Movie Review: Pendekar Tongkat Emas, Film Silat Kolosal Besutan Anak Negeri

Sumber Foto: www.google.com

"Pendekar Tongkat Emas"
Film Silat Kolosal Besutan Anak Negeri 

Bangga rasanya saat tepuk tangan bergemuruh di dalam studio tepat setelah credit title film ini muncul di layar. Semua penonton (tampaknya) puas dengan film Indonesia yang satu ini, ya paling tidak saya salah satunya. Jujur saja semenjak judul film ini mulai ramai dibicarakan dimana-mana saya cukup penasaran, bagaimana tidak satu film Indonesia tiba-tiba hadir dengan judul Pendekar Tongkat Emas. Awalnya saya kira film bertema pendekar ini berasal dari negeri Tirai Bambu, namun saat nama para pemain juga mulai keluar saya baru sepenuhnya sadar bahwa film ini benar-benar film anak negeri. Film garapan rumah produksi milik Mira Lesmana dan Kompas Gramedia ini mendepak beberapa nama besar dalam jajaran film nasional seperti Christine Hakim, Slamet Rahardjo, Nicholas Saputra dan Reza Rahardian. Di dukung pula dengan beberapa nama baru yang menjanjikan bagi dunia film Tanah Air seperti Eva Celia, Tara Basro dan juga Aria Kusumah.

Mengambil latar belakang tentang kisah dunia persilatan pada zaman kolosal, film yang mengambil lokasi syuting di daerah Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur ini mengangkat dan mengeksplorasi berbagai nilai kehidupan seperti pengkhianatan, kesetiaan, dan juga ambisi. Berawal dari kisah pengkhianatan yang dilakukan oleh  Biru (Reza Rahardian) dan juga Gerhana (Tara Basro) yang tidak terima saat sang guru Cempaka (Christine Hakim) mewariskan tongkat emas milik perguruan silat Tongkat Emas kepada Dara (Eva Celia). Cempaka membawa Dara dan Angin (Aria Kusumah) pergi untuk mewariskan ilmu terakhir milik perguruan tersebut. Sayangnya, ia akhirnya dibunuh oleh kedua muridnya Biru dan Gerhana sebelum ilmu tersebut sempat ia turunkan. Tongkat kebesaran perguruan akhirnya jatuh ke tangan yang salah, dan kekacauan pun terjadi di dunia persilatan.

Sumber Foto: www.google.com
Berbicara mengenai para pemain secara keseluruhan, tidak diragukan lagi kemampuan akting para pemainnya, totalitas semua pemain sangat terasa dalam film ini. Namun, ada satu karakter yang cukup menyita perhatian saya. Adalah, tokoh Langit yang diperankan oleh Aria Kusumah. Tokoh pendekar kecil yang irit bicara namun hadir sebagai tokoh yang disegani dalam cerita ini. Tokoh Langit mengajarkan tentang nilai kesetiaan, keberanian dan juga tanggung jawab yang harus ada dalam menjalani kehidupan. Saat dimana ia lebih mendahulukan keselamatan orang lain dibanding keselamatan diri sendiri, satu hal yang sungguh jarang bisa dilakukan oleh orang banyak.

Entah ide dari siapa, namun film yang disutradarai oleh Ifa Isfansyah ini jelas sukses menghadirkan pesona alam Sumba Timur yang didominasi oleh langit biru dan juga hamparan rumput yang luas. Belum lagi pantai dan juga pemandangan tebing curam yang ada di sana. Juaranya ada saat scene matahari terbenam yang terlihat sangat indah, well I'll be so happy if I able to see that kind of sunset every single day. Alam perawan yang sangat indah, lokasi yang juga saya yakini akan segera menjadi salah satu destinasi favorit wisata dalam waktu dekat ini.

Tidak hanya para pemain dan juga sutradara serta penulis naskah, hasil kerja seluruh tim produksi dalam film ini patut mendapatkan acungan jempol. Semua detail mulai dari kostum para pemain, tata rias dan rambut serta properti di lokasi tampak di kerjakan dengan sepenuh hati. Unsur-unsur kedaerahan tempat dimana syuting tersebut dilakukan pun diangkat kedalamnya. Perhatikan detail tenun khas Sumba yang melekat di setiap kostum para pemain, tenda-tenda yang didirikan saat penduduk desa harus pindah dari rumah mereka menjadi salah satu properti favorit saya.

Ingat pepatah tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan film ini. Ada beberapa scene yang kurang memuaskan bagi saya. Salah satunya adalah adegan dimana Gerhana berkelahi dengan Dara. Bagi saya, adegan ini seharusnya menjadi salah satu adegan utama yang bisa dimaksimalkan, dan seharusnya perkelahian mereka tidak dilakukan di dalam ruangan yang sangat gelap. Saya hampir tidak bisa melihat adegan perkelahian yang mereka lakukan. Yes, I do expect more from this scene.

Anyway, saya pribadi berharap semoga film ini ada kelanjutannya. Dan semoga kedepannya film Indonesia bisa terus meningkat mutunya, seperti film ini contohnya. This is a worth to watch movie, enjoy!!

No comments:

Post a Comment