Jadi Siapa Yang Alergi Emansipasi Wanita??
Jadi Siapa Yang Alergi Emansipasi Wanita??
Bahas-bahas
masalah emansipasi wanita kadang bisa jadi pisau bermata dua juga
ternyata, apalagi saat dihadapkan dengan kenyataan banyak yang katanya
setuju sama emansipasi wanita tapi ternyata gak siap juga menghadapi
masalah emansipasi wanita ini.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia online Emansipasi Wanita memiliki arti
proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang
rendah
atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang
dan
untuk maju. Yang secara bahasa manusianya emansipasi wanita itu seharusnya
merupakan persamaan hak-hak wanita dengan para pria di segala bidang
yang ada. Tapi sayangnya saya rasa masih banyak pihak yang nampaknya
alergi dengan emansipasi wanita ini, baik para pria maupun para wanita
itu sendiri.
Buat
saya pribadi, emansipasi wanita itu berarti bisa menerima bahwa wanita
bisa lebih unggul disegala bidang, bisa menerima bahwa wanita juga boleh
dan bisa menjadi breadwinner bagi keluarga, bisa menerima bahwa kalian
para pria harus kalah bersaing dengan kami para wanita di kompetisi
hidup yang ada.
Emansipasi
wanita, nampaknya sering dikaitkan dengan kemandirian seorang wanita,
ya berdasarkan hasil perbincangan saya sore ini dengan teman saya Titis
dan Mamet intinya buat kami emansipasi wanita itu ya wanita mandiri,
stand on her own feet or some people may called it alfa
female...(indomaret gak ada apaaah??).
Buat
saya dan Titis wanita yang kurang lebih sepuluh tahun menerpa kerasnya
kehidupan ibukota, temenan sama angkutan umum sepanjang hari, hal-hal
sepele macam tidak di jemput pacar pas lagi punya, atau
harus ngerjain kerjaan yang katanya kerjaan pria adalah bukan masalah
besar. Toh selama ini kami memang menjalankannya sendiri, jadi bukan
berarti saat ada pasangan kami harus mendadak manja menjadi tidak bisa.
Sayangnya yang saya gagal paham banyak pria-pria di luaran sana yang
merasa tersinggung dengan sikap wanita yang seperti ini, dibilang
kelewat mandiri, tidak bisa menghargai kehadiran sosok pria atau paling
parah bahwa kami sepertinya tidak butuh pria. Defensif saya mengatakan
bukannya tidak butuh kehadiran pria, namun jika memang masih bisa
dikerjakan sendiri kenapa harus bikin repot orang lain??
Berbeda dengan pria kebanyakan teman saya Mamet punya pemikiran bahwa wanita mandiri itu keren kibas poni,
toh malah tidak menyusahkan pasangannya jika di depannya mereka akan
menikah. Ya bukan berarti dia lepas tangan juga akan tanggung jawab
terhadap pasangannya nanti, tapi paling tidak wanita mandiri itu
biasanya lebih bisa menghargai hasil kerja pasangannya, dan buat dia
point tidak manja itu hal penting. Hal sepele tidak bisa menjemput dan
pihak wanita terima-terima saja adalah nilai plus bagi wanita buat dia.
Buat
kami bertiga kalau memang mengakui keberadaan emansipasi wanita,
mengapa tidak diakui secara menyeluruh, jangan hanya mengakui eksistensi
emansipasi wanita saat hal tersebut ada nilai menguntungkan bagi pihak
tertentu.
Jangan
jika saat anda membeli berlian dengan gaji anda sendiri dan pasangan
anda marah lalu tiba-tiba anda mengatakan bahwa itu hak anda mau membeli
apa dengan uang anda, toh anda adalah wanita mandiri, namun merengek
merajuk marah saat pasangan anda mengatakan berhalangan menjemput anda
dengan mengatakan dia tidak sayang lagi kepada anda.
Jangan
juga anda melarang-larang pasangan anda untuk bekerja dan menyuruhnya
di rumah sementara memenuhi beberapa kebutuhan tambahan mereka saja anda
malah berteriak dasar wanita manja.
Pembicaraan
mengenai emansipasi wanita ini biasanya bermuara pada masalah posisi
wanita di rumah tangga. Saya rasa para wanita mandiri tetap tidak akan
melupakan kodratnya sebagai istri maupun seorang ibu, oh iya satu lagi
jangan pernah anda mengajak seorang wanita mandiri untuk hidup susah
bersama. Maaf, kalau hidup sendiri saya bisa bahagia kenapa saya harus
mau membagi hidup bersama dengan orang dengan keadaan susah.
Berbahagialah kalian yang punya pasangan mandiri dan berbahagialah
kalian yang memiliki pasangan yang bisa memahami konsep emansipasi
wanita.
Permasalahan
emansipasi wanita ini nampaknya tidak hanya terjadi dibelahan bumi
nusantara tercinta. Pagi ini, guru kelas bahasa Korea saya sempat
menyinggung masalah emansipasi wanita. Zaman dahulu, posisi wanita di
Korea sendiri kurang di hargai. Orang tua akan lebih bangga jika anak
yang dilahirkannya adalah pria, namun sekarang sudah tidak lagi.
Emansipasi wanita sudah cukup baik disana, bahkan saat ini seorang
wanita bisa memimpin negeri ginseng tersebut. Sementara hal ini juga
terjadi di tanah air, beberapa suku di nusantara ini secara jelas
memperlakukan seorang anak pria jauh lebih baik dibanding wanita, pria
diutamakan dalam berbagai macam hal. Beruntung hal itu juga sudah mulai
terkikis juga, kemampuan seseorang tidak dilihat lagi dari gendernya
melainkan dari kemampuan diri secara personal. Ya marilah berdoa semoga
kedepannya emansipasi wanita ini tidak lagi menjadi kendala yang berarti
dimanapun di belahan dunia ini.
Adios.. ^_^
Ishhh bukan main lagi berapi-api ini. Ada yang ngira juga emansipasi wanita itu membenci pria...kalau gw gak malah gw pecinta pria buahahahaha....kampanye Emma Watson yang HeforShe bagus tuh
ReplyDelete