Belajar dari Masa Lalu, Ben Kasyafani Tak Gentar Hadapi Masa Depan Kehidupan Cintanya

Article on HELLO! Indonesia, Edisi Februari 2015. Ben Kasyafani
BELAJAR DARI MASA LALU
BEN KASYAFANI
TAK GENTAR HADAPI MASA DEPAN
KEHIDUPAN CINTANYA
“Pengalaman hidup mengajarkan saya bekerja untuk mendapatkan cinta dari seseorang yang saya cintai”

Cukup susah mencari waktu luang dari seorang Ben Kasyafani. Aktor berumur 31 tahun ini tengah disibukkan oleh kegiatan syuting sinetron dan juga menjadi presenter beberapa acara jelang kualifikasi untuk Piala Euro Prancis 2016 mendatang. Namun akhirnya mantan VJ MTV ini menyediakan waktunya bagi Tim HELLO! Indonesia, dan menuturkan bagaimana ia menghadapi kehidupan cinta setelah semua hal yang dialaminya.
 
CINTA ITU ADALAH KATA KERJA 
Ben Kasyafani, sosok aktor tampan dan juga ramah ini tersenyum simpul saat ditanyakan mengenai pandangannya mengenai cinta setelah melewati masa-masa getir yang dialaminya beberapa waktu yang lalu. Ia mengaku bahwa hingga saat ini pandangannya tentang cinta tidak pernah berubah, baik dari saat ia mulai mengenal cinta hingga sekarang. “Urusan cinta, urusan hati dan segala hal yang berhubungan dengannya, saya pribadi merasa tidak pernah berubah. Dari awal saya mengenal kata cinta, menjalin hubungan dengan seseorang, menikah, pemahaman akan makna kata yang satu itu tidak berubah, namun justru berkembang,” ujar Ben mengawali perbincangan pagi itu.

“Dulu awalnya hanya cinta kepada pasangan. Setelah menikah, jelas bentuk cinta saya berkembang menjadi cinta kepada seorang istri, dan yang terbaru bagi saya adalah cinta kepada anak. Ini adalah satu hal yang sama, namun bentuknya berbeda. Pada akhirnya, bagi saya makna cinta itu hanya satu. Sedikit berbeda dengan kebanyakan orang yang meyakini bahwa cinta adalah salah satu kata sifat. Bagi saya, cinta itu adalah kata kerja. Kenapa kata kerja? Karena kita harus bekerja untuk bisa merasakan, mempertahankan dan mendapatkan cinta. Ada usaha, pengorbanan dan juga kerja keras di dalamnya sehingga kita bisa mendapatkan dan merasakan cinta itu sendiri,” lanjutnya lagi.

Bagi pria penggemar klub sepak bola Manchester United ini cinta adalah hal yang harus dijaga, karena cinta bukanlah sesuatu yang bersifat kekal. Sejalan dengan waktu perasaan tersebut bisa saja memudar atau bahkan hilang. “Saat kita pertama kali merasakan tertarik kepada seseorang, pasti kita akan merasa berbunga-bunga. Kita melakukan segala sesuatunya untuk bisa mendapatkan balasan perasaan yang serupa dari orang yang kita cintai. Tapi saat hubungan itu sudah berkembang, sudah menikah dan sudah menjalin hubungan dalam kurun waktu yang cukup lama dan menjadi satu rutinitas, perasaan tersebut bisa saja berkurang. Banyak orang yang juga merasa bahwa perasaan mereka menjadi berkurang, ada kobaran api asmara yang lambat laun memudar, bahkan beberapa merasakan hal itu menghilang,” papar Ben lagi. “Saya telah mengalami dan menjalani berbagai momen tersebut, hal itu juga yang meyakinkan saya bahwa kita harus bekerja untuk cinta, bukan hanya supaya bisa mendapatkannya, tetapi juga untuk bisa merasakannya. Untuk bisa merasakannya itu kita harus bisa memberi untuk mendapatkan cinta itu sendiri. Cinta itu bukan hal yang main- main, bukan hanya sekadar sesuatu yang diucapkan tetapi benar- benar butuh usaha untuk bisa mewujudkannya,” ujar Ben sambil tersenyum.

“Contohnya orang yang sudah menikah dalam kurun waktu yang cukup lama kemudian merasa bahwa perasaannya menghilang. Jika sudah sampai di titik tersebut, bagi saya itu adalah saat seseorang sudah berhenti berusaha untuk mendapatkan cinta, dia hanya berharap akan diberi (cinta),” ujar ayah dari satu orang putri ini. “Bahkan mungkin ada anggapan bahwa pasangannya sudah tidak peduli lagi kepada dirinya. Kita selalu mengatakan pada orang lain, bahwa kita sudah kehilangan rasa cinta karena orang yang kita cintai sudah tidak memberikan (cintanya) kepada kita. Tapi juga ada orang yang bisa mencintai orang lain dengan begitu kuatnya, padahal cintanya itu belum tentu terbalas. Tetapi hal itu tidak menjadi masalah bagi dirinya, karena menurutnya ia melakukan hal itu bagi dirinya,” lanjut Ben.
 
“Saya meyakini bahwa kita tidak bisa terus-terusan berharap orang akan memberikan rasa cinta dan kasihnya kepada kita, karena pada kenyataannya dunia juga memang tidak seindah itu,” tandasnya lagi.


PRIORITASKAN ANAK 
Melewati berbagai macam tahapan dalam kehidupan cintanya, Ben mengatakan bahwa banyak sekali hal yang ia pelajari. Namun baginya saat ini prioritas cintanya adalah anak perempuan semata wayangnya, Sienna Ameerah Kasyafani. “Saat anak saya lahir, cara saya memaknai hidup ini pun menjadi sedikit berbeda. Tujuan hidup saya juga menjadi berbeda. Saya lebih bisa melihat nilai dan arti hidup,” ujarnya melanjutkan cerita. “Ada perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata saat saya melihat Sienna. Jadi kalau ditanya apa prioritas cinta saya sekarang, ya anak saya,” lanjutnya lagi.

Pria yang menyelesaikan pendidikan tingginya di Fakultas hukum Universitas Pelita Harapan ini mengatakan bahwa ia memfokuskan kegiatannya saat ini hanya untuk beribadah, membesarkan sang buah hati dan bekerja. “Saya bekerja untuk anak dan karena anak, saya bekerja. Sementara ibadah adalah prioritas yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Jadi ibadah, anak dan bekerja adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam hidup saya saat ini,” ujar Ben sambil kembali tersenyum. “Menurut saya apa pun  yang kita usahakan di dunia ini, dibarengi dengan ibadah yang dilakukan secara asal-asalan atau setengah-setengah, kita akan mendapatkan hasil yang juga asal- asalan dan setengah-setengah. Saya sangat percaya akan hal itu. Terlebih dalam hidup ini saya juga sudah mengalami satu hal yang menjadi pelajaran yang sangat berharga dalam hidup. Saya harus bisa mengambil hikmah dari semua kejadian yang berlalu, supaya saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi di masa mendatang.” ujar Ben dengan nada serius.

Saat ditanya apakah dirinya jera untuk kembali jatuh cinta, mantan penyiar radio ini mengatakan bahwa jika hal ini ditanya beberapa bulan yang lalu mungkin ia akan berkata tidak, namun sekarang kondisinya sudah berbeda. “Jera jatuh cinta, hmm semoga tidak ya, hahaha... yang pasti saat ini saya lebih berhati- hati lagi. Kondisinya kini adalah saya belum kembali bertemu dengan hal serupa. Kalau dibilang takut, saya belum tahu juga, tetapi mudah- mudahan tidak. Saya lebih ingin semua yang sudah pernah saya lewati ini bisa menjadi pembelajaran bagi saya, sebagai bahan introspeksi diri, bukan kepada rasa traumanya.” ujar Ben. “Saya ingin disaat akan memulai satu hubungan lagi saya harus bisa melihat lagi, apa yang mungkin pernah saya lakukan sebelumnya dan mengakibatkan semua hal di masa lalu itu bisa terjadi. Sekarang ini saya mencoba untuk lebih memperbaiki diri supaya menjadi orang yang lebih baik.” tegas Ben.
 
BELAJAR BANYAK DARI ORANG LAIN
Pria kelahiran Jakarta ini mengakui bahwa dia belum berencana mencari cinta baru, walaupun secara pribadi dia tidak menutup hal tersebut. “Semuanya saya jalani saja, tidak membatasi diri tetapi juga tidak membuka diri secara berlebihan. Kita tidak pernah tahu akan menemukan apa dalam kehidupan ini. Karena jodoh, mati, rezeki ada di tangan Tuhan. Saya meyakini hal itu. Jadi jika nanti saatnya tiba, saya yakin pasti akan bisa menjalani dan menerima cinta baru itu,” ujar Ben lagi.

“Jujur, saya belajar dari kisah hidup beberapa teman saya. Ada teman saya yang mengalami hal ini dan saat ditanya mengenai kemungkinan mencari cinta baru, dia langsung mengatakan tidak. Dia trauma. Jadi sekarang saya punya patokan bahwa biasanya orang yang trauma itu langsung menutup diri. Saya melihat bahwa pernikahan saya itu tidak gagal. Hubungannya mungkin gagal, tapi pernikahannya tidak mengingat sekarang sudah ada anak,” lanjutnya. “Saya juga banyak belajar dari masa lalu saya. Ada kenikmatan tersendiri saat kita mengalami hal itu, dan itu karena Tuhan menyayangi saya. Awalnya memang berat, sempat juga berpikir kenapa harus saya yang mengalami. Mengingat sebelumnya jika ada berita mengenai hal yang sama dan menimpa orang lain sempat terbersit rasa kasihan, saya tidak pernah terpikir bahwa hal itu juga ternyata akan dialami sendiri. Saya bersyukur bahwa semua kejadian yang sudah berlalu tidak memberikan efek kehancuran yang hebat kepada saya. Ya walaupun pasti sekarang ada yang berubah dari kondisi sebelumnya, ada sedikit yang kurang lengkap,” ujarnya lagi.

Bagi Ben, manusia hanya bisa menjalani kehidupan yang diberikan oleh Tuhan. Saat kehidupan semakin diuji oleh Yang Mahakuasa, sebagai manusia dirinya merasa harus semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Kini Ben lebih memaknai hidup dengan lebih pasrah sembari tetap berusaha. “Masalah anak, saya melihat bukan kepada siapa yang menang dan siapa yang kalah. Tetapi lebih kemana anak ini mau kita bawa dan bimbing. Saya menyadari bahwa anak saya perlu kehadiran kedua orangtuanya. Tetapi yang harus dihadapi saat ini adalah kenyataan bahwa hal itu tidak mungkin, jadi kita akan mencoba untuk membuat Sienna bisa tumbuh dalam situasinya sekondusif dan seideal mungkin,” ungkapnya.

Terlepas dari segala hal yang terjadi dalam kehidupannya, Ben mengakui bahwa ia sangat bersyukur masih bisa memiliki pandangan yang sangat positif terhadap cinta. “Salah satu hal yang paling saya syukuri saat ini adalah kenyataan bahwa saya bisa lebih mengerti dan dapat berpikir secara positif. Mengingat banyak orang yang juga mengalami hal seperti ini tetapi tidak menjadikannya sebagai pribadi yang lebih baik. Beberapa malah mencoba menghancurkan diri sendiri. Saya bersyukur mendapatkan dukungan dari semuanya, dari keluarga, teman, manajemen, dan juga orang- orang terdekat. Saya mencoba menjalani semuanya dengan lebih santai,” ujar pria yang memiliki kegemaran menonton film ini. “Kalau boleh jujur sekarang banyak sekali sisi positif yang saya dapatkan. Saya belajar menjadi sosok yang lebih sabar, lebih bisa mengatur dan mengendalikan emosi, lebih tenang dan juga memiliki satu pengalaman hidup yang berbeda,” lanjutnya tersenyum.

Ben menyadari bahwa pekerjaannya di dunia hiburan lah yang membuat kehidupan pribadinya sangat disorot. Ia telah melalui satu perjuangan sendiri untuk bisa memisahkan antara perasaan, logika dan juga pendapat banyak orang. “Perjuangan terbesar saya adalah untuk keluarga saya. Saya harus menebalkan telinga, karena kondisi di lapangan berita yang beredar melebar. Kalau terbawa suasana maunya klarifikasi terus, tapi kalau dipikir-pikir itu adalah hal yang percuma. Saya merasa saya hanya perlu membuktikan dan meyakinkan keluarga dan orang- orang terdekat saya, walaupun tidak sedikit juga orang-orang yang saya kenal sama kita masih tetap bertanya dan meragukan saya. Sebegitu besarnya kekuatan media sehingga bisa membuat orang mengubah pandangannya terhadap orang lain. Bahkan bisa membuat orang-orang terdekat pun merasa perlu untuk mengonfirmasi kembali kebenaran berita di luar sana,” tutur Ben.

“Itu adalah satu pengalaman tersendiri buat saya dan keluarga. Dukungan yang saya dapatkan dari keluarga benar-benar priceless. Fokus saya sekarang hanya satu, Sienna. Saya diberi kepercayaan untuk mengurus anak dan akan saya jalani dengan sebaik mungkin. Saya berharap situasi mendatang akan semakin membaik, saya juga punya target di bidang pekerjaan yang ingin dicapai. Terlebih saya masih jauh dari kata puas dalam hal berkarya di bidang pekerjaan saya.” ujar Ben mengenai rencananya ke depan dan sekaligus menutup percakapan dengan Tim HELLO! Indonesia.

TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO / D.I : ADI SETYO
PENGARAH GAYA: BUNGBUNG MANGARAJA
BUSANA : POPULO BATIK
LOKASI: JIMBARAN LOUNGE INTERCONTINENTAL HOTEL JAKARTA

Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, February 2015 Edition
Rubrik: Heart to Heart

No comments:

Post a Comment