Movie Review: The Martian, Petani Kentang Sukses di Planet Merah


Movie Review:
The Martian
"Petani kentang Sukses di Planet Merah"

Photo Source: www.google.com
Setelah film Armageddon yang naik di tahun 1998 bagi saya belum ada satu pun film bertema astronot yang mampu mengalahkan hebatnya film tersebut. Satu pasukan astronot dadakan yang diberi perintah untuk menyelamatkan peradaban manusia dari hantaman asteroid yang tengah melaju kencang ke bumi.

Pertama kali melihat trailer film The Martian saya sempat merasa wah akhirnya ada juga film bertema astronot yang sepertinya bagus. Belum lagi film ini menggadang Matt Damon sebagai pemeran utama. Berbeda dengan Armageddon, film The Martian yang dikeluarkan oleh studio Genre Films, International Traders, Mid Atlantic Films, Scott Free Productions, dan Twentieth Century Fox Film Corporation berkisah tentang misi penjemputan kembali seorang astronot bernama Mark Watney yang terpisah dari timnya saat tiba-tiba satu badai pasir besar melanda Mars. Kala itu mereka tengah menunaikan misi meneliti kondisi tanah Planet Merah. Misi tersebut di beri nama Ares 3. Saat keluar dari hub (tempat tinggal yang dirancang untuk menopang kehidupan para astronot di Mars), Watney terhempas satu benda yang terbawa angin kencang. Benda tersebut ternyata menancap di tubuh Watney dan menghancurkan sistem komunikasi vitalnya dengan tim. Meyakini bahwa Watney telah meninggal dalam badai pasir tersebut, anggota Tim lainnya akhirnya meminta kepada sang Kapten untuk segera meninggalkan Planet tersebut dan kembali ke Hermes, pesawat induk mereka.

Nampaknya kematian belum mau menjemput Watney, dirinya selamat dari maut walaupun perutnya mengalami luka parah akibat tusukan benda yang menghantamnya. Sadar dirinya selamat, Watney yang ternyata seorang biologis ini pun tahu bahwa tugas terbesarnya sekarang adalah mencari tahu bagaimana ia bisa bertahan hidup dan memberi tahu pada Bumi bahwa ia masih hidup. Dengan segala peralatan yang tertinggal dan ilmu biologi yang dimilikinya Mark Watney akhirnya menjelma menjadi seorang petani kentang sukses di Mars. He uses his own shit to grow potatoes in Mars. Singkat cerita, Watney berhasil mengirimkan sinyal ke bumi bahwa ia masih hidup. Nasa memutuskan untuk menjemput kembali dirinya walaupun itu mengharuskan Watney menunggu hingga empat tahun kemudian. Tim Ares 3 pun didepak untuk menjemput kembali anggotanya yang tertinggal. Banyak hambatan yang mereka temukan, namun akhirnya Watney berhasil kembali ke Bumi dengan selamat. Sesimpel itu kah jalan ceritanya? Too bad I have to say, yes it was that f*ckin simple.

Terlepas dari hebatnya konsep cerita di mana Mark Watney bisa menanam kentang di atas Mars, hal yang menarik dari film ini adalah bagaimana negara Cina memberikan bantuan kepada Amerika dengan mengorbankan satu-satunya proyek luar angkasa lanjutan yang akan mereka jalankan demi untuk membawa pulang seorang Astronot berkebangsaan Amerika ke bumi. For me, if Chinese willing to help America in order to save their citizen, this is mean the beginning of world peace. So that's good isn’t it right? Dari segi plot cerita, film ini seperti kehilangan klimaksnya, semua datar saja hingga selesai, kecuali perubahan bentuk badan yang dialami oleh Matt Damon. Saya akui bahwa Matt Damon benar-benar sukses menjalani perannya dalam film ini. Namun sayangnya sisi heroik yang biasanya selalu muncul dalam film bertema penyelamatan ini tidak terlalu terasa. Kepulangan Watney ke Bumi memang disambut gembira oleh para penduduk Bumi. Jujur saya mengharapkan scene mendaratkan pasukan Ares 3 di bumi, dan scene yang mengkisahkan pertemuan Watney dengan kedua orangtuanya, mengingat Watney sempat menitipkan pesan khusus untuk disampaikan kepada mereka. Scene penutup yang menggambarkan suksesnya pelepasan misi Ares 5 ke Mars kurang begitu mengena bagi saya. So, the score is 7 out of 10. If you have time, watch it. But if you don’t have that's okay to not watch it.



No comments:

Post a Comment