Berobat Jalan ke Klinik Kopi

Berobat Jalan ke Klinik Kopi 


Sempat menyambangi Sellie Coffee (Baca: Ngopi Santai ala Rangga dan Cinta), maka rasanya belum lengkap jika kunjungan kedai kopi AADC saya ini tidak sekalian saya genapi seluruhnya. Lagi pula kisah Cinta dan Rangga hanya berlabuh di dua kedai kopi saja kok..hehehe....dan kedai kedua itu bernama Klinik Kopi.

Awalnya saya sempat bingung bagaimana cara pergi ke kedai Klinik Kopi, maklum saya termasuk buta jalan di Jogja, karena setiap berkunjung ke kota Gudeg ini saya terbiasa duduk manis lalu sampai di tempat tujuan soalnya..hehehe. Alhamdulillah atas kebaikan hati sepupu teman saya yang kebetulan sudah lama menjadi warga Jogja akhirnya saya, teman saya pun akhirnya bisa bertandang ke sana.

Kedai kopi yang terletak di Jalan Kaliurang ini lokasinya boleh dibilang cukup secluded, selain berada di dalam gang, di sekitarnya pun tidak terlalu banyak rumah penduduk. Kedai kopi ini menempati sebuah rumah tinggal dengan tampilan yang sangat asri. Di bagian depan terdapat kebun hidroponik dan juga beberapa tempat duduk yang terbuat dari bambu yang diperuntukkan bagi para pengunjung yang ingin duduk santai dan menikmati semilir angin Jogja. Sementara di bagian dalam terdapat sebuah saung dari bambu berlantaikan keramik yang nyaman untuk berkumpul dan mengobrol sambil menikmati secangkir kopi hitam panas.


Jika biasanya kita bisa langsung memesan jenis kopi yang kita inginkan di Klinik Kopi sedikit berbeda. Kedai kopi yang hanya buka dari jam 4 sore hingga 8 malam ini menerapkan sistem daftar antri. Jadi jangan lupa setibanya Anda di sana jangan langsung duduk-duduk santai, tapi ingat untuk segera mengambil nomor antrian Anda. Minta saja langsung kepada salah seorang pramusaji di sana. Setelah mendapatkan nomor antrian Anda bisa bebas menikmati suasana di sana. Saya pribadi tidak menyarankan untuk mendatangi kedai ini dalam kondisi perut kosong, karena Klinik Kopi memang tidak menjual makanan berat, tetapi jangan khawatir jika hanya sekadar ingin menganjal perut. Klinik kopi menjual beberapa roti seperti bolu pisang, dan juga cinnamon roll. Selain itu juga tersedia cemilan seperti keripik singkong yang bisa Anda cicipi secara cuma-cuma. Jika ingin minum, ada satu galon sedang air putih dengan irisan lemon di sana, yang ini juga gratis. Jika habis, cukup Anda beritahukan kepada pramusaji dan mereka akan mengisi ulang snack dan juga air lemon tersebut.

Mas Pepeng, Sang Pemilik Kedai Kopi - Photo: @gravityaroundme

Waktu itu saya menunggu sekitar satu setengah jam hingga akhirnya bisa memesan kopi di sana. Jika biasanya kita memesan kopi hanya tinggal menyebutkan minuman apa yang mau tetapi di sini berbeda. Sang pemilik akan menjelaskan kepada Anda biji kopi apa saja yang mereka miliki dan bagaimana cara mendapatkannya. Biasanya dia akan bertanya apa jenis kopi yang biasa kita minum, apakah kopi dengan kadar asam tinggi atau rendah. Kalau tidak salah ingat kala itu saja memesan kopi dari Bali dengan kadar asam rendah. Anda tidak akan menemukan mesin Espresso di Klinik Kopi, karena mereka melakukan hampir semuanya secara manual, kecuali proses menggiling kopi yang menggunakan mesin giling. Di sini para penggemar Cappuccino dan Cafe Latte harus mengalah dengan para penggemar Americano, mengingat Klinik Kopi benar-benar hanya menyajikan kopi hitam pekat yang diseduh dengan cara V60.

Menyeduh kopi dengan menggunakan teknik manual V60

Jangan coba meminta gula atau susu cair, mereka tidak menyediakannya di sana. Sepupu teman saya sempat bertanya mengapa di sini tidak menggunakan mesin Espresso modern, Mas Pepeng sang pemilik mengatakan, "Wah, kalau saya enggak sih mas pakai mesin modern. Justru saya ingin memperlihatkan bahwa beginalah cara menikmati kopi sesungguhnya. Secara manual. Paling nikmat," tuturnya. Saat saya bertanya single origin favoritnya dia menjelaskan bahwa baginya tidak ada favorit dalam ngopi, semuanya dia suka. Pertanyaan terakhir dari teman saya adalah mengenai jam buka kedai yang terbilang lumayan antik. Bayangkan saja mereka baru buka pukul 4 sore dan sudah tutup pukul 8 malam, bahkan menurut beberapa kenalan di Jogja, saat libur panjang kedai yang melakukan proses roastingnya sendiri ini kerap memilih tutup. "Ya, tenaga kami kan tenaga manusia mbak, bukan mesin. Jadi jam kerjanya semampu kami saja, tidak kami paksakan," jelasnya.

Segelas kopi dihargai 15 ribu rupiah saja, sementara roti-roti dijual seharga 20 ribu rupiah per potong, cara membayarnya juga cukup unik, karena tidak ada kasir di sana. Anda hanya akan dipersilahkan memasukan uang ke dalam kaleng sejumlah dengan total harga kopi yang Anda beli, dan mengambil kembaliannya juga sendiri. Semacam uji coba kejujuran ya. Semoga semua pengunjungnya jujur ya. Amiiiin... :D

Klinik kopi ternyata tidak sekadar menjual kopi seduh saja, jika Anda menyukai biji kopi mereka maka bisa langsung membelinya di sana. Usut punya usut, biji kopi milik Klinik Kopi sudah melanglang buana ke berbagai negara di belahan dunia. Saat saya berada di sana kedai ini juga tengah ramai oleh kunjungan turis asal Taiwan dan Jepang.

Mengunjungi kedai yang satu ini Anda akan merasa seperti tengah melakukan berobat jalan kafein. Bisa dikatakan mungkin kedai ini salah satu kedai yang bisa menawarkan Anda sensasi ngopi yang sebenarnya.



 






Nama Kedai Kopi: Klinik Kopi
Alamat: Jl. Kaliurang KM. 7.8, Gang Bima, Sinduharjo, Ngaglik, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55581, Indonesia
Telefon: +62 813-9278-4240

Map:




Baca Juga: 
Armor Kopi, Kombinasi Lengkap Antara Alam dan Secangkir Kopi 
Finally, The Famous Tanamera Coffee 

No comments:

Post a Comment