastinya. Program Allianz Explorer Camp ini merupakan bentuk dukungan penuh Allianz Indonesia terhadap upaya penanaman nilai-nilai yang penting dimiliki oleh generasi muda, seperti sportivitas.

Jadi dari bulan April sampai dengan Juni 2019 tercatat sebanyak 2.000 remaja usia 14-16 tahun telah mendaftar Allianz Explorer Camp dan lebih dari 1.300 remaja terpilih mengikuti seleksi fisik yang diselenggarakan pada 22-23 Juni 2019 lalu. Akhirnya terpilih 8 penjelajah muda yang akan mewujudkan mimpi mereka, yaitu Adinda Dwi Citra P. dan Fariz Fadilla yang akan terbang ke Munich Camp di Jerman pada 22-27 Agustus 2019, serta Azrazifa Kayla, Bayu Tegar Saputra, M. Faiz Fahriza, Nur Yufa, Ravel Jerico, dan Zahra Naqiyyah Primadi yang akan berangkat Asia Camp di Singapura pada 23-26 Juli 2019 mendatang. Ini yang terbang ikutan pelatihan di Munichnya ada perempuan loh! Damn GIRL, GIRL POWER!

Joos Louwerier - Country Manager & President Director Allianz Life Indonesia

Kegiatan ini memang menitik beratkan kepada sepak bola, tapi fokusnya gak melulu ke sepak bola melainkan terhadap perkembangan minat dan bakat anak-anak yang ikutan campnya nanti. Alhamdulillah kalau dari camp ini bisa lahir bintang sepak bola dunia asal Indonesia, tapi gak ketutup juga kemungkinan seorang model kelas dunia juga bisa lahir dari ajang ini. Bidang apapun yang nantinya mereka tekuni tidak jadi hambatan kok buat ikut serta di dalamnya."Kegiatan ini sekaligus untuk menggali minat dan bakat anak dan remaja serta mendukung pengembangan diri mereka,” jelas Joos Louwerier, Country Manager dan Direktur Utama Allianz Life Indonesia dalam Press Conference Allianz Explorer Camp.

Bertemu Pemain Bintang dan Pergi Ke Eropa
Mau tahu selain pergi ke Eropanya apa yang paling bikin saya ngiri sama anak-anak yang berhasil menang dalam seleksi Allianz Explorer Camp ini? KETEMU PEMAIN BAYERN MUNCHEN nya langsung dong' mereka nanti! Ini super iri sih, aselik sodara-sodara!!! Doraemon mana Doraemon, coba tolong pinjem mesin waktunya.

Eh tapi kemarin saya seneng juga kok, karena dapat kesempatan bertemu dengan Martin Demichelis, Allianz Explorer Camp Asia 2019 Ambassador yang juga merupakan pemain legenda FC Bayern Munchen Legend. Tidak hanya sebagai ambassador, Martin juga datang sebagai salah asatu pengajar untuk coaching clinic di seleksi Allianz Explorer Camp. "Saya disambut dengan hangat di sini, lebih baik daripada sambutan di negara saya sendiri'" ujar Demichelis saat itu. 

Martin Demichelis - Legend Player of Bayern Munchen FC
Ia juga sempat berbagi kisah mengenai perjuangannya dari kecil hingga bisa menjadi pemain kelas dunia dan bermain di salah satu klub sepak bola terhebat di dunia yaitu Bayern Munchen. Baginya bakat bukanlah kunci utama, melainkan ketekunan dan semangat belajar yang tinggi. "Saya tidak menyangka para remaja ini bermain sangat bagus dan memiliki potensi yang luar biasa, mereka juga sangat antusias mengikuti kompetisi ini. Saya berharap para remaja ini dapat menjadi inspirasi teman-teman mereka di luar sana untuk terus berusaha meraih mimpi mereka,” komentar pemain yang juga merupakan teman satu timnas Lionel Messi ini.

Dipikir-pikir kegiatan ini seru banget sih, apalagi di zaman serba digital gini yah. Tantangan banget pasti bagi para orang tua buat memberikan didikan dan juga pengalaman yang lebih beragam mengenai dunia di luar layar ke pada anak-anaknya. Seperti apa yang sempat dijelaskan oleh Karin Zulkarnain, Chief Marketing Officer, Allianz Life Indonesia. “Jika sebelumnya program ini fokus pada kegiatan on pitch atau bermain sepak bola di lapangan, pada Allianz Explorer Camp kali ini, sebagai pengembangan program sebelumnya, juga memberikan kegiatan off pitch yang akan mengeksplorasi topik-topik di luar sepakbola seperti kegiatan pengembangan diri, kepemimpinan yang dikemas menarik untuk remaja," jelasnya. Oleh karena itu Allianz juga berharap bahwa para remaja dapat memiliki keseimbangan dalam mengeksplorasi minat dan bakatnya dengan baik saat mengikuti Allianz Explorer Camp ini.

Seru yak! Tahun lalu katanya Allianz sempat menghadirkan astronot loh di pelatihannya. Merumput di Eropa, ketemu pemain idola, dan segudang kegiatan seru lainnya, wah kalau saya yang jadi finalis camp ini sih, jelas saya akan memanfaatkan kesempatan ini semaksimal mungkin!

Good luck buat adik-adik yang akan berangkat. Semoga nanti bisa benar-benar ikut mengharumkan nama bangsa ya. AAMIIN!!! 


Joos Louwerier - Country Manager & President Director Allianz Life Indonesia





Para Pemenang Allianz Explorer Camp


The Legend Player


Baca Juga:

Continue Reading
Ajukan Visa Korea Secara Mandiri? Siapa Takut!!
(Edisi Single Visa)




Bulan ini saya lumayan produktif juga melakukan proses pengajuan visa. Kali ini saya mengajukan visa untuk melakukan kunjungan ke negeri ginseng, rumah dari para oppa dan dedek kesayangan saya (They called Bigbang and Winner anyway). Sesungguhkan ini buka kali pertama saya melakukan kunjungan ke Korea Selatan, namu di dua kunjungan sebelumnya visa saya selalu diurus oleh kantor, sehingga pengalaman mengurus ini menjadi hal yang baru bagi saya. Semoga bermanfaat ya pengalaman saya ini.

Bikinnya Di Mana?
Sebagai pemegang KTP Depok, saya mengajukan visa Korea Selatan di kantor Kedutaan Besar Korea Selatan Jakarta, namun untuk pembuatan visa Korea Selatan, per 1 Mei 2019 sudah tidak berlokasi di Kedubes Korea, melainkan pindah ke Korea Visa Application Center (KVAC) di Lotte Shopping Avenue Lt. 5 ( satu lantai di atas XXI). Karena tempat pembuatan visa Korea Selatan akan pindah, yang saya share hanya terkait pengajuan dokumennya ya.

Sedikit melipir keluar dari topik tulisan ada hal penting terkait visa yang kadang orang lupa, kita perlu memeriksa KTP yang kita miliki itu masuk wilayah Kedubes atau Konjen negara yang bersangkutan di daerah mana. Contohnya Jepang, kalau KTP kalian dari Jawa Timur, maka kalian harus mengajukan melalui Konjen Jepang yang ada di Surabaya, so please kindly check ya guys. Untuk Korea Selatan setahu saya bisa diajukan di Jakarta atau Bali.

Pemandangan dari jalan tol Bandara Incheon, Korea. Sumber: Dokumen Pribadi

Kelengkapan Dokumen Pengajuan 
Sebelum mengajukan visa, jujur saya bingung harus mengumpulkan dokumen apa saja, karena informasinya simpang siur. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari informasi resmi dan percaya dari website kedutaan, dan sesuai dengan yang tertera di situs resmi kedutaan besar Korea Selatan, untuk pengajuan visa Korea Selatan dokumen yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

(Period Pelaksanaan : Mulai tanggal 2 Maret 2018) 

Dokumen Persyaratan dan Susunan Dokumen
1. Formulir Aplikasi Visa (foto langsung ditempel pada kolom foto) : Isi Formulir dengan lengkap.

Formulir bisa kalian unduh di sini. Untuk foto, pas foto yang diminta oleh Korea Selatan adalah ukuran 4,5 x 3,5 cm dengan latar belakang putih. Saat foto jangan pakai baju bercorak ya supaya wajah kalian lebih terlihat jelas. Nanti fotonya yang dibutuhkan 2 (dua) lembar, 1 (satu) kalian tempel langsung di formulir aplikasi, satu lagi akan diminta oleh petugas visa.

Pengisian formulir tidak sulit kok, karena ada bahasa Inggrisnya juga di sana. Kalau memang tidak mengerti bahasa Inggris bisa minta bantuan kepada anggota keluarga atau teman yang bisa berbahasa Inggris. Kalau tidak ada juga bisa minta bantuan Google Translate ya. Hehehehe..

2. Paspor Asli dan Fotokopi Identitas Paspor (paspor lama jika ada) : Jika sudah pernah mengunjungi Amerika atau Negara OECD lampirkan fotokopi visa Negara tersebut. 
※ Selain Visa Negara OECD, tidak perlu melampirkan fotokopi Visa
Untuk poin ini saya mengopi semua paspor yang pernah saya miliki (paspor lama dan paspor baru), yang di-copy cukup halaman yang ada stempel imigrasi atau visa saja berikut halaman identitas dan halaman belakang yang berisi informasi pemegang. Kemudian saya steples masing-masing perpaspor.

3. Surat Keterangan Kerja atau Surat Keterangan Mahasiswa (Asli)
- Pelajar/Mahasiswa : Surat Keterangan Mahasiswa/pelajar dalam bahasa Inggris
- Karyawan  : Surat Keterangan Kerja dalam bahasa Inggris
- Wiraswasta : Fotokopi SIUP

Saya bekerja sebagai seorang freelancer, sempat bingung harus mengajukan surat apa tapi saya kemudian meminta surat keterang kepada salah satu perusahaan dimana saya bekerja menjadi seorang freelancer. Mereka memberikan surat keterangan bekerja dan surat referensi visa yang menyatakan bahwa saya memang freelancer di sana dan akan kembali ke Indonesia setelah masa liburan saya usai. Untuk memperkuat saya juga membuat surat keterangan pribadi yang menyatakan saya adalah freelancer, saya tempel materai dan dibubuhi tanda tangan. Untuk contoh surat keterangan kerja sebagai freelancer bisa di unduh di sini ya.

4. Dokumen Keuangan : Rekening Koran, Bukti Potong Laporan Pembayaran Pajak (SPT) atau Slip Gaji
- Pelajar/Mahasiswa wajib melampirkan Rekening Koran Orang Tua
- Ibu Rumah Tangga ataupun yang tidak bekerja dan tidak memiliki rekening koran pribadi, wajib melampirkan rekening Koran Suami/Istri.

Untuk dokumen keuangan, saya memberikan rekening koran (3 bulan terakhir) dan bukti potong laporan pembayaran pajak (SPT).

Dokumen rekening koran biasanya bisa diminta ke bank bersangkutan atau kalau kasus saya, saya tinggal mengunduhnya melalui aplikasi Jenius.

Yang sering jadi pertanyaan berapa banyak uang yang harus ada di rekening kita supaya visa disetujui? Nah terkait ini saya punya cerita. Jujur saya sempet deg-degan karena rekening Jenius saya isinya uang untuk harian saya, dan saya lupa memindahkan uang di rekening bank lain ke Jenius, sementara rekenin koran itu hanya bisa diunduh per bulan bukan mingguan apalagi harian. Jadi boleh dibilang untuk perjalanan 10 hari ke Korea jumlah uang di rekening Jenius saya terbilang ngepas, hanya sekitar 10 jutaan.

Saya juga sempat deg-degan karena katanya harus menyertakan surat referensi bank, surat ini adalah surat dari bank yang menyatakan bahwa kita memang nasabah bank tersebut. Tapiiiii balik lagi nih, info di situs resmi kedutaan tidak meminta surat tersebut. Jadi saya nekat hanya menyertakan rekening koran saja.

Untuk bukti potong SPT saya dapatkan dari email setelah saya melakukan pelaporan pajak ke Ditjen Pajak. Gak punya SPT? Jangan khawatir, kalian tinggal menyertakan surat yang menjelaskan bahwa kalian tidak memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), sehingga kalian tidak mungkin bisa memberikan bukti laporan potong pajak.

5. Fotokopi Kartu Keluarga
Sertakan 1 lembar fotokopi kartu keluarga ya.
 
●  Jika ada pengundang pribadi ataupun perusahaan pengundang, wajib melampirkan tambahan dokumen dibawah ini

6. Surat Undangan, Fotokopi SIUP Perusahaan Pengundang, Surat Jaminan, Fotokopi Identitas Pengundang
Karena saya melakukan perjalanan mandiri, maka saya tidak menyertakan dokumen di atas.

7. Tujuan untuk belajar, lampirkan Certificate of Admission

Nah yang mau belajar di sana jangan lupa sertakan surat ini ya.

8. Tujuan dengan waktu tinggal lebih dari 90 hari, lampirkan Certificate of Health dari Rumah Sakit yang telah ditunjuk oleh Kedubes Korea.

Untuk tinggal di atas 90 hari ada baiknya bertanya dulu kepada kedutaan Korea Selatan RS mana yang surat sertifikat kesehatannya diakui oleh mereka. Saya kebetulan hanya akan bepergian ke sana selama 10 hari saja.

※ Tiket Pesawat dan reservasi tempat menginap bukan persyaratan dan tidak perlu dilampirkan

Nah ini nih juga penting, tidak perlu menyertakan tiket dan reservasi hotel, tapi nanti di formulir akan diminta mengisi alamat tinggak di Korea. Untuk kasus ini kalian cukup mengisinya dengan alamat salah satu hotel/ hostel yang ada di Korea sana, bisa dilihat di aplikasi pemesanan hotel ya.

※ Dokumen di atas wajib disusun sesuai urutan dan distreples dengan rapi.

Kalau sudah lengkap semua jangan lupa disterples dan disusun rapi ya sesuai urutan di atas.

Ewha Women University, Seoul. Sumber: Dokumen Pribadi

Lama Proses Berapa Hari Ya? Biaya?
Proses visa single entry untuk Korea Selatan adalah 6 hari kerja. Libur nasional, Sabtu, dan Minggu tidak dihitung ya. Jadi jangan terlalu mepet kalau kamu mengajukan visanya, nanti bisa ketar-ketir seperti saya. Huhuhuhu. Sebenarnya saya tidak mepet mengajukannya, cuma visa ini benar-benar jadi 2 (dua) hari sebelum keberangkatan saya ke Jepang. Lebih ketar-ketir karena paspornya masih ketahan di Kedubes Korea, sementara Senin besoknya saya harus terbang ke Osaka.

Tadi saya sempat bertanya kepada petugas visa di Kedutaan Korea Selatan, katanya nanti di KVAC untuk proses visa single entry akan tetap sejumlah 6 hari kerja, sementara untuk visa multiple entry dari 1 hari kerja menjadi 4 hari kerja.

Terkait biaya, visa Korea Selatan dibedakan menjadi 4 jenis. Untuk visa single entry, visa kunjungan dalam waktu 90 hari, satu kali masuk biayanya adalah sebesar 584.00 Rupiah untuk satu paspor, sementara untuk visa single entry di atas 90 hari (ini biasanya untuk TKI, Pelajar, dan beserta kursus bahasa) adalah sebesar 876.000 Rupiah. Ada juga yang dinamakan Double Visa, yaitu visa kunjungan dalam masa waktu 6 bulan, untuk 2 kali kunjungan masuk Korea dengan waktu kunjungan maksinal 30 hari per kunjungan, biaya yang dibutuhkan sebesar 1.022.000 Rupiah. Ada juga yang disebut visa multiple entry, berlaku dalam waktu 5 tahun, jumlah kunjungan tidak terbatas, yang dibatasi hanya jumlah hari setiap kunjungannya, yaitu 30 hari kunjungan. Biayanya adalah sebesar 1.314.000 Rupiah.

Saya pribadi membayar sebesar 584.000 Rupiah untuk visa single entry. Sayang sebenarnya, karena sudah ada 2 visa Korea di paspor saya yang memungkinkan saya untuk mengajukan multiple visa, tapi kembali ke masalah rekening saya, maka saya putuskan untuk mengajukan visa multiple di kesempatan lain saja.


Dugun-dugun Menanti Visa
Walaupun syarat visa sudah saya penuhi dengan baik semua, tapi saya tetap saya deg-deg an apakah visa saya lolos diberikan oleh kedutaan. Karena berkali-kali saya coba periksa, nama saya tidak keluar walaupun sudah di hari pengambilan visa. Saya akhirnya pasrah menunggu hingga sampai di Kedutaan saja.

Cukup ketar-ketir saya saat menunggu petugas memanggil nama saya, syukur alhamdulillah visa saya diberikan oleh kedutaan.

Rasa penasaran kenapa nama saya tidak keluar di situs pengecekan status aplikasi visa pun terjawab sesaat setelah saya menerima paspor saya kembali. Ternyata oh ternyataaaaaaa...pihak Kedutaan Besar Korea Selatan memutuskan untuk menggunakan nama saya yang ada dihalaman catatan pengesahan, yaitu nama saya yang terdiri dari 3 suku kata. Ini saya lakukan sebenarnya karena beberapa negara meminta wajib nama 3 suku kata, untuk orang Indonesia akan ditambahkan nama depan orang tua jika namanya hanya terdiri dari 2 suku kata. Seperti nama saya. Nama saya Syahrina Pahlevi, ada penambahan Syahrul nama Papa saya, jadi di visa nama saya menjadi Syahrul Syahrina Pahlevi. Korea Selatan menganut aturan nama ketiga ditulis terlebih dahulu. Jadi kalau memang punya halaman penambahan nama, sebaiknya memeriksa status aplikasi visa dengan nama yang ada di lembar tersebut ya.

Pororo Wall Art. Sumber: Dokumen Pribadi

Susah Kah Mengajukan Visa Korea Selatan?
Sudah dijelaskan secara rinci, terkadang tetap satu pertanyaan ini menjadi pertanyaan utama. Susah gak sih? Jawabannya sama sekali tidak. Cukup penuhi syarat dokumen yang mereka minta, serahkan dan ambil visa sesuai jadwal, kalau memang kita tidak punya rekor pelanggaran kriminal, saya rasa hampir pasti pihak kedutaan akan memberikan visa untuk kita berkunjung ke Korea Selatan.

Eh iya, sedikit berita buruk, kalau (amit-amit jangan sampe) visa kalian ditolak maka kalian baru bisa mengajukan 6 bulan setelah visa ditolak. Jadi dipersiapkan dengan baik ya persyaratannya, dokumen yang mereka minta juga tidak aneh-aneh kok. Good luck buat semua yang mau mengajukan visa ke Korea Selatan.

See you in my "Fasting Month in Seoul" story ya... ^_^


Baca Juga:
Proses Singkat Ajukan Visa Waiver Jepang Bagi Pemegang E-Paspor
Saat Tiba Waktu Ajukan Visa Ke Amerika Serikat

Proses Singkat Ajukan Visa Waiver Jepang Bagi Pemegang E-Paspor



Yahuuuuuu..akhirnya tiba saatnya saya kembali urus visa untuk mengunjungi Jepang, salah satu negara favorit saya. Kali ini saya akan berkunjung ke Osaka dan Kyoto. Kapannya, tunggu kabarnya di blog ini ya, karena saya akan berbagi pengalaman juga selama saya di sana.

Sebagai pemegang paspor Indonesia, sudah lumrah bahwa kita harus membuat visa untuk melakukan kunjungan ke negara-negara lain yang ada di dunia. Ada sih yang gak minta visa, tapi Jepang termasuk yang minta visa jika warga negara Indonesia akan melakukan kunjungan ke negaranya.

Beruntung saat perpanjangan paspor kemarin saya memilih untuk mengajukan E-Paspor, yaitu paspor yang sudah memiliki chip elektrik di dalamnya. Kenapa beruntung, karena untuk kunjungan ke Jepang pemegang E-Paspor cukup mengajukan visa waiver, yaitu visa yang mengizinkan kita untuk melakukan kunjungan ke Jepang berkali-kali, selama setiap kali kunjungan masih di bawah 15 hari.

Jadi pemilik E-Paspor cukup mengajukan sekali saja visa waivernya, jika sudah memiliki visa waiver ini bebas melakukan kunjungan keluar masuk Jepang dalam kurun waktu 3 tahun (sejak visa diterbitkan) atau selama paspor belum kadaluwarsa. Pengajuan visa waiver Jepang ini super gampang dan prosesnya juga hanya 1 hari kerja.


Yang Perlu Dibawa
Untuk proses pengajuan visa waiver Jepang dokumen yang saya bawa hanya formulir dan e-paspor saja. Untuk formulir bisa diunduh di situs kedutaan langsung atau supaya mudah bisa juga langsung klik disini, perlu diingat ini merupakan formulir yang berlaku saat saya mengajukan visa waiver.

Proses Pengajuan Visa
Sebagai pemegang KTP Depok, pengajuan visa waiver Jepang bisa saya lakukan di dua lokasi, yaitu di Kedutaan Besar Jepang, Jalan MH Thamrin Jakarta, atau di Japan Visa Application Center (JVAC) yang terletak di Lotte Shopping Avenue lantai 4 (samping Studio XXI), Jalan Doktor Satrio, Jakarta Pusat.

Dokumen yang dibawa ke kedutaan atau JVAC itu sama, yang membedakan adalah waktu selesai visa dan biaya yang dikeluarkan. Di Kedutaan Besar, visa waiver hanya menghabiskan waktu 2 (dua) hari kerja, sementara di JVAC menghabiskan waktu 4 (empat) hari kerja. Untuk biaya, di Kedutaan Besar pengajuan visa waiver tidak ada pungutan biaya sama sekali, sementara di JVAC ada pungutan biaya sebesar 120.000 rupiah per paspornya. Saya, jelas pilih yang gratis dong...hehehehe.

Untuk pengajuan visa waiver di Kedutaan Besar Jepang, penerimaan dimulai pada pukul 08:30 – 12:00 WIB setiap harinya. Saya datang sekitar pukul 11 siang waktu itu. Oh iya jangan lupa untuk membawa kartu identitas kalian ya, bisa KTP atau SIM untuk ditukarkan di pintu masuk kedutaan. Saat sampai di sana cukup bilang ke satpam bahwa maksud kedatangan untuk mengajukan visa waiver. 

Perlu diingat sekarang pengajuan visa yang dilakukan di Kedutaan Besar Jepang hanya Visa Waiver saja, untuk visa biasa harus melalui JVAC ya. Setelah menukarkan kartu identitas dengan pass masuk, saya diarahkan ke ruangan khusus pengurusan visa. Ada petugas yang berjaga di sana, bilang saja mau buat visa, nanti kita akan diberikan nomor antrian untuk menyerahkan dokumennya. Setelah itu tinggal menunggu sampai nomor dipanggil untuk menyerahkan dokumen.

Setelah dokumen diserahkan, maka pihak kedutaan akan memberikan bukti pembuatan visa yang nantinya digunakan saat kita mengambil visanya. Sampai di sini kita tinggal menunggu 2 hari kerja untuk mengambil paspor yang sudah ditempelkan visa waiver Jepang.

Saat menyerahkan dokumen, petugas akan bertanya apakah sudah pernah membuat visa waiver sebelumnya, dan kebetulan ini kali pertama saya membuat visa waiver Jepang. Oh iya, jika sudah memiliki lebih dari satu paspor, paspor lama yang sudah tidak berlaku tidak perlu dibawa karena pihak kedutaan tidak meminta dokumen tersebut.


Oh Hello Japan!
Setelah dua hari kerja, saya kembali ke Kedutaan Besar Jepang namun berbeda dengan saat penyerahan dokumen saya datang siang hari. Waktu pengambilan dokumen adalah pukul 13.30 - 15.00 WIB. Sama seperti saat penyerahan dokumen, saya menyerahkan kartu identitas untuk ditukarkan dengan pas masuk, masuk ke dalam ruangan visan, mengambil nomor antrian, menunggu dipanggil, dan yeaaaaaaaay my waiver visa to Japan is DONE.

Semudah itu dan sesimpel itu untuk pengurusan visa waiver Jepang. Jangan lupa ya, visa waiver hanya bisa digunakan untuk perjalanan ke Jepang maksimal 15 hari saja dengan tujuan wisata, bisnis, kunjungan keluarga, kunjungan teman, atau kunjungan singkat lainnya. Jika lebih dari 15 hari maka pemegang e-paspor tetap harus melakukan proses pengajuan visa biasa seperti pemegang paspor biasa.

How To Go To Japan Embassy
Sekadar informasi tambahan saja, Kedutaan Besar Jepang itu lokasinya tepat di samping Plaza Indonesia. Ada beberapa cara untuk ke sana, jika bepergian dengan KRL, naik kereta yang lewat stasiun Sudirman, karena kita akan turun di stasiun tersebut. Dari Stasiun Sudirman, gedung Kedutaan Besar Jepang sebenarnya bisa dicapai dengan berjalan kaki, namun jika terlalu malas, bisa dilanjutkan dengan ojek online.

Jika bepergian dengan Trans Jakarta, naik jurusan yang melewati halte Tosari, turun di halte Tosari kemudian melanjutkan dengan berjalan kaki atau dengan ojek online. Jika berpergian dengan MRT, naik ke arah Kampun Bandan, jangan lupa untuk turun di stasiun Bundaran HI. Dari sana posisi gedung Kedutaan Besar Jepang sangat dekat, hanya sekitar 200 meter dari pintu keluar.

Cukup mudah kan!

See you in my Japan (story) dear readers.

Kedutaan Besar Jepang



Baca Juga:
Movie Review: Milly & Mamet, a Movie That Young Couple Can Relate

Photo Source: www.google.co.id

Setelah sekian lama saya musuhan sama tempat yang namanya bioskop, akhirnya kemarin saat libur Natal saya menyempatkan diri mampir ke bioskop. Awalnya saya heboh dengan film Marry Poppins yang baru saja naik, tapi adik saya kekeh mengajak nonton film Milly & Mamet yang juga kebetulan baru naik di layar lebar. Jujur, awalnya saya sempat skeptis dengan film ini, karena banyak yang bilang jalan ceritanya biasa aja. Beruntung, adik saya lumayan kekeh ingin nonton film yang merupakan spin off version dari film Ada Apa Dengan Cinta? ini.

Secara jalan cerita, film besutan Ernest Prakasa ini memang berbeda dengan film Ada Apa Dengan Cinta?, begitu juga genre yang dipilihnya. Jika AADC? bergenre drama, film ini bisa dikategorikan sebagai drama komedi. Well, lebih banyak komedinya mungkin, karena saya puas tertawa sepanjang film ini diputar.

Oh iya, bagi kalian yang membayangkan bahwa film ini adalah alur mundur kisah Mamet dan Milly, kalian salah besar. Film ini justru berkisah tentang perjalanan cinta Mamet dan Milly setelah mereka menikah. Lika-liku kehidupan pasangan muda di perkotaan. Yang galau memilih untuk menjadi ibu bekerja atau rumah tangga. Konflik-konflik yang hadir juga adalah konflik yang biasa dialami oleh pasangan muda. So, I guess young couple nowadays will relate a lot to this story, and you guys also can learn how to solve couple problem from them.

Seperti biasa, dalam film-filmnya Ernest selalu memberikan porsi bagi para stand up komedian, tapi menariknya dari film ini adalah kehadiran Dinda Kanya Dewi dan Isyana Sarasvati. Kalau biasanya (dulu) saya melihat Dinda Kanya Dewi berakting di layar kaca, baru kali ini saya melihat perempuan cantik dengan nuansa wajah antagonis ini berakting di layar kaca dan memerankan karakter wanita cantik, galak, tapi ngelawak. Sementara si cantik Isyana yang memang memiliki karakter clumsy di kehidupan sehari-harinya sukses memerankan perannya sebagai sekretaris yang aneh dan jenaka.

Scene yang lumayan hilarious bagi saya adalah dia pamit untuk pulang karena si Anjing sakit akibat digigit si Monyet. Si Anjing adalah nama kucing peliharaannya, sementara si Monyet adalah nama Anjing peliharannya. Belum lagi saat ia berbincang intim dengan ikan mas koki (yang juga) peliharaannya. It's so complicated yet hilarious.

Walaupun kisah cintanya Mamet dan Milly ini kurang bukan kisah romantis, tapi film ini cukup menghangatkan bagi saya. So guys, please come and watch this movie. Come with your wife, husband, boyfriend, girlfriend, and family. This isn't kind a movie that you should watch together with people that you love. Overall score is 7,75 out of 10.

 
Asuransi Millenial dengan Gaya Millenial

Belakangan ini entah kesambet apa, saya jadi mulai peduli akan perencanaan keuangan saya ke depan. Beberapa waktu yang lalu, hal tersebut sudah saya mulai  dengan melakukan pembelian investasi pertama dan sedang berpikir untuk menyegerakan pembelian Asuransi yang teman saya tawarkan sejak beberapa tahun silam.

Lahir di kurun tahun yang membuat saya katanya tetap masuk menjadi generasi millennial, mungkin menjadi alibi saya kenapa saya kurang peduli terhadap masalah remeh temeh keuangan dan juga perencanaannya. Bagi saya pribadi hal itu terlalu ribet dan njlimeti ALIAS RIBET..hahahaha. Alhamdulillah saya akhirnya sadar dan mulai belajar untuk menata masalah perencanaan keuangan saya. Well, some said that money can’t buy happiness, but financial freedom is feeling so great! 

Balik ke masalah asuransi, sebenernya seorang teman sudah menawarkan kepada saya masalah yang satu ini. Sempat terlintas niatan untuk membeli sejak lama, tapi kok rasanya pengeluaran untuk membayar preminya terhitung mahal ya. Ternyata oh ternyata ini bukan alasan dari saya saja, 52 % anak-anak millennial juga berpikir hal yang sama terkait pembayaran premi tersebut. Well, kasarnya uang segitu mending buat kongkow di kafe terbaru or travelling, apalagi kalau yang bersangkutan sudah memiliki asuransi diri dari tempatnya bekerja.


The Life Changer
Beruntung beberapa waktu lalu saya memiliki kesempatan mengikuti community gathering dan seminar yang diselenggarakan oleh Allianz Indonesia, salah satu provider asuransi jiwa terbaik yang ada di Indonesia. Acara yang diadakan di BUSS HQ Neo Soho Jakarta Barat (kantor asuransi rasa start up company, cucmew paraaaah) ini bertajuk Allianz Life Changer. Kenapa diberi judul life changer, karena dalam acara ini menjelaskan tentang program yang bisa menjadi “Life Changer” bagi para generasi millennial, cara bagaimana supaya para generasi millennial Indonesia bisa menjadi seorang wirausahawan yang mandiri terutama di bidang jasa keuangan asuransi.

Dengan model bisnis yang bisa diwariskan ke generasi berikutnya, program Allianz Life Changer ini terbilang cukup menarik. “Allianz menyadari bahwa perlindungan asuransi maupun perencanaan keuangan yang baik merupkana bagian penting dalam upaya mengubah diri sendiri maupun orang lain secara finansial.” ujar Joos Louwerier, Country Manager & Presiden Direktur Allianz Life Indonesia. Ia juga menjelaskan baha melalui program Life Changer ini Allianz memberikan kesempatan kepada bagi millennial untuk melakukan perubahan positif tersebut. Baik untuk diri kita sendiri atau pun orang-orang di sekitar kita.

Digitalisasi Asuransi
Sejujurnya saya lumayan kagum dengan eksistensi anak-anak millennial ini, yang bisa sedemikian rupa memaksa berbagai lini kehidupan untuk membarikan ruang khusus bagi eksistensi mereka. Saya millennial? Hahaha…saya masih mencoba menginkari itu, tapi satu waktu saya disodorkan oleh teman saya mengenai timeline generasi dan saya ada di dalam kurun waktu anak-anak millennial tersebut. Generasi yang sangat sarat dan dekat dengan dunia maya atau lebih dikenal dengan sebutan digital.


Nah, lekat dengan dunia digital ini juga menjadi salah satu nilai lebih yang dimiliki oleh program Life Changer-nya Allianz Indonesia. Dijelaskan oleh Ginawati Djuandi, Chief Agency Officer Allianz Indonesia bahwa Allianz sendiri telah mempersiapkan langkah stratrgis terkait hal tersebut. Life Changer hadir dengan proposisi produk tepat dan layanan berbasis digital. Klaim asuransi tidak hanya bisa dilakukan secara offline saja, tapi juga bisa melalui platform digital. Hmmm…menarik. Bisa mengurangi perihal urusan "njlimeti” yang selama ini saya hindari.

Kenapa si “njelimeti” itu bisa hilang. Karena oh karena, ternyata Allianz telah memiliki platform klaim asurasni digital yang diluncurkan 3 tahun yang lalau aplikasi yang bisa diunduh gratis melalui Google Play dan AppStore secara gratis ini akan membuat hal menjadi lebih mudah. Salah satunya adalah proses klaim asuransi. Dulu yang saya tahu untuk klaim asuransi itu setidaknya membutuhkan waktu sekitar 10 hari kerja dan dilakukan secara offline. Tapi di eAZy claim katanya cukup mengunduh file registrasi, masukan nomer polis yang dimiliki dan unggah struknya secara online. Proses akan dilakukan selama 2 hari, jika lewat dari seminggu dana kita belum cair juga maka nantinya dana akan cair berikut bonus-bonus tambahan seperti voucher belanja. Waduh seru juga, pilihannya adalah mereka harus tepat waktu atau kita dapet bonus..hahaha.

Kalau begini mudahnya mungkin sudah saatnya saya menyambut tawaran teman saya terkait asuransi di Allianz tersebut. Tapi kalau gak punya teman yang jadi agen Allianz jangan khawatir, coba cek di situs resmi Allianz Indonesia, www.allianz.co.id/lifechanger untuk informasi lengkapnya.




Baca Juga:
Saat Tiba Waktu Ajukan Visa Ke Amerika Serikat


Setelah beberapa tahun lalu saya ikut sibuk mengurus visa mantan pacar untuk bertugas ke Negeri Paman Sam, saya kira saya tidak akan berkesempatan untuk menjajal hal itu untuk diri saya sendiri. Jujur saja, negara adidaya yang satu ini memang belum ada di dalam list perjalanan wisata saya, selain terkait dengan kondisi financial, saya pribadi masih sangat menikmati berkelana di sekitara Asia saja. Mencoba menyambangi Eropa pun belum begitu mengugah benak saya. Beruntung (karena pekerjaan) beberapa waktu lalu saya mendapat kesempatan untuk menjalani proses pengajuan visa ke negara asal pahlawan favorit saya alias Captain America.

Jenis visa ke Amerika dibagi menjadi dua, yaitu visa imigran dan non-imigran. Saya mengajukan visa non-imigran. Proses pengajuan visa non imigran ke Amerika dimulai dengan mengisi formulir DS-160 yang bisa diakses melalui link ini. Semua informasi yang harus dilakukan, bagaimana cara mengisinya, apa saja yang harus diunggah semua ada lengkap di halaman tersebut. Tinggal perlu ketelatenan untuk membaca saja sebenarnya.

Kenapa saya minta untuk membaca dengan baik dan benar, karena kali ini saya bukan mau bercerita tentang hal-hal umum yang sebenarnya bisa didapatkan informasinya secara lengkap di situs kedutaan terkait, tapi lebih kepada hal-hal yang tidak tertulis yang terjadi selama proses pengajuan visa tersebut.

On Time Please
Setelah mengisi formulir DS-160, mendapatkan konfirmasi bahwa formulir DS-160 Anda sudah diterima, membayar biaya pembuatan visa (yang tidak dapat dikembalikan jika visa Anda ditolak), mengaktifkan akun, menunggu jadwal wawancara, lalu akhirnya mendapatkan konfirmasi jadwal untuk wawancara. Maka selain dokumen terkait yang dipersiapkan untuk dibawa saat proses wawancara Anda juga harus bersiap untuk tepat waktu. Yup, ON TIME. Jam karet ala kebanyakan orang Indonesia ditinggal dulu ya.

Jadwal wawancara itu terbagi menjadi 2 group, yaitu group A & B. Group A itu yang harus datang pagi, sesudah jam 06.30 hingga pukul 08.30, lewat dari jam tersebut maka Anda harus merencanakan ulang waktu wawancara visa Anda. Sementara group B akan diminta datang sesudah jam 08.30 hingga maksimal pukul 10.30, lewat dari itu Anda harus merencanakan ulang waktu wawancaranya.

Konon banyak para pengaju visa antri dari pukul 5 pagi, tapi pihak kedutaan sendiri melarang itu, datanglah sesuai dengan waktu yang diminta. Sebelum masuk ke dalam gedung akan ada petugas keamanan di halaman yang mengecek apakah nama Anda benar terdaftar. Jadi jangan lupa surat konfirmasi wawancara untuk di cetak, digital tidak berlaku di sini.

Masuk ke dalam gedung ada beberapa persyaratan yang harus Anda penuhi, yaitu bahwa di dalam tas Anda tidak boleh ada laptop, iPad, tablet, pengisi daya laptop ataupun handphone, kabel data, external hard disk, dan juga flash disk. Semua benda-benda tersebut di atas bisa dititipkan di bagian keamanan kecuali Laptop dan Ipad/ Tablet. Pihak keamanan kedutaan akan meminta Anda menitipkan barang tersebut di tempat penitipan yang katanya ada di Stasiun Gambir, atau dijaga oleh seseorang di bagian luar gedung alias nunggu di luar. Saya terjebak dengan kondisi tidak ada yang bisa dititipi dan Gambir walaupun dekat namun terasa jauh karean waktu yang cukup mepet. Pilihan saya, order Go Send, lalu mengirimkan ke kantor dan teman saya sudah menunggu manis di kantor untuk menerima tas saya. Saran terbaik, sebaiknya tidak usah membawa laptop, iPad/ Tablet saat wawancara.

Coba Diminum Dulu Mbak!
Masuk ke bagian keamanan, jika Anda membawa makanan atau minuman makan Anda akan diminta mencicipi makanan atau minuman itu, mungkin takut beracun atau ternyata bukan minuman yang ada di dalam botol minuman yang Anda bawa, well this what we called prevention.

Kenakan baju yang nyaman dan menyerap keringat, karena proses pemeriksaan dokumen dan pengambilan sidik jari dilakukan di ruangan semi terbuka, dengan kondisi negara tropis ini gerah adalah satu hal yang pasti.

Di bagian pemeriksaan dokumen, foto di formulir DS-160 Anda harus sama dengan foto yang Anda cetak, jadi jangan sampai salah cetak foto orang ya. Setelah pemeriksaan dokumen, proses dilanjutkan dengan recall ulang data sidik jari lalu proses wawancara.

Wawancara Visa Rasa Calon Mertua
Setelah recall ulang data sidik jari, tibalah di proses paling menentukan, wawancara. Jangan kaget kalau pertanyaan yang diajukan bukan hanya sekadar mau ngapain ke Amerika, tapi juga beberapa pertanyaan posesif macam udah kerja berapa lama, punya anak atau tidak, gajinya berapa, bahkan pertanyaan punya pacar apa gak di Amerika. Jadi jangan kaget ya.

Keputusan visa dipenuhi atau tidak langsung diberikan setelah wawancara, saat itu juga. Well, granted or not itu hak kedutaan, dan gak bisa diganggu gugat. Bersamaan saat saya diwawancara ada yang apply visa untuk menonton konser U2 di sana. Menurut penuturannya, dia sudah membeli tiket konser dan juga tiket pesawat tapi tetap saja ditolak. Saat ditanya kenapa ditolak hanya dijawab "silahkan pulang", jadi beneran gak boleh baper kalau ditolak, banyak-banyak berdoa aja.

Beberapa teman menyarankan untuk sedikit dress up saat wawancara aplikasi visa, dan rasanya saran ini tidak rugi untuk diikuti. Ya kasarnya, jika penampilan Anda saja kurang menyakinkan bagaimana mungkin mereka mau memberikan izin Anda masuk ke negaranya. 

Baca Juga: