Article on HELLO! Indonesia, Edisi November 2015. Teuku Zacky
Hunian Tropis Bernuansa Putih
Milik Teuku Zacky
Menciptakan Suasana Nyaman Bagi Keluarga
Rumah berpagar tinggi hitam dengan tembok yang tampak asri ditumbuhi oleh tanaman hijau merambat di bilangan Ciputat menyambut kedatangan HELLO! Indonesia. Saat pagar terbuka dan menjejakkan kaki ke dalamnya, sekejap Anda akan merasa dibawa ke Pulau Dewata. Sang pemilik rumah Teuku Zacky pun berkisah tentang kediamannya.

Sedikit berbeda dengan biasanya, pagi itu HELLO! Indonesia melakukan perjalanan lintas provinsi ke wilayah Ciputat, Tangerang Selatan. Tak pelak lagi, kemacetan pun tak terhindarkan. Hal ini sempat membuat kami tertegun dengan keputusan Teuku Zacky, selebritas dengan kesibukan yang padat, yang justru memilih membangun kediamannya di daerah tersebut. Jawaban yang diberikannya cukup dalam satu kalimat tegas. “Saya sudah jatuh cinta pada tanah ini,” tuturnya membuka perbincangan pagi itu. 

BUKAN DI DALAM KOMPLEKS PERUMAHAN 
Satu pohon kamboja besar di sisi kanan rumah seakan menjadi penjaga kediaman asri yang memiliki luas sebesar 600 meter persegi ini. Sementara itu, di sisi kiri rumah, gemericik air dari kolam ikan koi juga memanjakan telinga siapa pun yang berada di sana. Beberapa jendela berukuran besar tampak terpasang di berbagai penjuru rumah membuat cahaya matahari dan juga angin menari bebas ke dalamnya. 
Model kelahiran Bandung, 23 Januari 1983 ini bercerita bahwa sejak awal membangun, memang sudah cita-citanya untuk memiliki rumah di tengah lingkungan padat penduduk. “Dulu sejak masih hidup sendiri sampai awal pernikahan dengan istri saya, Ilmira, saya sempat tinggal di apartemen yang terletak di bilangan Kuningan, Jakarta Pusat,” jelasnya. “Waktu itu Ilmira sedang mengandung anak pertama kami. Usia kehamilannya sendiri menginjak lima bulan. Saat itu tiba-tiba ada bencana gempa menggoyang Jakarta. Seingat saya, kekuatannya mencapai sekitar enam hingga tujuh Skala Richter. Cukup besar untuk membuat saya dan istri yang menghuni lantai 17 merasakan getaran gempa,” lanjutnya lagi. 
“Ilmira, istri saya dengan kondisi tengah berbadan dua sontak merasa stres saat itu. Sementara itu, perempuan yang tengah hamil tidak seharusnya merasa stres. Setelah itu, ia meminta saya untuk membeli kediaman yang menginjak tanah,” jelas lelaki yang wajahnya juga kerap menghiasi layar kaca Tanah Air. Setelah kejadian tersebut Zacky pun sempat tinggal di sebuah perumahan yang terletak di bilangan Cirendeu, Jakarta Selatan, merasa kurang sreg dengan konsep perumahan, ia pun mulai mencari-mencari kediaman baru dengan satu syarat. Rumah yang bukan berada di dalam satu kompleks perumahan atau pun kavling. “Saya memutuskan untuk mencari tanah kosong dan membangun rumah saya sendiri karena saya ingin bisa mengeksplorasi kegemaran saya merancang rumah,” lanjutnya sembari tersenyum.
  
Lelaki yang pernah bermain sinetron berjudul Tujuh Tanda Cinta ini menuturkan bahwa merancang rumah memang sudah menjadi impiannya sejak dulu, ia bahkan sempat hampir melanjutkan pendidikan tinggi di jurusan arsitektur kalau saja keinginannya untuk hidup mandiri tidak lebih besar kala itu. “Dulu selepas SMA, walaupun saya lulus dari jurusan IPA dan tidak bisa menggambar, saya sangat menggemari dunia arsitek. Sebelum pindah ke Jakarta untuk merintis karier, saya juga sempat terpikirkan untuk melanjutkan pendidikan di bidang arsitektur baik di Jakarta maupun di kota kelahiran saya, Bandung,” jelasnya. 
Setahun mendiami rumah di Cirendeu, Zacky akhirnya menemukan sebuah iklan di internet tentang dijualnya sebidang tanah di wilayah Ciputat dengan posisi menjorok ke dalam atau lebih dikenal dengan sebutan tanah ngantong. “Wah, tanah ngantong. Justru ini yang saya suka. Setelah melihat iklan tersebut saya langsung survei ke lapangan. Begitu tiba di sini saya seketika jatuh cinta dengan bentuk tanah di sini, tanpa memedulikan kemacetan yang ada, lingkungan dan juga posisi tanahnya,” lanjutnya sambil tergelak. “Saya hanya berpikir bahwa nantinya saya akan bisa mengeksplorasi banyak hal yang unik berkat bentuk tanah ngantong ini,” tandasnya.
  
Membeli tanah di akhir tahun 2009, tanpa buang waktu Zacky segera melakukan pembangunan kediaman impiannya ini. Hanya menghabiskan waktu selama 10 bulan ia pun akhirnya bisa menempati rumah barunya. “Saya sampai pindah dan mengontrak di rumah yang berada persis di depan rumah ini, supaya saya lebih mudah mengawasi pembangunannya, mengingat arsitek rumah ini kan saya sendiri,” tuturnya lagi. 

CINTA NUANSA ALAM 
Rumah yang didominasi dengan warna putih dan bentuk yang minimalis ini tampak rimbun dan sejuk dengan keberadaan berbagai tanaman hijau di seluruh penjuru rumah. Tampak taman gantung, kebun hidroponik dan juga beberapa pohon kelapa tumbuh bebas di halaman belakang rumah ini. “Konsepnya memang tropis minimalis. Makanya, banyak jendela besar di mana-mana. Rumah ini rumah terbuka, saya bahkan tidak memasang satu pun tirai di bagian bawah rumah,” jelas lelaki yang kini juga disibukkan dengan kegiatannya di Integrated Communication Agency miliknya.
 
Ayah dari Teuku Zio Javiero Addam (5) dan Cut Aishakyra Zara (3) ini juga mengatakan bahwa ia sengaja membangun rumah ini dengan konsep yang juga terlindungi. “Saya memang sengaja membuat pagar yang cukup tinggi, karena saya ingin semua kaca-kaca besar di sini bisa saya buka setiap harinya, tanpa orang lain bisa melihat langsung kegiatan yang berlangsung di dalamnya. Rumah ini rumah tropis, jadi cahaya matahari harus bisa masuk dengan bebas ke dalamnya. Sirkulasi udara dan sirkulasi cahaya matahari adalah prioritas utama saat saya merancang rumah ini,” katanya menambahkan. 
Suasana alami juga menjadi pilihan utama suami Ilmira Usmanova ini. “Bahkan sebelum ada kolam renang di belakang rumah, saya memilih nuansa natural. Saya selalu membayangkan saat saya pulang ke rumah, saya sudah merasa nyaman, sehingga malas bepergian,” paparnya tersenyum. 
Memiliki minat besar di bidang arsitek, lelaki ini bercerita bahwa ia tidak memakai jasa developer rumah saat membangun rumah ini. “Saya hanya meminta bantuan dari tukang gambar sipil. Jadi dia mengikuti apa yang saya inginkan. Inspirasinya saya ambil dari berbagai macam sumber. Mulai dari Internet, majalah hingga konsep yang memang datang dari saya sendiri. Learning by exploring saja,” jelasnya.

Dominasi interior berwarna putih pun berpadu apik dengan furnitur berbahan dasar kayu dan juga beberapa furnitur berwarna feminin di dalamnya. “Kursi berwarna shocking pink yang ada di ruang keluarga itu adalah sentuhan warna istri saya. Begitu juga dengan nuansa hijau menyala yang ada di dapur. Meski saya lebih menyukai warna dan nuansa natural, Ilmira sudah titip pesan supaya ada nuansa miliknya,” lanjut lelaki yang bermain dalam film Obama Anak Menteng (2010). 

Terdapat satu zona bermain di bagian belakang samping rumah yang terdiri dari area pasir, taman hidroponik, kolam renang, bar kecil, open air bathroom dan juga lapangan rumput yang menurut Zacky, baru dirampungkan olehnya. “Tanah bagian belakang samping rumah itu belum lama saya beli. Baru-baru ini saya rampungkan pengerjaannya. Kebetulan setelah saya tinggal selama tiga tahun di sini sang pemilik tanah memutuskan untuk menjual tanahnya,” tuturnya. 

“Saat membeli, saya sudah merencanakan untuk membangun arena bermain anak, supaya anak-anak lebih betah di rumah. Ternyata hal ini sukses. Begitu masuk ke rumah, mereka biasanya enggan diajak ke luar rumah lagi,” jelasnya. Selain area bermain, pembangunan area bersantai yang dilengkapi oleh bar kecil, tempat Zacky dan istri kerap mengadakan acara serta mengundang teman-teman untuk datang ke rumah. “Saya sangat senang bahwa saya akhirnya bisa membangun satu rumah impian saya. Rumah yang membuat saya seakan tidak berada di tengah kota Jakarta yang padat. Rumah yang nyaman dan bisa membuat saya merasa seakan saya sedang berlibur,” tandasnya. 
Kala berkunjung ke kediaman Zacky, cuaca kota Tangerang sedang terik-teriknya. Berbeda dengan kebanyakan orang yang lebih memilih untuk mendinginkan rumahnya dengan pendingin udara, Zacky tidak merasa terganggu dengan terik dan panasnya cuaca. “Karena konsepnya memang rumah terbuka, saya sih santai saja. Baik kala cuaca panas, sejuk atau dingin, ya dinikmati saja. Saya ingin merasakan apa yang diberikan oleh alam. Walaupun begitu, saya tetap memasang AC di sini, apabila memang dibutuhkan,” lanjutnya sembari tergelak. 

BEBAS BEREKSPRESI DI RUMAH 
Kecintaan lelaki yang juga pernah berperan di beberapa sinetron di negeri Jiran ini akan rumah jelas terlihat. Tidak hanya antusias saat menceritakan kediamannya namun Zakcy juga meyakini bahwa rumah adalah tempat yang memungkinkan dirinya bebas berekspresi. “Rumah itu adalah tempat di mana saya bisa menjadi diri saya sendiri. Tempat di mana saya bisa dengan nyaman dan santai melakukan semua kegemaran dan juga hal yang saya sukai. Rumah itu tempat saya pulang dan melepaskan kepenatan dari semua kesibukan yang saya lakukan di luar sana. 

“Rumah ini juga adalah salah satu bentuk dari ekspresi saya. Dari awal saya berpegang pada konsep bahwa lebih baik kosong dari pada salah menempatkan sesuatu di dalam rumah ini,” jelasnya. “Saya memang cukup berhati-hati dan tidak mau terkesan sembarangan dalam menghias rumah ini,” tandasnya menutup perbincangan dengan HELLO! Indonesia.
TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO & PENGARAH GAYA: HARY SUBASTIAN
PENATA RIAS: THEA CHRISTY (081908672672)
BUSANA: KOLEKSI PRIBADI
Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, November 2015 Edition
Rubrik: Home Sweet Home

Baca Juga:
Article on HELLO! Indonesia, Edisi Oktober 2015. Sophie Authentique
Sophie Authentique
Hadirkan Masakan Rumahan dari Prancis
 
Prancis, negara yang menyandang julukan Kota Mode dunia ini ternyata tidak hanya terkenal dengan kemashyurannya di dunia fashion tetapi negara yang terletak di Eropa Barat ini juga terkenal dengan keanekaragaman masakannya. Variasi jenis makanan yang dimiliki oleh Prancis seringkali disejajarkan dengan variasi makanan yang dimiliki oleh negara Cina. Masakan rumahan pun menjadi salah satu menu andalan di sana. Hal ini juga yang akhirnya mendorong sang pemilik Restoran Sophie Aunthentique memutuskan untuk membuka restoran masakan Prancis di Jakarta dan membawa resep masakan rumahan ke dalamnya.

Restoran yang terletak di area Splash Kemang, Jakarta Selatan ini buka pada bulan November tahun 2014 lalu dan merupakan cabang ketiga dari restoran dengan nama yang sama. Awalnya restoran ini hadir dengan konsep French Bakery, namun seiring waktu berjalan, Sophie Authentique hadir sebagi French Café yang menyajikan berbagai macam menu masakan rumahan khas ala Prancis dan juga berbagai macam homemade bakery khas Negeri Gereja Muda tersebut.

Restoran yang didominasi dengan warna biru laut dan putih ini menyediakan beberapa makan khas Prancis, di antaranya adalah Canelé dan Quiches. Canelé adalah satu kue tradisional yang berasal dari wilayah Bordeaux, kue vanila padat yang dikaramelisasi, rasanya kenyal dan juga manis. Sedangkan Quiches adalah menu egg tart khas Prancis yang bisa diisi dengan berbagai macam varian isian seperti daging babi, daging sapi, labu kuning, keju feta serta ikan salmon dan juga daun bawang.

Jika Anda adalah penggemar berat makanan olahan telur, menu Eggs A La Carte bisa menjadi salah satu pilihan utama Anda. Menu scrambled egg ini merupakan salah satu menu andalan di Sophie Authentique yang disajikan bersama dengan salad segar, dan juga butter. Menu andalan lainnya adalah Croque Madame, roti yang dilapisi oleh keju emmental khas Prancis yang sangat padat namun meleleh dengan sempurna saat di panggang bersama roti, disajikan bersama salad, telur mata sapi dan juga salad dressing khas Prancis yang terbuat dari cuka, minyak kanola dan juga yoghurt.

Selain itu, Sophie Authentique juga menghadirkan berbagai macam jenis bakery lainnya seperti Apple Tart, Croissant, Baguette Sandwiches, Macaron dan Coconut Ball. Bagi para penggemar dessert, menu Pana Cotta juga bisa menjadi pilihan. Jika Anda berkunjung di akhir minggu, Sophie Authentique memiliki satu menu bakery khas, Mille Feuille, crunchy baked pastry yang dilapisi dengan vanilla cream yang dicampur dengan white chocolate serta dihias dengan dark chocolate di atasnya.

Untuk menu minuman, kafe ini menghadirkan berbagai jenis minuman, mulai dari menu jus segar dan juga berbagai macam kopi. Kopi yang disajikan di Sophie Aunthentique menggunakan 100 persen biji kopi asli Indonesia. Menu kopi yang dihasilkan mulai dari latte, cappucino, espresso dan juga hot mocca. 

Harga yang ditawarkan restoran ini terbilang cukup bersaing, untuk menu minuman dimulai dari harga 30 ribu hingga 50 ribu rupiah per gelas. Sementara itu, untuk menu makanan dimulai dari harga 30 ribu hingga 120 ribu rupiah sebelum pajak. Sophie Authentique buka setiap hari, untuk gerai Kemang, di saat weekdays buka pada pukul 9 pagi hingga 7 malam dan untuk weekend buka dari pukul 8 pagi hingga pukul 9 malam. Restoran ini menerima pembayaran tunai, kartu debit maupun kartu kredit.

TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO: WINSTON GOMEZ
LOKASI: SOPHIE AUTHENTIQUE, SPLASH KEMANG

Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, Oktober 2015 Edition
Rubrik: Resto

Update info:
Sophie Authenthique cabang Splash Kemang sudah ditutup akhir tahun lalu, untuk lokasi gerai lainnya bisa dilihat di sini.

Baca Juga:

Article on HELLO! Indonesia, Edisi Oktober 2015. Angel Pieters
Tekuni Dunia Tarik Suara
Angel Pieters Ingin Jelajahi Panggung Dunia

Bernyanyi diakui sebagai passion-nya sejak usia dini. Hal itu juga yang mendorong perempuan muda ini serius terjun ke dunia tarik suara. Asam garam sebagai seorang penghibur di atas panggung yang dikecapnya sejak berusia tujuh tahun pun membuat sosok Angel Pieters tumbuh menjadi pribadi yang kuat. Kepada HELLO! Indonesia ia berbagi cerita tentang impiannya untuk bisa mendunia.
 

Ditemui di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, perempuan muda kelahiran Jakarta, 15 Agustus 1997 ini datang ditemani oleh sang ibunda. Dengan menggunakan pakaian kasual serba hitam, Angel Pieters menyapa hangat seluruh Tim HELLO! Indonesia. Masih tampak raut lelah menggantung di wajahnya, maklum saja penyanyi muda ini baru kembali ke Tanah Air setelah menyanyi di negeri Paman Sam tepat sehari sebelum wawancara berlangsung. “Maaf ya, saya terlambat. Masih agak jetlag soalnya,” tuturnya sambil tersenyum dan membuka perbincangan kami siang itu. 
MENITI KARIER SEJAK DINI 
Dara cantik berdarah Maluku-Sumatera ini mulai meniti karier profesionalnya di panggung kompetisi menyanyi Idola Cilik yang diadakan oleh salah satu stasiun televisi swasta Tanah Air. Kala itu ia baru saja menginjak usia 10 tahun. Berhasil meraih posisi juara kedua dalam kompetisi tersebut, sosoknya mulai dikenal oleh khalayak banyak. Namun ternyata panggung tersebut bukanlah titik awal dirinya terjun ke dunia tarik suara. “Saya mulai belajar bernyanyi sejak usia lima tahun. Kebetulan Papa adalah seorang penikmat musik, dari kecil saya terbiasa sekali mendengarkan musik- musik karya Pavarotti. Suatu ketika saya sedang mendengarkan lagu di dalam mobil, saya spontan ikut menyanyikan lagu tersebut. Akhirnya Papa bilang, ‘Wah Angel bisa nyanyi ya, bagaimana kalau kamu ikut les vokal saja?’ Setelah itu akhirnya saya masuk ke dalam sekolah vokal milik almarhum Bang Elfa Secioria,” cerita Angel bersemangat. 
Kecil-kecil cabai rawit, mungkin itu adalah julukan yang pas bagi putri pasangan Patria H. Pieters dan Denny Pieters ini. Walaupun dirinya adalah murid termuda di sekolah musik tersebut namun tidak menghalangi kesempatannya untuk berpartisipasi di berbagai ajang kompetisi menyanyi dunia. Sang guru, Elfa Secioria pun membawanya melanglang buana mengikuti berbagai kompetisi tersebut. Angel pernah merasakan tampil di World Choir Games yang diadakan di Xianmen, Tiongkok pada tahun 2006. Kala itu ia sukses menumbangkan semua pesaingnya dan menyabet medali emas, saat itu dirinya baru menginjak usia sembilan tahun. Pada tahun 2007, ia kembali mendapat penghargaan di Asian Choir Games di Jakarta dan juga juara satu dalam kompetisi Christian Children Singing Award. “Bang Elfa, benar-benar sosok yang sangat berjasa bagi saya. He gave me a lot of opportunities,” kenang Angel. 
“Selain Bang Elfa, ada seorang guru musik di sekolah yang juga sangat berjasa bagi saya. Pak Os namanya. Beliau yang sering mengajak saya ikut dalam lomba bernyanyi di berbagai sekolah di Jakarta,” lanjutnya lagi. Walaupun masih sangat belia, bakat menyanyi yang dimilikinya tidak terbantahkan, ia pun kerap pulang dengan membawa hadiah-hadiah hasilnya memenangkan kompetisi menyanyi tersebut. “Kadang saya pulang bawa oven, kadang rice cooker. Ya pokoknya hadiah yang saya dapatkan dari lomba-lomba tersebut....ha ha ha...,” tuturnya tergelak. 
Pengalamannya ikut dalam kompetisi Idola Cilik pun terbilang cukup unik. Angel mengaku bahwa ia tidak sengaja melihat iklan acara tersebut, terlintas di benaknya bahwa jika ia memang ingin serius di dunia tarik suara, maka ia harus menjajal nyalinya di ajang yang satu ini. “Karena dari kecil saya memang memiliki impian menjadi seorang penyanyi dan bisa tampil di televisi. Akhirnya saya memutuskan untuk pergi sendiri ke warnet (warung internet – Red), nge-print formulir sendiri, baru kemudian minta persetujuan kedua orangtua,” kisahnya sembari tersenyum. “Mama dan Papa sempat kaget dan bertanya apakah saya yakin ingin ikut ajang tersebut,” lanjutnya lagi. 
BERJUANG UNTUK IMPIAN 
Selalu ada dua sisi dalam kehidupan, baik positif maupun negatif, suka dan duka. Hal tersebut pun tidak bisa dihindari oleh perempuan yang memiliki hobi makan enak dan traveling ini. “Banyak orang yang sayang sama saya, tetapi saya juga tidak bisa menutup mata bahwa banyak orang yang tidak suka kepada saya. Selain pujian akan prestasi dan juga kemampuan saya dalam bermusik, saya juga banyak menerima kritik. Ada pihak yang tidak bisa menerima saya apa adanya, biasanya penampilan saya yang paling mereka soroti,” tuturnya sendu. “Some people do trying to pull me down, underestimate me, but well, haters gonna hate. Bagi saya, yang memahami saya adalah saya sendiri, kedua orangtua dan orang-orang terdekat. Pandangan dari mereka yang paling saya pedulikan,” katanya menambahkan. 
Namun perempuan yang pernah berduet dengan sejumlah tokoh musik dunia seperti Ruth Sahanaya dan Sado Watanabe ini tidak menyerah dengan semua suara sumbang tersebut. Angel yakin masih banyak orang yang mendukung dan juga mencintainya. “Saya memiliki satu talenta yang juga merupakan salah satu hobi saya. Sekarang bahkan saya mendapatkan penghasilan dari kegemaran tersebut. 
Kurang apa lagi? Tapi kalau boleh jujur hal yang membuat saya sangat bahagia adalah saat seseorang merasakan hal positif dari apa yang saya kerjakan. It means a lot to me! I enjoy it so much!” lanjutnya lagi. 
Menjadi penyanyi profesional yang mendunia dan mampu mengharumkan nama bangsa pun menjadi mimpi yang tengah dibangun oleh anak kedua dari tiga bersaudara ini. Selain dunia tarik suara, perempuan muda ini juga tengah menjajal kemampuannya di bidang akting. Akhir-akhir ini ia disibukkan dengan perannya dalam acara serial televisi di salah satu stasiun televisi swasta Tanah Air. Baginya menjajal dunia baru selain menyanyi adalah satu tantangan yang bisa mengembangkan bakat nya yang lain, seperti yang dilakukan oleh panutannya, Beyoncé dan mendiang Whitney Houston. “Secara pribadi saya bukan orang yang suka coba-coba, tetapi sebagai orang yang terjun di dunia hiburan rasanya saya setidaknya harus bisa menguasai segala bidang. Terlebih saya juga masih muda, jadi memang saatnya saya untuk mengeksplorasi segalanya,” tutur Angel ceria. “Namun jika memang harus memilih, saya akan tetap fokus di dunia tarik suara,” tegasnya lagi. 
DUET DENGAN DAVID FOSTER 
Wajah Angel sontak berubah ceria kala ditanya mengenai duetnya dengan David Foster, salah satu idolanya. “It’s like a dream comes true! Saya benar-benar tidak menyangkanya,” kisahnya dengan berbinar. “Belum lagi kesempatan itu datang lebih dari sekali. Saya sudah pernah berduet dengan David Foster dalam empat kali pertunjukkan yang berbeda,” jelasnya. 
Prestasi tersebut juga yang membuat Angel yakin bahwa usaha kerasnya sekarang pasti akan terbayar suatu hari nanti. Ia percaya bahwa masih ada hal yang harus dipelajari olehnya. Ia pun terus berusaha untuk fokus dan berusaha melakukan hal yang terbaik untuk kariernya. “Saya percaya jika saya memberikan yang terbaik maka hal itu akan mendatangkan hal yang terbaik juga. Rezeki yang diberi Tuhan juga tidak terbatas. Kesempatan pasti bisa datang kapan saja,” tuturnya yakin. 
Selain pengalaman berduet dengan idolanya, Angel bercerita bahwa ia pernah mengalami saat di mana ia meyakini bahwa saat itu adalah titik balik dalam kehidupan kariernya. “Waktu itu saya berada di panggung Grand Final Idola Cilik, saya terjatuh di atas panggung. Saya merasa malu pastinya, tetapi saat itu saya merasa bahwa mental saya sedang diuji. Bisa saja saya merengek minta tolong, namun saya kemudian berpikir kalau saya tidak berdiri untuk diri saya sendiri, siapa lagi yang akan memperjuangkan semua mimpi saya nantinya. Karena terwujud atau tidaknya mimpi saya ini benar-benar tergantung kepada seberapa keras saya berusaha untuk mewujudkan mimpi saya tersebut,” tukas Angel sembari tersenyum.

TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO: SAEFFIE ADJIE BADAS
PENGARAH GAYA: BUNGBUNG MANGARAJA
TATA RIAS : ANDY CHUN (08113619911)
TATA RAMBUT: KIEFER LIPPENS (087860195997)
BUSANA: MM6 BY MAISON MARTIN MARGIELA AT CENTRAL DEPT STORE GRANDINDONESIA EASTMALL
AKSESORI: REGINA GARDE
LOKASI: BROWN SUGAR, DHARMAWANGSA SQUARE
Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, October 2015 Edition
Rubrik: Celeb News

Baca Juga:
Konsistensi & Totalitas Ario Bayu Geluti Dunia Seni Peran 
Article on HELLO! Indonesia, Edisi Oktober 2015. Davina Veronica
Kecintaan yang Membuat Davina Veronica Memperjuangkan Keadilan Bagi Satwa

Davina Veronica, sosok cantik ini lebih dikenal oleh masyarakat luas sebagai seorang model. Perempuan yang memulai karier di dunia model pada tahun 1995 ini mengakui bahwa kecintaannya kepada hewan sudah dipupuk oleh keluarganya sejak kecil. Dalam rangka memperingati Hari Hak Asasi Binatang yang di peringati setiap tanggal 15 Oktober, kepada HELLO! Indonesia ia pun menuturkan keinginannya bisa menghadirkan keadilan bagi satwa. 



Berbekal akan kecintaannya terhadap hewan peliharaan, Davina Veronica kini menjadi salah satu aktivis perlindungan hewan yang paling giat di negeri ini. Ia meyakini bahwa menyelamatkan hewan sudah menjadi panggilan hidupnya. Rasa sayang yang ia miliki untuk hewan terkadang dianggap berlebihan oleh orang- orang di sekitarnya. Namun kini ia bahagia bisa menjadi salah satu perpanjangan suara hewan-hewan yang mendapatkan perlakuan semena-mena oleh manusia. 

BE VOICE FOR THE VOICELESS 
Anak sulung dari dua bersaudara pasangan Guntur Hariadi dan Patricia Gontha ini mengaku bahwa ia sudah meninggalkan dunia keartisannya. Perempuan yang telah terjun di dunia hiburan Tanah Air lebih dari 15 tahun ini mengaku bahwa tahun 2009 menjadi titik balik bagi dirinya. “Sudah cukup rasanya saya berkarier di dunia hiburan Tanah Air, wajah-wajah baru yang lebih muda pun kini sudah bermunculan dan memang itu adalah hukum alam yang pasti terjadi. Saya sudah berada dalam babak baru kehidupan saya, dan saya memilih untuk mengembangkan usaha saya sendiri dan juga fokus di kegiatan sosial, untuk alam sekitar dan juga hewan,” tutur perempuan cantik ini membuka percakapan dengan HELLO! Indonesia pagi itu. Sekarang, kegiatan sehari-harinya diisi dengan kegiatan mengelola usaha rumah batik yang tengah dibangunnya bersama dua orang temannya. Selain itu ia juga disibukkan dengan perannya sebagai seorang CEO dari sebuah yayasan non-profit yang bergerak di bidang perlindungan satwa lokal, Garda Satwa Indonesia (GSI). “Tidak hanya GSI, hingga kini saya juga masih aktif menjadi Duta WWF Indonesia. Saya sering melakukan kunjungan ke area konservasi WWF Indonesia. Dengan melihat dan terjun langsung menangani isu-isu yang mereka tangani,” lanjutnya bersemangat. 

Sosok yang biasa melenggak-lenggok cantik di atas catwalk ini sangat bersemangat saat bercerita tentang keberadaan GSI dan juga perannya di GSI. Davina mengaku bahwa organisasi perlindungan hewan ini lahir dari komunitas para pecinta hewan yang berkumpul dan saling bertukar informasi. “Awalnya saya dan teman-teman hanya membuat grup chatting. Sampai akhirnya kami merasa bahwa rasanya diperlukan satu wadah yang bisa menjadi tempat berlindung para hewan. Lalu akhirnya tercetuslah Garda Satwa Indonesia,” tutur Davina. GSI pun berhasil terwujud pada tahun 2011. Organisasi ini pun menyatakan diri bahwa mereka adalah suara bagi para hewan yang tidak mampu menyuarakan hak-hak mereka. “We are the voice for the voiceless,” lanjut Davina tegas. Tahun 2014, GSI pun akhirnya resmi berdiri menjadi satu yayasan berbadan hukum yang membela hak-hak hewan, khususnya hewan peliharaan yaitu kucing dan anjing. 

Terjun secara langsung di dunia perlindungan satwa, Davina merasa marah sekaligus sedih menemukan fakta bahwa manusia adalah ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup para satwa. “Hidup para hewan itu sederhana, kok. Mereka hanya mencari tempat untuk berlindung ketika panas dan hujan, dan mencari makan hanya untuk sekadar bertahan hidup. Ya, sesederhana itulah kehidupan mereka,” lanjut perempuan yang juga pernah bermain dalam film Badai Pasti Berlalu. Sosok manusia yang seakan menjadikan spesiesnya sebagai satu mahluk hidup superior dibanding dengan makhluk hidup lainnya di atas muka bumi ini jelas menganggu pikiran perempuan berdarah Jawa–Manado ini. “Selalu merasa berkuasa dan merasa bahwa dunia ini milik manusia sendiri. Padahal kan tidak seperti itu. Kita seharusnya menyadari bahwa bumi ini adalah milik bersama. Ada makhluk hidup lain yang juga mendiami bumi ini dan memiliki hak yang sama di dalamnya,” tuturnya tegas. “Manusia seharusnya berterima kasih kepada keberadaan hewan dan juga tumbuhan. Karena tanpa mereka, saya pastikan bahwa manusia tidak dapat bertahan hidup. Namun sebaliknya, tanpa kehadiran manusia, kehidupan hewan dan tumbuhan akan baik-baik saja. Please respect them! Mengingat kita juga mengambil begitu banyak dari tumbuhan dan juga hewan,” tandasnya bersemangat. 

DUKUNGAN BERBAGAI PIHAK 
Berbagai macam kasus penganiayaan hewan yang semakin kerap terjadi sungguh menganggu batin dan juga pikiran perempuan yang kini telah menjadi seorang vegan ini. Mengedukasi publik pun dipilihnya sebagai cara untuk menyelamatkan hewan-hewan tersebut. “Untuk bisa membuat satu perubahan maka orang- orang harus mengerti terlebih dulu apa yang sedang kami perjuangkan. Karena, walaupun sudah gembar- gembor, percuma saja apabila mereka tidak memahami apa yang kami maksud,” ungkap Davina. 

The greatness of a nation and its moral progress can be judged by the way its animals are treated. Kutipan dari tokoh kemanusiaan dunia Mahatma Gandhi telah menjadi salah satu panutan utama perempuan yang sudah memiliki hewan peliharaan sejak usia lima tahun ini. “Kalau kita sudah bisa menghargai keberadaan hewan, kita pasti sudah berada di tingkatan manusia yang bijaksana sekali. Tapi kalau boleh jujur, permasalahan HAM di Indonesia hingga kini masih saja belum tuntas, apalagi permasalahan terhadap Hak Asasi Hewan,” lanjutnya sambil tertawa miris. “Saya ingin sekali bisa melibatkan semua pihak untuk menyelamatkan para hewan. Saya pun tengah berusaha untuk menggandeng pemerintah, mengingat mereka adalah pihak yang memiliki kekuatan untuk membuat peraturan di negara ini,” lanjutnya lagi. 

INGIN BISA MENYELAMATKAN SEMUANYA
Tingginya angka penganiayaan hewan pun berimbas dengan hadirnya berbagai cerita memilukan yang dialami oleh Davina saat menyelamatkan mereka. Salah satunya saat ia harus menyelamatkan seekor anjing jenis golden retriever bernama Max. “Diawali dengan masuknya laporan pada saya akan keberadaan seekor anjing golden retriever yang ditelantarkan oleh sang pemilik. Saya pun akhirnya datang ke lokasi tersebut bersama dua orang teman saya, yang satu seorang pengacara dan satu lagi dari organisasi perlindungan satwa lainnya. Saat itu kondisi Max sudah sangat memprihatinkan, hanya tinggal tulang berbalut kulit. Rasa marah dan sedih rasanya campur aduk di dada saya,” ceritanya geram. Beruntung tidak lama setelah diselamatkan oleh GSI, Max pun mendapatkan rumah baru yang layak baginya. 

Hingga kini di dalam lubuk hatinya Davina menyimpan cita-cita agar GSI dapat menyelamatkan semua hewan yang mereka temui, namun keterbatasan sumber daya manusia, tempat dan juga biaya menjadi hal yang benar-benar tidak bisa dihindari olehnya. “Namun kami tidak akan menyerah, kami akan terus melebarkan sayap kami untuk menolong mereka,” tuturnya sembari tersenyum simpul. Doa Davina pun terjawab, niat baiknya untuk menyelamatkan hewan-hewan tidak berdaya ini mendapat dukungan dari berbagai pihak. Beberapa dokter hewan dan juga vet (klinik hewan – Red) bersedia untuk bekerja sama dengan GSI. “Kami juga beruntung ada dua orang donor yang membebaskan kami untuk membawa hewan-hewan yang kami selamatkan ke dokter hewan yang mereka tunjuk, sehingga kami bisa dengan leluasa berobat ke sana. Kami benar-benar sangat bersyukur,” lanjut Davina. 

COMPASSION IS THE KEY 
Ditanya mengenai harapan yang ia miliki terhadap nasib para hewan di Indonesia, Davina dengan cepat menjawab bahwa ia hanya ingin manusia bisa menyayangi dan juga lebih menghargai keberadaan hewan di muka bumi ini. “Mereka juga memiliki hak hidup yang sama dengan manusia di atas bumi ini. Kalau memang tidak suka, just leave it that way. Tidak perlu menyakiti hewan-hewan itu,” tuturnya lagi. “Orang-orang sudah terlalu kejam dan niat sekali menyakiti hewan. Saya pernah menemukan kasus hewan kakinya sengaja dibacok, kucing yang kakinya dililit karet gelang hingga kakinya putus, atau badannya dililit lakban hingga terlihat kepalanya saja. Itu benar-benar sudah di luar batas kewajaran,” lanjutnya geram. 

Compassion, satu kata yang diyakini oleh Davina bisa membuat keberadaan hewan di Indonesia lebih baik. “Berbelas kasihanlah kepada hewan. Bumi ini milik bersama. Jangan hanya karena kita bisa menciptakan mobil, kapal, atau pesawat terbang, lalu kita menyatakan manusialah yang paling berkuasa. We without animals and natures are nothing!” tegasnya lagi. Pondasi dalam keluarga pun diyakini oleh Davina menjadi salah satu faktor terpenting terbentuknya rasa belas kasih terhadap hewan. “Jika sejak dini keluarga mengajari untuk tidak hanya saling menyayangi kepada manusia tetapi juga pada seluruh makhluk hidup, saya rasa semua manusia akan memiliki rasa kasih sayang dan juga belas kasih kepada mahluk hidup lainnya di bumi ini. Termasuk kepada para hewan,” kata Davina menegaskan. 

TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO: DAVID HASUDUNGAN (081389933808) & INSTAGRAM
PENGARAH GAYA: LISTYA DIAH
TATA RIAS & RAMBUT: AURELIA (087774537996)
BUSANA : FOREVER NEW, MANGO LOKASI: TAPAS MOVIDA, CIPETE
Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, October 2015 Edition
Rubrik: Heart to Heart

Baca Juga:
Article on HELLO! Indonesia, Edisi Oktober 2015. Ario Bayu
Konsistensi & Totalitas Ario Bayu
Geluti Dunia Seni Peran

Sosok yang satu ini terbilang sebagai pemain baru dalam dunia seni peran Tanah Air. Namun talenta yang dimilikinya kini tidak hanya mendapatkan pengakuan dari dalam negeri, tetapi juga dari dunia internasional. Kepada HELLO! Indonesia, Ario Bayu menuturkan passion-nya dalam seni peran.


Aktor tampan ini datang dengan penampilan sangat kasual siang itu. Hanya berbalut kaos hitam bergambar dan celana jeans dengan warna senada, jauh dari kesan bahwa kini dirinya adalah salah satu selebritas Tanah Air yang sangat diperhitungkan kemampuan aktingnya. Garis wajahnya yang tegas seakan mengesankan bahwa kepribadian lelaki kelahiran Jakarta, 6 Februari 1985 ini adalah sosok yang sangat dingin. Namun suasana seketika mencair saat ia mulai bercerita tentang dunia yang digelutinya.
 
MEMILIH UNTUK MENJADI AKTOR
Ario Bayu menghabiskan 11 tahun masa kecil dan remajanya di Selandia Baru, satu negara indah dekat Benua Australia. Ia pindah ke Negeri Kiwi tersebut mengikuti kedua orangtuanya saat masih berusia sembilan tahun. Rasa penasaran akan kultur dan juga budaya asal yang mengalir dalam darahnya serta keinginannya untuk terjun di dunia seni peranlah yang akhirnya membuat Bayu, begitu aktor ini kerap disapa, membawanya kembali ke Indonesia.

“Saya sempat tinggal di London, Inggris. Pada saat itu, saya mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di sana,” tuturnya membuka perbincangan siang itu. “Setelah menyelesaikan pendidikan saya di Inggris, dengan niat untuk melanjutkan pendidikan program master di Selandia Baru, saya pun kembali ke sana,” lanjutnya lagi.

Namun ternyata takdir berkata lain. Keinginan untuk terjun total ke dunia seni sempat membuat dirinya bimbang. Kala itu, Bayu sudah memiliki satu band beraliran punk yang ia bentuk bersama dengan teman-temannya di Selandia Baru. “Padahal band saya sudah mulai mendapatkan perhatian di sana. Tetapi saya katakan kepada anggota band lainnya bahwa saya ingin kembali di Indonesia. Saya ingin mulai terjun di dunia seni peran di Indonesia, tanah kelahiran saya,” lanjut lelaki yang kerap dijuluki aktor watak ini. Bayu akhirnya mulai mewujudkan cita- citanya sebagai aktor, ia meninggalkan keluarga dan juga teman- temannya di Selandia Baru dan mencoba peruntungannya di Indonesia.

Pahit-manis dunia akting dijalani oleh Bayu. Ia akhirnya mendapatkan film pertamanya pada tahun 2004, bertema horor dengan judul Bangsal 13. “Saya memulai semuanya dari nol. Saya coba semuanya, dari audisi film hingga teater. Akhirnya kesempatan itu datang juga,” tuturnya.

Bayu tetap meyakini bahwa proses audisi menjadi salah satu hal yang wajib dijalani oleh siapa pun yang ingin menggeluti dunia seni peran. “Bagi saya, kalau seorang aktor berpikir audisi itu adalah batas ukur bahwa dia sudah hebat, dia kurang tepat. Audisi itu ada untuk memahami kesesuaian antara diri sendiri dengan karakter yang akan dimainkan. Bukan berarti dia ganteng, lalu dia cocok dengan karakter yang akan dibawakan. Saya yakin jika seorang aktor tahu makna dan fungsi dari proses audisi, maka dia tidak akan menghindari proses tersebut,” lanjutnya tegas.

Baru 11 tahun lelaki berdarah Jawa ini terjun di dunia layar lebar, namun sudah ada total 16 film termasuk satu drama serial bertaraf internasional yang telah dimainkannya. Yang menarik, ia juga telah memainkan berbagai macam karakter dalam beragam jenis film. Mulai dari film bertema horor, drama, sejarah, action hingga komedi pernah dijalaninya. “Sebagai orang yang terjun dalam dunia seni peran, saya yakin bahwa setiap individu pasti memiliki gayanya sendiri, begitu pula dengan saya. Sejujurnya, saya enggan berperan dalam satu genre film saja,” tutur Bayu yang pernah beradu akting dengan aktor Hollywood, Mickey Rourke dan Kelan Lutz dalam film Java Heat. Baginya mencoba beragam karakter dalam berakting akan menambah pengalaman dan juga kualitas individu yang dimiliki. “Rasanya percuma jika saya mendapatkan peran yang sama, contohnya seperti dalam film Java Heat, saya berperan sebagai seorang polisi, lalu di Dead Mine saya menjadi tentara, saat di drama serial HBO, Serangoon Road saya kembali menjadi polisi. Saya pun berpikir, wah kok sama semua ya? Di situ saya berpikir bahwa saya harus mendapatkan karakter yang berbeda,” lanjut aktor yang berperan sebagai Presiden Soekarno dalam film Soekarno ini.

Bayu menuturkan bahwa semua film dan juga karakter yang dijalaninya pasti memiliki sesuatu yang unik dan berbeda. “Kalau memang ternyata pada prosesnya tidak sesuai dengan harapan, ya tinggal suntikkan saja hal yang baru supaya tidak merasa bosan. Kunci menjaga energi dalam satu pekerjaan yang kita jalani itu adalah menciptakan tantangan-tantangan tersendiri di dalamnya,” lanjut Bayu.

Disinggung mengenai kesuksesan film terakhirnya, Soekarno yang hampir menembus kancah penghargaan kelas dunia Academy Awards, sosok rendah hati ini berkata: “Saya bukannya tidak merasa bangga, tetapi saya harus mengukur kebanggaan itu. Karena bila dibandingkan dengan dunia perfilman dunia, saya rasa posisi saya masih sangat jauh.”

KONSEP GO INTERNATIONAL 
Sudah mendapatkan perhatian dari tokoh-tokoh kelas dunia ternyata tidak membuat lelaki yang pernah menuntut ilmu di Globe London Theatre ini sesumbar dengan kata-kata go international. “Rasanya konsep go international menjadi ambigu di sini. Banyak yang berpikir kalau sudah bermain di Hollywood, bisa disebut sudah go international. Sementara sudah banyak teman saya di dunia seni peran Tanah Air yang sering bekerja sama dengan teman-teman dari negara lain, baik dari Singapura, Malaysia, bahkan Hollywood. Itu juga bisa dikatakan sudah go international,” katanya serius. 

“Tetapi kalau untuk keinginan bisa bekerja di sana, saya rasa semua aktor pasti memiliki keinginan untuk ke Amerika. Karena Amerika adalah pusatnya untuk bidang film, teater dan juga showbiz. Jadi kalau istilahnya ‘if you wanna make it big, ya universitasnya ada di sana’,” tandasnya.

Lelaki yang memiliki hobi minum kopi ini menceritakan bahwa tidak semudah itu untuk bisa masuk ke dunia perfilman Amerika. Tingkat kompetisi di sana jelas kelas dunia. “Bayangkan, untuk sekadar menjadi pemeran figuran di sana banyak aktor yang memegang gelar S1 bahkan master degree di bidang teater. Sutradara yang ada di sana sudah pasti kelas dunia,” tuturnya lagi. “Dua tahun yang lalu saya pernah berbincang dengan cast manager dan juga agen-agen perfilman yang ada di sana, mereka bilang kalau mau coba berakting di sini bisa- bisa saja, tetapi kembali diingat bahwa Anda akan berkompetisi dengan jutaan orang. Anda harus yakin memiliki ketajaman dan kemampuan akting di atas jutaan kontestan itu. Bintang di negeri sendiri belum tentu lolos di sana,” ujarnya.

Aktor yang kini juga tengah merintis usaha di bidang kuliner ini juga menuturkan bahwa Indonesia diuntungkan dengan jumlah penduduk yang sangat besar. “Bisa dibayangkan berapa besar market share yang kita miliki. Saya yakin pasti Hollywood juga akan melirik hal tersebut. Jadi boleh dibilang ada faktor luck dan juga kalkulasi bisnis di sana. Makanya saya salut dengan dua teman saya, Joe Taslim dan Iko Uwais, mereka benar-benar lolos di sana murni dengan talenta yang dimilikinya. They are both doing well. Mereka adalah aktor-aktor yang hebat,” tuturnya.

BUKAN SEKADAR CINTA
Perkembangan perfilman Tanah Air akhir-akhir ini mulai menggeliat, namun tak dipungkiri posisinya belum mampu menempati hati para penikmat film dalam negeri. “Mengapa kita lebih memilih menonton film luar negeri daripada film anak negeri? Padahal sebenarnya film yang dihadirkan oleh pesohor Hollywood ini juga masuk kategori film pop. Contohnya film Iron Man. Film ini berhasil menghadirkan sesuatu yang bisa merangsang imajinasi, dan itu juga jadi salah satu alasan akhirnya penonton di sini lebih memilih menonton film garapan luar negeri. Kendala utama perfilman Indonesia adalah biaya. Film- film mereka bisa menghabiskan dana hingga satu triliun rupiah, bahkan lebih. Sementara di Indonesia maksimal orang membuat film itu hanya menghabiskan dana sebesar 10 miliar rupiah, itu pun jarang sekali. Jadi otomatis kalau dari segi kualitas hiburan pasti berbeda. Tetapi perfilman kita tidak kalah kalau ditinjau dari segi seni. Baik pembuatan film, pengarahan maupun nilai artistik film kita sudah cukup baik,” jelasnya menambahkan.

Aktor yang salah satu filmnya pernah masuk dalam Busan Film Festival ini yakin bahwa tidak mungkin memaksakan kehendak kepada pasar. Apalagi jika kualitas yang dimiliki belum bisa menguasai pasar. “Memaksakan sesuatu, menurut saya itu bentuk doktrinasi. Saya setuju dengan adanya gerakan untuk mencintai film-film Indonesia, tetapi harus diimbangi dengan peningkatan kualitas di berbagai sisi. Misalnya, sebagai aktor, saya harus lebih andal lagi memainkan peran-peran yang dihadirkan oleh para penulis dan juga sutradara. Saya harus mampu menghadirkan sisi menarik saya sebagai seorang aktor. Kita harus bercermin lebih banyak lagi,” katanya yakin.

Lemahnya sistem pendukung yang ada dalam dunia seni peran Indonesia pun dikatakannya sebagai satu faktor penentu kurang berkembangnya dunia layar lebar Indonesia. “Jika satu investasi menghasilkan satu keuntungan, pasti ini akan mampu menyegarkan komponen pendukung yang ada di dalam sistem tersebut. Nah, kondisi dunia perfilman Indonesia agak independen. Belum ada infrastruktur dalam industri perfilman yang dapat saling mendukung,” jelasnya antusias.

Sosok tampan berkulit sawo matang ini juga memiliki pandangan yang berbeda tentang harapan terhadap dunia film Tanah Air. “Yang saya tahu, kini saya membenahi diri sendiri sebagai aktor. Saya ingin menjadi aktor yang lebih baik lagi dan mampu memberikan entertainment value yang lebih baik. Karena posisi saya adalah proponent, kontributor di dunia seni peran ini. Kalau saya berakting tidak bagus, nanti tidak ada yang mau menonton film saya. Dan efek domino akan terjadi di belakangnya,” paparnya penuh keyakinan.

TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO: RINAL WIRATAMA
PENGARAH GAYA: BUNGBUNG MANGARAJA
ASISTEN PENGARAH GAYA: DINDA OKZANDINI
LOKASI: VIE FOR LIVING, KEMANG

Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, October 2015 Edition
Rubrik: Celeb News

Baca Juga:
Arungi Tiga Dekade Ruth Sahanaya Ingin Bisa Terus Berkarya 
Article on HELLO! Indonesia, Edisi September 2015. Nia Dinata, Ersa Myori, & Marcella Zalianty
Jalinan Kekerabatan Nia Dinata, Ersa Mayori, & Marcella Zalianty 'Benang Merah' Pemersatu Dalam Hidup & Karier
_____________________________

Dulu, ketiganya mengenal satu sama lain karena terjun di dunia kerja yang sama. Namun kini, mereka menjalin hubungan sebagai saudara. Kepada HELLO! Indonesia, mereka pun bertutur tentang serunya jalinan kekerabatan yang mereka miliki sekarang.

 
Pernikahan ternyata tidak hanya sekadar menyatukan hubungan antara satu sosok perempuan dan lelaki yang mengucapkan janji suci. Kekerabatan itu juga mampu menyatukan hubungan antar keluarga dari kedua belah pihak. Seseorang yang semula hanyalah orang asing, rekan kerja atau pun teman bisa langsung memiliki hubungan keluarga berkat pernikahan. Nia Dinata, Ersa Mayori, dan Marcella Zalianty, tiga selebritas Indonesia ini mengaku bahwa mereka sudah saling tahu, karena mereka terjun di dunia kreatif yang bersinggungan. Mereka pun bahagia saat mengetahui bahwa akhirnya mereka menjadi saudara karena pernikahan.
PERNIKAHAN YANG MENYATUKAN 
Ersa Mayori tiba pertama kali di lokasi, kala itu Ersa tampak santai mengenakan busana kasual berwarna putih. Saat dirinya tengah berdandan muncul Nia Dinata, kakak tertua di antara ketiga bersaudara ini. Suasana menjadi ramai seketika terjadi saat keduanya bertemu mata. Masing- masing lalu menanyakan kabar dan kesibukan satu sama lain. Tak lama kemudian, sosok cantik bertubuh semampai pun hadir di ruangan melengkapi keramaian yang ada. Di awal perbincangan, Nia pun mengatakan bahwa dulu ia hanya sekadar kenal dan tahu saja sosok Ersa Mayori, yang lebih akrab dipanggil Echa. “Saat itu, saya belum kenal Echa, tapi saya tahu sosoknya. Mungkin karena jarak umur kami yang lumayan jauh,” cerita Nia Dinata membuka perbincangan siang itu. “Saya tahu bahwa Echa itu aktif di dunia televisi, majalah dan juga sering menjadi bintang video klip,” lanjutnya. Perempuan yang berprofesi sebagai sutradara ini mengatakan bahwa dirinya sangat senang saat sang adik, Otto Satria Jauhari memperkenalkan Ersa sebagai kekasihnya. 

Ersa dan Otto pun menikah pada tahun 2003, kala itu Nia sedang disibukkan dengan filmnya yang berjudul Arisan. Namun di sela kesibukannya, sang kakak masih tetap menyediakan waktu baginya. “Saya masih ingat dengan baik, waktu itu saya sedang mempersiapkan pernikahan saya. Ketika akan membeli keperluan untuk seserahan Teh Nia (sapaan akrab Nia Dinata – Red) bilang, ‘Ok, saya yang bertugas untuk membeli seserahan. Label make up apa yang kamu suka, parfum kesukaan kamu? Teteh seperti mengurus adik kandungnya sendiri. Saya benar-benar seperti mendapatkan sosok kakak perempuan,” tutur Echa tersenyum. 

Lain orang lain cerita. Jika ia mengenal sosok Ersa dari sang adik, perempuan kelahiran Jakarta 45 tahun yang lalu ini sudah mengenal Marcella dari pekerjaan yang mereka geluti. Maklum, keduanya sama-sama terjun di dunia seni peran. Nia yang aktif sebagai sutradara dan produser, kerap bertemu dengan Marcella yang berprofesi sebagai pemain film. “Dulu juga pernah hampir kerja bareng dengan Marcel (panggilan akrab Marcella Zalianty – Red) tetapi sayang masih terbentur dengan masalah jadwal. Saya justru mengenal Marcel jauh sebelum dia mulai menjalin hubungan asmara dengan Nanda (Ananda Mikola, suami Marcella Zalianty – Red.),” cerita cucu dari Otto Iskandar Dinata, salah satu pahlawan Indonesia. 

Dunia kreatif pun diakui oleh Marcella menjadi terlihat sangat sempit kala mereka bertiga akhirnya saling terikat dengan tali persaudaraan. “Kami bertiga memang dekat sejak hubungan pernikahan ini. Suami saya adalah sepupu Teh Nia. Sementara itu Echa menikah dengan adik kandung Teh Nia,” tutur Marcella. 

“Saya excited saat mengetahui kami kini bersaudara. Seperti benar-benar disatukan oleh dunia kreatif yang kami geluti. It’s just cute for me,” lanjut perempuan yang mulai dikenal sejak bermain dalam film Tusuk Jelangkung tersebut. 

Hal senada juga dikemukakan oleh Nia. Ia bersemangat saat mengetahui bahwa sang sepupu, Ananda Mikola menjalin hubungan asmara dengan Marcella. “Because I know her, jadi saat Nanda dan Marcel dekat dan akhirnya menikah, saya senang sekali. Saya juga senang bahwa meski bersaudara, we treat everyone as friends. Jadi tidak ada rasa canggung atau pun jaga image,” tambah Nia lagi. 

SELALU ADA UNTUK KELUARGA 
Ketiga perempuan ini jelaslah bukan perempuan biasa. Hingga sekarang, ketiganya tetap disibukkan dengan berbagai kegiatan di dunia yang mereka geluti. Ketiganya pun mengakui bahwa mereka tidak pernah memiliki waktu untuk melakukan rutinitas rutin keluarga seperti arisan. “Aduh, boro-boro arisan keluarga. Arisan dengan teman- teman saja saya tidak bisa. Namun kalau ada acara seperti salah satu anak kami ulang tahun, pasti semuanya berkumpul,” tutur Nia Dinata sembari tertawa.
Kedekatan ternyata tidak hanya terjalin di antara mereka, tetapi juga di antara anak-anak mereka. “Kebetulan semua anak saya lelaki dan sudah besar. Jadi kalau sedang ada waktu luang, biasanya saya mengajak kedua keponakan perempuan saya, Kika dan Ula menginap di rumah saya. Biasanya mereka ngacak-ngacak seluruh isi walk-in closet milik saya,” lanjut Nia lagi. Sementara itu, Marcella mengatakan bahwa kegemarannya akan wayang ternyata sama dengan kegemaran anak sulung Nia Dinata, Gibran Papadimitrou. “Saya ini sangat mencintai seni Indonesia, salah satunya wayang. Jadi, kemarin saat saya merayakan ulang tahun Kana (anak pertama Marcella) saya pun meminta Gibran untuk mendalang. Dia jago sekali mendalang. Benar-benar luar biasa,” sela Marcella bersemangat.

Pemasalahan “dapur” satu sama lain pun semakin mendekatkan ketiganya. Mereka mengaku bahwa mereka sering saling bertukar pembantu atau saling berkirim makanan. “It comes naturally that we support each other. Mungkin kami memang tidak ada jadwal kumpul rutin, tapi kami selalu ada satu sama lain. Kami mengandalkan team work. Saya dan Teh Nia sering sekali berbagi tugas dalam menjaga rumah. Saling kompromi satu sama lain. Bagi saya, dukungan terbesar saya dapatkan dari keluarga saya, dan Teteh, salah satu pemberi dukungan terbesar bagi saya,” tutur Echa.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Marcella. Ia mengatakan walaupun mereka tidak bertemu setiap hari, namun seluruh anggota keluarga selalu hadir disaat-saat penting. “Bagi saya, kualitas satu keluarga itu bisa dilihat saat keadaan kurang baik menimpa kita. Di situ justru semua terlihat dengan jelas,” tambah Marcella. Perempuan yang juga berprofesi sebagai sutradara ini menceritakan dukungan yang didapatkan saat anaknya jatuh sakit dan harus di rawat di rumah sakit. “Teh Nia datang membawakan berbagai macam minyak obat andalannya. Selain itu teteh juga tidak pernah lupa untuk mengirimkan makanan untuk saya harus menginap di rumah sakit,” lanjutnya sembari tersenyum.

“Kami sudah terbiasa saling gotong royong, apalagi kalau ada acara khusus seperti pernikahan. Begitu pun jika ada yang sakit, kami akan langsung berkumpul. We have to be there for each other,” tandas Nia yang juga pernah menyutradarai film Ca Bau Kan ini.

KERJA BERSAMA KELUARGA 
Kedekatan tiga bersaudara ini tidak hanya terjalin dalam keluarga, mereka juga menjalin kerja sama yang baik dalam bidang pekerjaan. Ersa dan Nia terlibat bersama dalam salah satu proyek kampanye Kalyana Shira Foundation yang bertujuan untuk mendorong para suami untuk terjun bersama-sama dalam proses membesarkan anak. Sementara itu, Marcella juga beberapa kali pernah bekerja sama membuat talk show bersama dengan Nia Dinata di salah satu televisi lokal Tanah Air. Mereka pun berharap semoga satu saat mereka bisa terlibat dalam satu pekerjaan bersama. “Pasti akan menyenangkan bisa kerja bersama keluarga,” tandas Nia Dinata menutup percakapan siang itu.

TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO: VANESSA BERNADETTE (082114169440)
PENGARAH GAYA: BUNGBUNG MANGARAJA
PENATA RIAS: NITA JS (087883040818)
PENATA RAMBUT: IRA
BUSANA & AKSESORI: MAX MARA WEEKEND, BCBG MAXAZRIA, DIANE VON FURSTENBERG & ETRO
TAS : LOEWE
LOKASI: THE SULTAN HOTEL, JAKARTA

Baca Juga: