Movie Review: Milly & Mamet, a Movie That Young Couple Can Relate

Photo Source: www.google.co.id

Setelah sekian lama saya musuhan sama tempat yang namanya bioskop, akhirnya kemarin saat libur Natal saya menyempatkan diri mampir ke bioskop. Awalnya saya heboh dengan film Marry Poppins yang baru saja naik, tapi adik saya kekeh mengajak nonton film Milly & Mamet yang juga kebetulan baru naik di layar lebar. Jujur, awalnya saya sempat skeptis dengan film ini, karena banyak yang bilang jalan ceritanya biasa aja. Beruntung, adik saya lumayan kekeh ingin nonton film yang merupakan spin off version dari film Ada Apa Dengan Cinta? ini.

Secara jalan cerita, film besutan Ernest Prakasa ini memang berbeda dengan film Ada Apa Dengan Cinta?, begitu juga genre yang dipilihnya. Jika AADC? bergenre drama, film ini bisa dikategorikan sebagai drama komedi. Well, lebih banyak komedinya mungkin, karena saya puas tertawa sepanjang film ini diputar.

Oh iya, bagi kalian yang membayangkan bahwa film ini adalah alur mundur kisah Mamet dan Milly, kalian salah besar. Film ini justru berkisah tentang perjalanan cinta Mamet dan Milly setelah mereka menikah. Lika-liku kehidupan pasangan muda di perkotaan. Yang galau memilih untuk menjadi ibu bekerja atau rumah tangga. Konflik-konflik yang hadir juga adalah konflik yang biasa dialami oleh pasangan muda. So, I guess young couple nowadays will relate a lot to this story, and you guys also can learn how to solve couple problem from them.

Seperti biasa, dalam film-filmnya Ernest selalu memberikan porsi bagi para stand up komedian, tapi menariknya dari film ini adalah kehadiran Dinda Kanya Dewi dan Isyana Sarasvati. Kalau biasanya (dulu) saya melihat Dinda Kanya Dewi berakting di layar kaca, baru kali ini saya melihat perempuan cantik dengan nuansa wajah antagonis ini berakting di layar kaca dan memerankan karakter wanita cantik, galak, tapi ngelawak. Sementara si cantik Isyana yang memang memiliki karakter clumsy di kehidupan sehari-harinya sukses memerankan perannya sebagai sekretaris yang aneh dan jenaka.

Scene yang lumayan hilarious bagi saya adalah dia pamit untuk pulang karena si Anjing sakit akibat digigit si Monyet. Si Anjing adalah nama kucing peliharaannya, sementara si Monyet adalah nama Anjing peliharannya. Belum lagi saat ia berbincang intim dengan ikan mas koki (yang juga) peliharaannya. It's so complicated yet hilarious.

Walaupun kisah cintanya Mamet dan Milly ini kurang bukan kisah romantis, tapi film ini cukup menghangatkan bagi saya. So guys, please come and watch this movie. Come with your wife, husband, boyfriend, girlfriend, and family. This isn't kind a movie that you should watch together with people that you love. Overall score is 7,75 out of 10.

 
Asuransi Millenial dengan Gaya Millenial

Belakangan ini entah kesambet apa, saya jadi mulai peduli akan perencanaan keuangan saya ke depan. Beberapa waktu yang lalu, hal tersebut sudah saya mulai  dengan melakukan pembelian investasi pertama dan sedang berpikir untuk menyegerakan pembelian Asuransi yang teman saya tawarkan sejak beberapa tahun silam.

Lahir di kurun tahun yang membuat saya katanya tetap masuk menjadi generasi millennial, mungkin menjadi alibi saya kenapa saya kurang peduli terhadap masalah remeh temeh keuangan dan juga perencanaannya. Bagi saya pribadi hal itu terlalu ribet dan njlimeti ALIAS RIBET..hahahaha. Alhamdulillah saya akhirnya sadar dan mulai belajar untuk menata masalah perencanaan keuangan saya. Well, some said that money can’t buy happiness, but financial freedom is feeling so great! 

Balik ke masalah asuransi, sebenernya seorang teman sudah menawarkan kepada saya masalah yang satu ini. Sempat terlintas niatan untuk membeli sejak lama, tapi kok rasanya pengeluaran untuk membayar preminya terhitung mahal ya. Ternyata oh ternyata ini bukan alasan dari saya saja, 52 % anak-anak millennial juga berpikir hal yang sama terkait pembayaran premi tersebut. Well, kasarnya uang segitu mending buat kongkow di kafe terbaru or travelling, apalagi kalau yang bersangkutan sudah memiliki asuransi diri dari tempatnya bekerja.


The Life Changer
Beruntung beberapa waktu lalu saya memiliki kesempatan mengikuti community gathering dan seminar yang diselenggarakan oleh Allianz Indonesia, salah satu provider asuransi jiwa terbaik yang ada di Indonesia. Acara yang diadakan di BUSS HQ Neo Soho Jakarta Barat (kantor asuransi rasa start up company, cucmew paraaaah) ini bertajuk Allianz Life Changer. Kenapa diberi judul life changer, karena dalam acara ini menjelaskan tentang program yang bisa menjadi “Life Changer” bagi para generasi millennial, cara bagaimana supaya para generasi millennial Indonesia bisa menjadi seorang wirausahawan yang mandiri terutama di bidang jasa keuangan asuransi.

Dengan model bisnis yang bisa diwariskan ke generasi berikutnya, program Allianz Life Changer ini terbilang cukup menarik. “Allianz menyadari bahwa perlindungan asuransi maupun perencanaan keuangan yang baik merupkana bagian penting dalam upaya mengubah diri sendiri maupun orang lain secara finansial.” ujar Joos Louwerier, Country Manager & Presiden Direktur Allianz Life Indonesia. Ia juga menjelaskan baha melalui program Life Changer ini Allianz memberikan kesempatan kepada bagi millennial untuk melakukan perubahan positif tersebut. Baik untuk diri kita sendiri atau pun orang-orang di sekitar kita.

Digitalisasi Asuransi
Sejujurnya saya lumayan kagum dengan eksistensi anak-anak millennial ini, yang bisa sedemikian rupa memaksa berbagai lini kehidupan untuk membarikan ruang khusus bagi eksistensi mereka. Saya millennial? Hahaha…saya masih mencoba menginkari itu, tapi satu waktu saya disodorkan oleh teman saya mengenai timeline generasi dan saya ada di dalam kurun waktu anak-anak millennial tersebut. Generasi yang sangat sarat dan dekat dengan dunia maya atau lebih dikenal dengan sebutan digital.


Nah, lekat dengan dunia digital ini juga menjadi salah satu nilai lebih yang dimiliki oleh program Life Changer-nya Allianz Indonesia. Dijelaskan oleh Ginawati Djuandi, Chief Agency Officer Allianz Indonesia bahwa Allianz sendiri telah mempersiapkan langkah stratrgis terkait hal tersebut. Life Changer hadir dengan proposisi produk tepat dan layanan berbasis digital. Klaim asuransi tidak hanya bisa dilakukan secara offline saja, tapi juga bisa melalui platform digital. Hmmm…menarik. Bisa mengurangi perihal urusan "njlimeti” yang selama ini saya hindari.

Kenapa si “njelimeti” itu bisa hilang. Karena oh karena, ternyata Allianz telah memiliki platform klaim asurasni digital yang diluncurkan 3 tahun yang lalau aplikasi yang bisa diunduh gratis melalui Google Play dan AppStore secara gratis ini akan membuat hal menjadi lebih mudah. Salah satunya adalah proses klaim asuransi. Dulu yang saya tahu untuk klaim asuransi itu setidaknya membutuhkan waktu sekitar 10 hari kerja dan dilakukan secara offline. Tapi di eAZy claim katanya cukup mengunduh file registrasi, masukan nomer polis yang dimiliki dan unggah struknya secara online. Proses akan dilakukan selama 2 hari, jika lewat dari seminggu dana kita belum cair juga maka nantinya dana akan cair berikut bonus-bonus tambahan seperti voucher belanja. Waduh seru juga, pilihannya adalah mereka harus tepat waktu atau kita dapet bonus..hahaha.

Kalau begini mudahnya mungkin sudah saatnya saya menyambut tawaran teman saya terkait asuransi di Allianz tersebut. Tapi kalau gak punya teman yang jadi agen Allianz jangan khawatir, coba cek di situs resmi Allianz Indonesia, www.allianz.co.id/lifechanger untuk informasi lengkapnya.




Baca Juga:
Saat Tiba Waktu Ajukan Visa Ke Amerika Serikat


Setelah beberapa tahun lalu saya ikut sibuk mengurus visa mantan pacar untuk bertugas ke Negeri Paman Sam, saya kira saya tidak akan berkesempatan untuk menjajal hal itu untuk diri saya sendiri. Jujur saja, negara adidaya yang satu ini memang belum ada di dalam list perjalanan wisata saya, selain terkait dengan kondisi financial, saya pribadi masih sangat menikmati berkelana di sekitara Asia saja. Mencoba menyambangi Eropa pun belum begitu mengugah benak saya. Beruntung (karena pekerjaan) beberapa waktu lalu saya mendapat kesempatan untuk menjalani proses pengajuan visa ke negara asal pahlawan favorit saya alias Captain America.

Jenis visa ke Amerika dibagi menjadi dua, yaitu visa imigran dan non-imigran. Saya mengajukan visa non-imigran. Proses pengajuan visa non imigran ke Amerika dimulai dengan mengisi formulir DS-160 yang bisa diakses melalui link ini. Semua informasi yang harus dilakukan, bagaimana cara mengisinya, apa saja yang harus diunggah semua ada lengkap di halaman tersebut. Tinggal perlu ketelatenan untuk membaca saja sebenarnya.

Kenapa saya minta untuk membaca dengan baik dan benar, karena kali ini saya bukan mau bercerita tentang hal-hal umum yang sebenarnya bisa didapatkan informasinya secara lengkap di situs kedutaan terkait, tapi lebih kepada hal-hal yang tidak tertulis yang terjadi selama proses pengajuan visa tersebut.

On Time Please
Setelah mengisi formulir DS-160, mendapatkan konfirmasi bahwa formulir DS-160 Anda sudah diterima, membayar biaya pembuatan visa (yang tidak dapat dikembalikan jika visa Anda ditolak), mengaktifkan akun, menunggu jadwal wawancara, lalu akhirnya mendapatkan konfirmasi jadwal untuk wawancara. Maka selain dokumen terkait yang dipersiapkan untuk dibawa saat proses wawancara Anda juga harus bersiap untuk tepat waktu. Yup, ON TIME. Jam karet ala kebanyakan orang Indonesia ditinggal dulu ya.

Jadwal wawancara itu terbagi menjadi 2 group, yaitu group A & B. Group A itu yang harus datang pagi, sesudah jam 06.30 hingga pukul 08.30, lewat dari jam tersebut maka Anda harus merencanakan ulang waktu wawancara visa Anda. Sementara group B akan diminta datang sesudah jam 08.30 hingga maksimal pukul 10.30, lewat dari itu Anda harus merencanakan ulang waktu wawancaranya.

Konon banyak para pengaju visa antri dari pukul 5 pagi, tapi pihak kedutaan sendiri melarang itu, datanglah sesuai dengan waktu yang diminta. Sebelum masuk ke dalam gedung akan ada petugas keamanan di halaman yang mengecek apakah nama Anda benar terdaftar. Jadi jangan lupa surat konfirmasi wawancara untuk di cetak, digital tidak berlaku di sini.

Masuk ke dalam gedung ada beberapa persyaratan yang harus Anda penuhi, yaitu bahwa di dalam tas Anda tidak boleh ada laptop, iPad, tablet, pengisi daya laptop ataupun handphone, kabel data, external hard disk, dan juga flash disk. Semua benda-benda tersebut di atas bisa dititipkan di bagian keamanan kecuali Laptop dan Ipad/ Tablet. Pihak keamanan kedutaan akan meminta Anda menitipkan barang tersebut di tempat penitipan yang katanya ada di Stasiun Gambir, atau dijaga oleh seseorang di bagian luar gedung alias nunggu di luar. Saya terjebak dengan kondisi tidak ada yang bisa dititipi dan Gambir walaupun dekat namun terasa jauh karean waktu yang cukup mepet. Pilihan saya, order Go Send, lalu mengirimkan ke kantor dan teman saya sudah menunggu manis di kantor untuk menerima tas saya. Saran terbaik, sebaiknya tidak usah membawa laptop, iPad/ Tablet saat wawancara.

Coba Diminum Dulu Mbak!
Masuk ke bagian keamanan, jika Anda membawa makanan atau minuman makan Anda akan diminta mencicipi makanan atau minuman itu, mungkin takut beracun atau ternyata bukan minuman yang ada di dalam botol minuman yang Anda bawa, well this what we called prevention.

Kenakan baju yang nyaman dan menyerap keringat, karena proses pemeriksaan dokumen dan pengambilan sidik jari dilakukan di ruangan semi terbuka, dengan kondisi negara tropis ini gerah adalah satu hal yang pasti.

Di bagian pemeriksaan dokumen, foto di formulir DS-160 Anda harus sama dengan foto yang Anda cetak, jadi jangan sampai salah cetak foto orang ya. Setelah pemeriksaan dokumen, proses dilanjutkan dengan recall ulang data sidik jari lalu proses wawancara.

Wawancara Visa Rasa Calon Mertua
Setelah recall ulang data sidik jari, tibalah di proses paling menentukan, wawancara. Jangan kaget kalau pertanyaan yang diajukan bukan hanya sekadar mau ngapain ke Amerika, tapi juga beberapa pertanyaan posesif macam udah kerja berapa lama, punya anak atau tidak, gajinya berapa, bahkan pertanyaan punya pacar apa gak di Amerika. Jadi jangan kaget ya.

Keputusan visa dipenuhi atau tidak langsung diberikan setelah wawancara, saat itu juga. Well, granted or not itu hak kedutaan, dan gak bisa diganggu gugat. Bersamaan saat saya diwawancara ada yang apply visa untuk menonton konser U2 di sana. Menurut penuturannya, dia sudah membeli tiket konser dan juga tiket pesawat tapi tetap saja ditolak. Saat ditanya kenapa ditolak hanya dijawab "silahkan pulang", jadi beneran gak boleh baper kalau ditolak, banyak-banyak berdoa aja.

Beberapa teman menyarankan untuk sedikit dress up saat wawancara aplikasi visa, dan rasanya saran ini tidak rugi untuk diikuti. Ya kasarnya, jika penampilan Anda saja kurang menyakinkan bagaimana mungkin mereka mau memberikan izin Anda masuk ke negaranya. 

Baca Juga:


 

Siapa tidak suka es krim? Hidangan penutup dengan tekstur es yang lembut dengan berbagai rasa ini merupakan panganan favorit bagi banyak orang. Tidak padang usia dan juga jenis kelamin, es krim kerap menjadi santapan akhir yang dicari. Makanan beku yang konon sudah ditemukan sejak abad ke 2 Sebelum Masehi ini juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda di setiap negara dan salah satu negara yang mahsyur dengan es krimnya adalah Italia.

Di Italia, Es Krim lebih dikenal dengan nama Gelato, walaupun Gelato dan Es Krim juga memiliki kandungan yang berbeda. Gelato sendiri mulai di kenal sekitar abad ke 16 saat satu keluarga di Florence, Italia mengadakan kompetisi untuk membuat hidangan penutup paling enak. Adalah seorang peternak ayam yang memiliki hobi memasak bernama Ruggeri yang memenangkan kompetisi tersebut dengan membuat Gelato. Diboyong ke Perancis, hidangan penutup buatan Ruggeri pun mulai dikenal masyarakat luas. Gelato pun kini menjadi salah satu makanan penutup paling terkenal di muka bumi.

That Another Form of Happiness
Have you ever heard wise people who said that, money cant buy happiness, but you can buy Gelato, another form of happiness. Ya, tidak sedikit orang yang meyakini bahwa Gelato adalah salah satu bentuk kebahagiaan yang bisa mengubah suasana hati seketika, sayangnya dibanding dengan es krim biasa, Gelato biasanya memiliki harga yang terbilang cukup selangit. Mungkin karena label impor yang disandangnya.

Namun anggapan Gelato itu mahal, seketika akan sirna saat tiba di kedai cantik dengan dekorasi utama berwarna hijau toska yang terletak di sekitaran Gondangdia, Jakarta Pusat. Gerai Gelato dengan nama Nora Gelato ini terlihat cukup mencolok, posisinya berada tepat di seberang pintu masuk utama Masjid Cut Nyak Dien yang juga berada tidak jauh dari Stasiun Kereta Api Gondangdia.

Nora Gelato menawarkan Gelato home made berbagai macam rasa yang berbeda setiap harinya, Earl Grey Lavender dan Silver Queen Chocolate adalah beberapa rasa andalan mereka. Nora Gelato tidak menggunakan gula dalam Gelatonya, untuk beberapa varian seperti Avocado Sorbet dan Jasmine Green Tea rasanya menjadi sedikit pahit. Tapi jangan khawatir, mereka menyediakan madu untuk para pecinta rasa manis.

Masalah harga, kedai Gelato yang satu ini sangat bersahabat. Satu scoop gelato cukup seharga 18 ribu Rupiah, 2 scoop seharga 28 ribu Rupiah, sementara porsi besar 3 scoop seharga 38 ribu Rupiah. Setiap porsinya memiliki gratis topping Gelato yang bisa dipilih sendiri.

Kedai mungil yang buka setiap harinya dari jam 10 pagi hingga jam 9 malam ini memiliki area duduk yang nyaman di bagian sebelah kanan kedai. Terdapat beberapa bangku dan juga ayunan nyaman untuk bersantai. Infused water juga tersedia di pojok ruangan kedai. Tidak salah jika kedai ini juga bisa menjadi tempat alternatif untuk menghabiskan waktu dengan orang-orang tersayang, baik keluarga, sahabat, atau pun pasangan.












 

Nama Kedai: Nora Gelato
Alamat: Jl. Johar No.5A, RT.5/RW.3, Gondangdia, Menteng, Jakpus, RT.5/RW.3, Gondangdia, Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10350
Instagram: @noragelato
Maps: