Jajaki Tanah Batak di Negara Singa

Tampak Depan Asian Civilization Museum
Yap, jajaki tanah batak di Negara Singa. Kedengaran cukup aneh bukan, kenapa saya harus menjajaki tanah Batak di Singapura..hehehe. Cerita punya cerita saat saya berkunjung kesana bulan Februari lalu, sedang ada pameran tentang sejarah Batak di Asian Civilization Museum Singapura. Sebagai pecinta museum, tempat ini langsung menjadi lokasi pertama yang saya kunjungi setelah landing lagi disana.

Berlokasi disekitar wilayah Empress Pi, Asian Civilization Museum ini beroperasi setiap hari dari pukul 10 pagi hingga 7 malam waktu setempat, terkecuali pada hari Jumat, museum buka hingga pukul 9 malam. Sebenarnya saya tidak suka membanding-bandingkan antara Indonesia dengan negara lain mengingat lain padang lain belalang. Namun, melihat jam buka museum di Singapura ini jelas saya sangat tergelitik untuk berkomentar, andai saja museum di Indonesia buka hingga pukul 7 malam setiap harinya, saya rasa pasti jumlah pengunjung Museum bisa meningkat...tapi...ah terlalu panjang dan akan merusak posting ini kalau saya mengeluhkan tentang museum di Indonesia.

Kembali Asian Civilization Museum, museum ini menerapkan tarif khusus bagi kunjugan ke museum pada hari jumat mulai pukul 7 malam waktu setempat. Tiket yang harus dibayar hanya 50 persen dari harga biasanya. Yihaaa...diskon ini membuat saya hanya perlu mebayar sebesar 4 SGD perorang, happy..pastiiii. Sebenarnya saya di tawarkan untuk membeli tiket pameran lengkap yang sedang berlangsung di sana, namun merogoh kocek sebesar 20 SGD sangat lumayan sepertinya. Jadi saya cukup puas dengan pameran gratis yang ada, untungnya pameran tanah batak ini masuk kategori pameran gratis..*big grin*.

Pameran dengan judul BEGINNING OF THE BECOMING ini dimulai di lantai pertama museum, saya disambut oleh satu bingkai berukuran raksasa dengan tulisan Beginning of the Becoming, Batak Suthern from Northern Sumatera dengan hiasan pahatan kayu tradisional batak disampingnya, saya pun menyempatkan berpose disampingnya.
 



Hiasan pahatan kayu tradisional batak ini adalah salah satu dekorasi utama yang biasanya ada di Rumah para lelihir Batak. Merepresentasikan sosok naga sakto, Naga Padoha yang akhirnya dikalahkan oleh Boru Deak Parujar, The Creator of Earth.

Beginning of the Becoming ini sendiri adalah pameran yang menceritakan tentang kelahiran sosok raja batak, yang diawali oleh keberadaan tuhan pertama yang dikenal dengan nama Mula Jadi Na Bolon, namanya sendiri berarti AWAL DARI MENJADI atau dalam bahasa Inggris  BEGINNING OF THE BECOMING. Mula Jadi Na Bolon menciptakan tiga orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan yang kemudian ia jadikan istri bagi ketiga anak laki-lakinya. Mula bukanlah tuhan yang menciptakan bumi, bumi diciptakan oleh cucu perempuan mula yang bernama Si Boru Deak Parujar.

Tiga kali Boru berusaha untuk menciptakan bumi menggunakan segenggam tanah yang diberikan oleh Mula kepadanya. Namu setiap kali hampir berhasil membentuk bumi usahanya selalu di hancurkan oleh Naga Padoha, yang menjada dunia di bawah. Dalam usaha terakhirnya, dia berhasil mengikat naga padoha di antara pedang dan tanah. Sampai hari ini Naga Padoha belum juga bisa membebaskan diri. Menurut kepercayaan Batak gempa bumi terjadi karena usaha Naga Padoha untuk melepaskan dirinya.

Back in time, Boru akhirnya menyerah dan setuju untuk menikahi lelaki yang meminangnya namun dengan syarat bahwa lelaki itu bersedia untuk berganti nama dan mengubah dirinya menjadi sesosok pria tampan dan mereka akan tinggal di bumi ciptaan Boru. Mereka tinggal di Gunung Merapi hingga ke sisi Barat Danau Toba. Pasangan ini memiliki banyak anak, salah satu cucu mereka yang bernama Si Raja Batak lah yang akhirnya menjadi ayah bagi seluruh orang Batak.

Tampak Dalam Ruang Pameran

Raja Batak



Yup, Si Raja Batak, ayah bagi seluruh orang Batak. Seru juga ternyata mengikuti sejarah leluhur nenek moyang suku yang satu ini. Bagai mendengar kisah-kisah fantastis dewa-dewa Mitologi Yunani yang sangat tersohor di dunia. Namu sayangnya hanya itu sekilas sejarah yang bisa saya dapat dari pameran ini, hasrat hati ingin mendapatkan lebih namun mengingat saya hanya punya waktu kurang dari 2 jam untuk mengelilingi museum yang lumayan besar ini akhirnya saya memilihi untuk mengambil beberapa foto saja.



Oh iya, hari ini saya berbincang dengan seorang teman saya yang kebetulan belum lama pergi ke tanah Batak, ia juga mengamini pendapat saya bahwa kisah nenek moyang orang Batak ini bagai kisah para dewa-dewa Mitologi Yunani. Sempat di ceritakannya tentang kisah kenapa Belanda bisa bilang orang Batak itu makan orang, dan rasanya saya harus menyempatkan diri untuk berwisata langsung ke Tanah Batak ini.

Adios.. ^_^


Cavenagh Bridge, Oldest Bridge in Town


Another day in Singapore, trip around this town always be good here, moreover if the sky is blue and bright like that afternoon. Cavenagh Bridge is one of my favorite place to go in Singapore, the oldest bridge in town.Since I landed in afternoon time, so I decided to go to this bridge straight, moreover I also planned my self to go to Asian Civilization Museum which is near the bridge.

Cavenagh Bridge was built by the year 1868, in order to commemorate the 50th Anniversary of the founding of the Crown Colony of the Straits Settlements held in 1869. It is named after Colonel Cavenagh, the last Governor of the Straits Settlements (1859 - 1867) under the Government of British India. This bridge was planned to be named "Edinburgh Bridge" by the Governer Ord, since this bridge was first used during the visit of the Duke of Edinburgh to Singapore, but the city council decided to named it after a Colonel Cavenagh. This bridge was the last major project undertaken by Indian labor in 1869, and was opened without any special ceremony. It was designed by Colonel G.C. Collyer, Chief Engineer of the Straits Settlements, with R.M. Ordish, of the Public Works Department, then under the charge of John Turnbull Thomson. Its steel structure was shipped out from Glasgow by P&W MacLellan, and constructed by these P&W MacLellan Engineers of Scotland of the Clutha Ironworks. It was also the same company that had built the cast iron Telok Ayer Market.

Back in that time, the bridge linked Commercial Square (Raffles Place) and the government quarter, an essential alternative to get to the Post Office, replacing the ferry crossing which had cost a duit ("one cent") per ride.

In 1909, another bridge was built namely Anderson Bridge. Since the Anderson bridge was done all heavy traffic was diverted there, Cavenagh Bridge was declared off limits to "Vehicles Exceeding 3cwts, cattle and horses"only and then converted again into pedestrian bridge.

Another problem passed by this bridge, had not been designed to make allowances for the tides and as late as 1983, the bumboats (tongkangs in Malay or twa-koh in Chinese) plowing the river had to wait for low tide before making their way under the bridge. Finally, Singapore Public Works Department (PWD) decided to do another refurbishment to the bridge. It was for 5 months long, cavenagh bridge got make over for it preserve and strengthen its structure. This bridge was reopen on 3 July 1987.

Nowadays, Cavenagh Bridge is one of tourism attraction in Singapore. Located between the famous Fullerton Hotel and Asian Civilization Museum, make people always gather around this area. Since this area is also surrounding by a beatiful river view from the Singapore River, near with the Clarke Quay area and just a couple minutes from the Esplanade and Merlion Park.
It's not only tourist who often come here, when I was there, in that afternoon I saw many Singaporean family come together just to spend their afternoon here. Kids are running around, grandmother take her ice cream time, couple spend their lovely time near the bridge, I even saw a newlyweds to be did their pre wedding photo shot in the Bridge. Cute.. :). Last but not least, near from the bridge, there are also some historical bronze sculptures, try to find it, it will be so fun. Up to today I just aware with the two sculptures, while my sister found the cats sculptures.
Adios.. ^_^





Cavenagh Bridge

Cavenagh Bridge

Rules in Cavenagh Bridge


P&W Magellan Engineers Plat

Bronze Sculptures Around Cavenagh Bridge

Bronze Sculptures Around Cavenagh Bridge

Bronze Sculptures Around Cavenagh Bridge

View From The Cavenagh Bridge

View From The Cavenagh Bridge

View From The Cavenagh Bridge
Bronze Sculptures Around Cavenagh Bridge
Bronze Sculptures Around Cavenagh Bridge




Jadi Siapa Yang Alergi Emansipasi Wanita??

Bahas-bahas masalah emansipasi wanita kadang bisa jadi pisau bermata dua juga ternyata, apalagi saat dihadapkan dengan kenyataan banyak yang katanya setuju sama emansipasi wanita tapi ternyata gak siap juga menghadapi masalah emansipasi wanita ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online Emansipasi Wanita memiliki arti proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju. Yang secara bahasa manusianya emansipasi wanita itu seharusnya merupakan persamaan hak-hak wanita dengan para pria di segala bidang yang ada. Tapi sayangnya saya rasa masih banyak pihak yang nampaknya alergi dengan emansipasi wanita ini, baik para pria maupun para wanita itu sendiri.

Buat saya pribadi, emansipasi wanita itu berarti bisa menerima bahwa wanita bisa lebih unggul disegala bidang, bisa menerima bahwa wanita juga boleh dan bisa menjadi breadwinner bagi keluarga, bisa menerima bahwa kalian para pria harus kalah bersaing dengan kami para wanita di kompetisi hidup yang ada.

Emansipasi wanita, nampaknya sering dikaitkan dengan kemandirian seorang wanita, ya berdasarkan hasil perbincangan saya sore ini dengan teman saya Titis dan Mamet intinya buat kami emansipasi wanita itu ya wanita mandiri, stand on her own feet or some people may called it alfa female...(indomaret gak ada apaaah??).

Buat saya dan Titis wanita yang kurang lebih sepuluh tahun menerpa kerasnya kehidupan ibukota, temenan sama angkutan umum sepanjang hari, hal-hal sepele macam tidak di jemput pacar pas lagi punya, atau harus ngerjain kerjaan yang katanya kerjaan pria adalah bukan masalah besar. Toh selama ini kami memang menjalankannya sendiri, jadi bukan berarti saat ada pasangan kami harus mendadak manja menjadi tidak bisa. Sayangnya yang saya gagal paham banyak pria-pria di luaran sana yang merasa tersinggung dengan sikap wanita yang seperti ini, dibilang kelewat mandiri, tidak bisa menghargai kehadiran sosok pria atau paling parah bahwa kami sepertinya tidak butuh pria. Defensif saya mengatakan bukannya tidak butuh kehadiran pria, namun jika memang masih bisa dikerjakan sendiri kenapa harus bikin repot orang lain??

Berbeda dengan pria kebanyakan teman saya Mamet punya pemikiran bahwa wanita mandiri itu keren kibas poni, toh malah tidak menyusahkan pasangannya jika di depannya mereka akan menikah. Ya bukan berarti dia lepas tangan juga akan tanggung jawab terhadap pasangannya nanti, tapi paling tidak wanita mandiri itu biasanya lebih bisa menghargai hasil kerja pasangannya, dan buat dia point tidak manja itu hal penting. Hal sepele tidak bisa menjemput dan pihak wanita terima-terima saja adalah nilai plus bagi wanita buat dia.

Buat kami bertiga kalau memang mengakui keberadaan emansipasi wanita, mengapa tidak diakui secara menyeluruh, jangan hanya mengakui eksistensi emansipasi wanita saat hal tersebut ada nilai menguntungkan bagi pihak tertentu.

Jangan jika saat anda membeli berlian dengan gaji anda sendiri dan pasangan anda marah lalu tiba-tiba anda mengatakan bahwa itu hak anda mau membeli apa dengan uang anda, toh anda adalah wanita mandiri, namun merengek merajuk marah saat pasangan anda mengatakan berhalangan menjemput anda dengan mengatakan dia tidak sayang lagi kepada anda.

Jangan juga anda melarang-larang pasangan anda untuk bekerja dan menyuruhnya di rumah sementara memenuhi beberapa kebutuhan tambahan mereka saja anda malah berteriak dasar wanita manja.

Pembicaraan mengenai emansipasi wanita ini biasanya bermuara pada masalah posisi wanita di rumah tangga. Saya rasa para wanita mandiri tetap tidak akan melupakan kodratnya sebagai istri maupun seorang ibu, oh iya satu lagi jangan pernah anda mengajak seorang wanita mandiri untuk hidup susah bersama. Maaf, kalau hidup sendiri saya bisa bahagia kenapa saya harus mau membagi hidup bersama dengan orang dengan keadaan susah. Berbahagialah kalian yang punya pasangan mandiri dan berbahagialah kalian yang memiliki pasangan yang bisa memahami konsep emansipasi wanita.

Permasalahan emansipasi wanita ini nampaknya tidak hanya terjadi dibelahan bumi nusantara tercinta. Pagi ini, guru kelas bahasa Korea saya sempat menyinggung masalah emansipasi wanita. Zaman dahulu, posisi wanita di Korea sendiri kurang di hargai. Orang tua akan lebih bangga jika anak yang dilahirkannya adalah pria, namun sekarang sudah tidak lagi. Emansipasi wanita sudah cukup baik disana, bahkan saat ini seorang wanita bisa memimpin negeri ginseng tersebut. Sementara hal ini juga terjadi di tanah air, beberapa suku di nusantara ini secara jelas memperlakukan seorang anak pria jauh lebih baik dibanding wanita, pria diutamakan dalam berbagai macam hal. Beruntung hal itu juga sudah mulai terkikis juga, kemampuan seseorang tidak dilihat lagi dari gendernya melainkan dari kemampuan diri secara personal. Ya marilah berdoa semoga kedepannya emansipasi wanita ini tidak lagi menjadi kendala yang berarti dimanapun di belahan dunia ini.

Adios.. ^_^



Foodism : When Food Meet Lens

I do love to eat, but also love to take pictures of food since it was easier for me taking the picture of food rather than capturing human..hahahaha...so here are some of the foods...






Traveling Time: Strolling Around in Singapore (Day 1)

Photo by Me

Holiday timeeee..yeaaaay..dan kali ini gw jalan bareng sama adek gw tercinta Dessy..where we go this time??

Kali ini kita jalan ke Singapura...yeaaaaay..but wait Singapura lagi??? Sayangnya iya..hahahaha..abis gimana dong tiket promonya dapetnya kesini plus walaupun udah sering bolak balik kesini tapi kita berdua belum pernah punya waktu yang bener buat jelajah apa yang ada di negara Singa ini, kalau gak mampir gara-gara transit, kalo gak nonton konser di sini. Buat gw nonton konser itu sama dengan waktu gw abis di Bandara sama Venue konser...ngapain? Ya nungguin kesayangan - kesayangan yang pada konser itu landing laaah...siapa tau ketemu..ya gak ketemu juga udah girang..nasib FANGIRL ya begitulah..terakhir ke sini yang buat acara jalan-jalan beneran kepentok sama cuaca Singapura yang kurang bersahabat, alias hujan seharian melulu, end up di dalem mall kalo ga di coffee shop menatap hujan *kibas rambut*

Before Take Off in Starbuck Coffee
So we kinda excited according to this travel planning, gw malah dengan indahnya bikin itenerary yang baik dan benar buat panduan selama jalan-jalan di sana, walaupun itu gak kepake juga gara-gara kita bukan morning person (dibaca: bangun siang terus)..hahahaha.

We went there for 5 days 4 Nights from 7 - 11 February 2014 with Tiger Airways, we flew at afternoon time 11.25 am local Jakarta time and was arrived around 14.00 local Singapore time. Oh iya akibat perjalanan ini gw baru tau kalo penerbangan kode TR Tiger terbang dari Terminal 2 Soeta dan kode RI Tiger terbang dari Terminal 3 Soeta, untung nanya sama mbak-mbak Tiger di Terminal 3. Iya banget, gw sempet mampir dulu ke terminal 3 berhubung gw taunya kalau kesana naek Tiger itu dari terminal 3 (blame on me yang males baca detail tiket), mbak Tiger bilang penerbangan ini dari terminal 2 mbak, dan mas-mas counter check in di terminal 2 jelasin alesannya kenapa (liat yang diketik bold di atas).

Day 1 - Flight to Singapore
 
Norak Pake AUTO GATE di Soeta

Sampe bandara masih kepagian dahsyat, flight was on 11.25 but we arrived at 6.00. Why? Blamed on Jakarta's traffic and rainy season, jadi dari pada terlambat kita milih buat gelundungan tak tentu arah di Bandara mengingat posisi rumah nun jauh mepet sama Bogor. Karena pagi-pagi buta udah sampe Bandara, maka kita berdua pun sarapan cantik dulu di Wendys sambil nunggu waktu check in. Kelar check in dan ngurus bagasi kita berdua langsung menuju imigrasi, dan antrian mengular rombongan umroh sudah terjadi di depan konter imigrasi, ok males banget ini pagi-pagi ngantri yang akhirnya gw nanya ke petugas imigrasi yang pada berdiri di depan tulisan auto gate (sorry no picture, Haram hukumnya foto-foto di wilayah Imigrasi) gimana caranya pakai fasilitas auto gate.

"Auto Gate itu adalah fasilitas bagi para kalian pemegang paspor Indonesia untuk dapat melakukan proses imigrasi mandiri tanpa bantuan petugas"

Jadi, Auto Gate itu adalah fasilitas bagi para kalian pemegang paspor Indonesia untuk dapat melakukan proses imigrasi mandiri tanpa bantuan petugas. Tapi sebelum bisa pake fasilitas auto gate ini kalian harus daftar sidik jari dulu di meja deket konter auto gate itu, ada beberapa meja dilengkapi sama komputer dan petugas tentunya. Prosesnya pun simpel, cuma discan sidik telunjuk jari kanan dan kiri, dicap autogate di passpor dan kalian langsung bisa pake fasilitas autogate bandara. Pakai fasilitas auto gate nya juga gampang, di gerbang (auto gate) itu akan ada sebuah mesin scanner passpor dan mesin scan sidik jari yang digunakan untuk men-scan paspor dan sidik jari penumpang. Jadi tinggal scan passpor, sidik jari, nunggu proses sebentar terus gate imigrasi terbuka..tadaaaa..kelar proses imigrasi tanpa harus nunggu di antrian imigrasi yang biasanya suka mengular panjang apalagi kalau kita terbang barengan sama rombongan umroh atau TKI. Oh iya, kata petugasnya kemaren sih syarat pake autogate ini harus minimal berusia di atas 14 tahun (tau bener tau ngenyek gw sama adek gw aja ni petugas satu).


Landing Laper, Nemu Juga Staff Canteennya

Landing, urus imigrasi terus total laper. Makan di Changi ini agak terbatas pilihannya, segi menu maksudnya. Kalo ga model masakan melayu di Chinta Manis palingan Fast Food di Burger King or McD..dan itu bosan. Bermodalkan petunjuk dari para blogger yang ada di dunia internet ini katanya ada yang namanya STAFF CANTEEN, yak sesuai namanya itu kantin tempat staff satu changi makan, gosipnya menunya banyak dan harganya jauh lebih murah dari pada di Restoran dalam Bandara.

Pojok Halal Canteen Staff, Terminal 1 Changi Airport
Price List

Staff Canteen ini ada di Terminal 1 dan 2 Changi, we tried to search in T2 since we landed in T2, but it was hard to find, so we moved to T1 dan disini Staff Canteen is sooooo eassssy to find. Go to Arrival area in T1, cari gerai Burger king di sana, ga jauh dari gerai itu ada ada tap water, deket tap water ada pintu keluar, nah keluar disitu langsung belok kiri..mentok belok kiri lagi turun tangga, tadaaaa...sampelah di staff canteen yang gedaaaaaa...bersih macam foodcourt, even cleaner that local hawker, makanannya beneran beragam. Yang halal maupun non halal. Pojok halal ada di ujung kanan staff canteen ini, ada masakan India, Melayu dan Indonesia. Disini berlaku dua jenis harga, ada harga buat staff ada harga buat publik, yang jualan juga ramah-ramah koq.

Eniwey, so we ate here. Gw pesen Mee Goreng Merah ala India plus telor ceplok sementara ade gw pesen Nasi Briyani, ayamnya gedaaa maksimal. Begitu pesenan dateng ternyata porsinya lumayan gede, harusnya pesen satu aja berdua tapi udah kepalang tanggung, jadi mari dinikmati saja.. :)

Oh iya, disini ga ada tempat cuci tangan soalnya air di Singapore kan drinkable, kalo ada water tap di dalam kantin yang ada gak ada yang belim minum, jadi kalau mau lebih hemat bisa isi tumbler dulu di water tap samping gerai Burger King.

Hello MRT, Hello Lavender
Kali ini kita nginep di Hostel di Daerah Lavender, yaitu Traveler@SG. Ratenya lumayan murah, 4 Hari 3 Malam, 128 SGD for 2, so compare to langganan kita biasanya this is cheaper mengingar rate rupiah ke SGD lagi ancur bingiiiiiiiiiiit. Cuma ya curiga juga ini murahnya kenapa, apa ada yang aneh-aneh apa gimana, tapi kita pesen girl only dorm so harusnya sih aman.

Dari Changi transit Tanah Merah, terus langsung lanjut ke Lavender, turun di Lavender menyenangkan, ada beberapa gerai makanan halal di lantai atas stasiun MRT Lavender, ada hawker 24 jam yang jual menu makanan halal, gerai Wendys, cafe ananas dan satu kedai makanan halal yang gw lupa namanya. Gak jauh dari Stasiun juga ada Supermarket Fair Price, yang harganya cukup fair enough horeee tempat jajan dekeeeet. 

Lokasi Traveler@SG ada di King George Street, gak jauh dari Fair Price and it was easy to find, plang namanya gedeeeee. Hostelnya lantai tiga plus ga ada lift jadi naek tangga manual. Staff nya ramah, begitu sampe kita langsung check in, bayar biaya penginapan plus ekstra 10 sgd (jaminan buat kunci) terus langsung di anter ke kamar. Dan ternyataaaa...kamarnya lumayan oke...minus personal light, wi fi kenceng (wi fi nya susaaah bingit di dalem kamar) sama huge locker yang biasanya ada di hostel langganan (dibaca : GapYear Hostel). Kamar mandinya bersih, ACnya dingin, ruang santainya oke, fasilitas laptop dan wi fi di ruang santai juga oke. Eniwey karena ini dorm, ya as always kita dapet bunk bed, gw tidur di bawah, ade gw di atas. Oke again gak ada foto..eyke lupa foto hostelnya... :D


Nengokin Sejarah Batak Di Tanah Tetangga

Kelar beres-beres bentar sama absen ke sang pencipta, kita langsung jalan ke arah Clarke Quay buat ngunjungin Cavenagh Bridge, The Fullerton Hotel sama Liat Pameran di Asian Civilization Museum.

Lumayan muter-muter buat nyari jembatan yang satu ini, mengingat terakhir kesini udah malem dan ga keliatan apa-apa cuma inget ngelewatin tunnel aja. Sampe disini matahari masih ada jadi masih bisa lumayan foto sambil nungguin sunset sky di bantaran sungai Singapore.

Selain para turis-turis mancanegara macem gw  yang sengaja kesini cuma buat liat-liat, foto-foto atau juga turis-turis yang modalnya lebih mereka nyobain river cruise di Singapore River, ( seru kayaknya...next time lah ya pas kita kesini lagi di cobain Singapore River Cruise), menurut gw orang lokal Singapura sendiri emang seneng jalan-jalan sore, keliling kota, kumpul bareng keluarga selain itu juga banyak yang dateng buat jogging sore disini, dan seketika gw berasa gedaaaaa gara-gara liat orang jogging.

Anyhow, di deket Cavenagh Brigde ini ada beberapa patung perak,yang berhasil gw temukan cuma patung "The River's Merchant" yang berada tepat di belakang Gedung MayBank, sebelah kiri jembatan, patung ini merupakan hasil karya Seniman Singapura bernama Aw Tee Hong’s. Menceritakan tentang proses perdagangan di masa lalu, seorang Alexandre Laurie Johnston, trader terkemuka di Singapura di awal abad ke 19 yang sedang bernegosiasi dengan Pedagang dari China dan seorang chief asal Malaysia, sedangkan para kuli India dan China bekerja menaikkan barang dagangan kedalam gerobak.
 
Jembatan ini haram dilewatin sama kendaraan berat, maksimal cuma sepeda yang boleh lewat disini. Lokasi ini juga sering banget dipakai buat foto prewedding, and lucky me there was a pre wedding photoshoot at that time. Hahahaha...seru juga ya foto prewedding sekalian jadi objek fotografi semua turis yang ada di lokasi.

Kalau disebelah kiri ada patung the River's Merchant, disebelah kanan ada The Fullerton Hotel, salah satu hotel paling terkenal dan paling mahal di Singapura. Fullerton Building, dibangun sebelum perang dunia kedua, gedung ini beberapa kali mengalami perubahan fungsi mulai dari Rumah Sakit, Kantor Pos, hingga Gedung Perkantoran dan sekarang menjadi hotel mewah dengan jumah 400 kamar di dalamnya. Oh iya sang desainer gedung ini adalah firma arsitektur Major P.H. Keys of Keys & Dowdeswell, sebuah firma asitektur asal Shanghai yang juga mendesign gedung Capitol Theatre dan Singapore General Hospital.

Di seberang jembatan Cavenagh ini ada satu museum, yaitu ASIAN CIVILIZATION MUSEUM, The Asian Civilisations Museum (ACM) is the first museum in the region (Singapore) to present a broad yet integrated perspective of pan-Asian cultures and civilisations. Isinya sejarah perkembangan berbagai macam etnis dan suku yang ada si wilayah South East Asia, mulai dari sejarah etnis dan suku yang ada di Singapura sendiri dan juga beberapa etnis dan suku yang ada di Negara tetangga seperti Indonesia, China, Malaysia, Thailand dan India. Kalau dilihat sih sebenernya ini kayak garis besar asal muasal etnis-etnis di Singapura itu sendiri.

Biaya masuk ke Museum ini untuk dewasa 8 SGD/ Person, tapi karena gw dateng Jumat malem, they have special discount for friday night (7 pm - 9 pm) so it became 4 SGD/ Person. Lagi ada pameran tentang leluhur Batak di dalamnya. Agak aneh sih lihat pameran tentang sejarah Batak di negara tetangga, but seriously they are doing good here. Mereka jelasin tentang sejarah leluhur, koleksi artefak yang mereka pamerin juga oke buat objek foto gw. Belum koleksi-koleksi permanen museum lainnya yang juga terhitung lengkap. Konsep museum di Singapura ini menyenangkan, mereka nyediain layar-layar yang isinya rekaman orang-orang yang capable dalam menjelaskan koleksi yang mereka pamerin apa, everybody can play the screen and listen to it for free, no coin need. Well, the most important is no vandalism in here, jadi gak ada cerita ada tulisan-tulisan XXXXXX WAS HERE di tembok ataupun koleksi patung mereka and thats nice for me.

Sebagai orang yang emang doyan ke museum, gw suka museum yang satu ini. Dan ini pun kali kedua gw kesini, pertama kali 3 tahun silam pas Halloween. They had Halloween party in Museum..cute ^_^...



The Cavenagh Bridge

The River's Merchant

The River's Merchant
Pre Wedding Photoshoot
Engineers of the Bridge
Singapore River
Lobby of The Fullerton Hotel
The Fullerton and The Bridge
On the Bridge
On the Bridge


In Front of Fullerton Hotel
Asian Civilization Museum

Inside The Museum

Batak Sculpture from Northern Sumatra
Makan Sutra dan Festival Lampion

Makan Sutra Gluttons Bay
Kelar dari Asian Civilization Museum kita jalan ke arah Esplanade area, ini dimana itenerary mulai acak-acakan soalnya planningnya harusnya malem ini ke Orchard, but well lets continue. Di daerah Esplanade tampak dari jauh kemeriahan perayaan tahun baru cina, ada festival lampion di sana, bukan di Esplanadenya sih tapi deket-deket situ, arah Glutton by the Bay. Disini juga kita nemu tempat makan tenar asuhan si Makan Guru Sutoh alias Makan Sutra. Dengan segenap hati kaki kita melipir-in dulu liat tempat makan asuhan makan guru yang satu itu, sayang dewi fortuna masih sibuk kayaknya alias bangku penuh semua jadilah kita maen dulu ke festival lampion yang ada gak jauh dari situ.

Perayaan tahun baru cina di Singapura itu emang rame maksimal, mengingat bangsa Cina merupakan satu dari empat suku mayoritas yang ada di Singapura. Dan festival lampion kali ini...amazing. Dari kejauhan kita udah bisa lihat lampion raksasa seorang Hakim berpakaian tradisional cina, di gerbang masuk kita disambut dengan kehadiran beberapa lampion kuda (mengingat ini tahun kuda) dan di sekitar arena festival tersebar berbagai macam bentuk lampion, mulai dari bunga hingga bentuk binatang semua shio yang ada. Sayangnya gw dan adik gw sama sekali gak ada yang menguasai bahasa cina, padahal ini festival rame banget, MC nya seru maksimal dan mereka ketawa-tawa terus. Gw jadi mikir mereka lagi bahas apa sebenernya ya..seru pasti kalo gw juga bisa ngerti apa yang mereka bahas.

Gerbang Festival Lampion

Festival Lampion
Festival Lampion
Festival Lampion
Festival Lampion
Seafood Char Kwe Tiauw, Makan Sutra
Kelar foto-foto narsis dan nikmatin gemerlap festival lampion, kita jajal keberuntungan balik ke Makan Sutra...alhamdulillah ada bangku kosong. Jadilah saatnya kita makaaaaaan. Kali ini gw jajal menu char kwe tiauw seafood medium size, which is wrong. Medium size disini itu gedeeeee porsinya. Oh iya, di hawker food singapore biasanya ada 3 ukuran porsi, small, medium dan large. Terkadang mereka nulis bukan berapa besar porsinya tapi harga nya kayak "2/4/6" ini artinya porsi dua dolar, empat dolar dan enam dolar yang equal dengan kata lain porsi kecil, sedang dan besar.

Char Kwe Tiauwnya terdiri dari kwetiau (yaiyalah), caisim, tauge, telur dan scallop. It was black color in food, seems like they use olot of soy sauce here. I ordered this to be spicy but came out with no spicy taste at all..but they did cooked this good, kwetiauwnya kenyalnya pas dan ga terlalu oily mengingat ini kwetiauw goreng. Gw bukan big fans kwetiauw tapi beberapa referensi yang gw baca kalo menu yang satu ini wajib dicoba kalau lo dateng ke Singapura, they served one of the best char kwe tiauw in World. But, well to be honest..dibesarkan dengan lidah yogya dan padang bikin makanan ini berasa biasa aja di lidah gw...oh peliiiiiis..kwe tiauw abang-abang nasi goreng gerobak way better than this in my tongue..huhuhu..blamed on Msg sepertinya.

Steamed Chicken and Hainan Rice - Makan Sutra
Sementara gw makan kwe tiauw, dessy milih buat makan nasi asam hainan with steamed chicken...dan kembali kecewa karena rasanya hambar. Gurih nasinya kurang banget, apalagi rasa ayamnya, bumbunya ga menyerap sampe ke dalam (ini kita laper tapi bawel) tapi ya karena kepalang laper mau gak mau makanan ini abis juga. Melihat kita dapet makanan dengan rasa yang biasa aja bikin gw mikir terus kenapa ini tempat rame banget ya? Satu alesan mungkin emang pada dasarnya orang-orang Singapura itu suka nongkrong di luar sambil makan. Gak jauh beda sama kebiasaan orang-orang Indonesia sebenernya. Makan dan ngumpul - ngumpul bareng. Killing combination of fun rite.. :)

Kaki lima ala makan sutra ini emang menawarkan tempat makan ala hawker Singapura dengan kondisi jauh lebih bersih dari hawker-hawker kebanyakan. Disamping itu posisinya juga strategis, tepat disebelah Esplanade, so yes they do have a good place. Oh iya merokok itu bukan jadi hal yang terlalu strict lagi di Singapura, tapi mereka tetep menghargai buat gak merokok di tempat makan yang satu ini. This makan sutra is free from cigarette smoke. Thats good rite.

Oh iya satu hal lagi menyenangkan di sini adalah bahwa negara ini Friendly buat semuanya..buat orang tua, penyandang cacat, ibu hamil dan juga anak-anak. Seneng bisa lihat satu keluarga versi lengkap dari mulai kakek, nenek, ayah, ibu, anak, cucu semua kumpul bareng di tempat umum yang mana bukan mall cuma buat jalan-jalan sore bareng atau makan bareng di hawker setempat. Eniwey waktu gw lagi disana di samping gw duduk nenek yang dateng cuma berdua sama cucunya, and her grandson was so sweet. He let his grandma sit and he ordered all foods that his grandma want, asked her politely and hug her. That's just nice.. ^_^

Selesai makan di Makan Sutra, kita balik ke penginapan..1st day was nice and fun..love it..

Bersambung ke Traveling Time: Strolling Around in Singapore (Day 2)