Article on HELLO! Indonesia, Edisi November 2014. Shafira Umm.

TERJUN KE DUNIA PEMBAWA ACARA
SHAFIRA UMM
INGIN MENJADI SOSOK YANG INSPIRATIF

Gadis berkulit eksotis berdarah Arab kelahiran Jakarta ini terjun ke dunia pembawa acara akibat dorongan sang ayah, sesaat sebelum ia memasuki bangku kuliah. Karier profesional Shafira sendiri dimulai pada tahun 2006 saat mengikuti ajang VJ Hunt yang diadakan oleh salah satu stasiun televisi swasta. Rasa penasarannya pun akhirnya membawa Shafira mencoba terjun di dunia layar lebar Tanah Air dengan membintangi film Cahaya Timur Beta Maluku awal tahun 2014 ini. Ditemui HELLO! Indonesia, Shafira Umm menceritakan mimpi terbesarnya yang bisa memberikan inspirasi bagi orang banyak di luar sana.
 
Awal karier Anda di dunia pembawa acara?
“Karier saya di dunia pembawa acara itu dimulai pada tahun 2006, saya mengikuti ajang VJ Hunt yang diadakan oleh salah satu stasiun televisi swasta. Walaupun tidak memenangkan kompetisi tersebut, saya terpilih menjadi finalis. Saat itu semua finalis diberi kesempatan untuk tetap terjun di dunia pembawa acara sebagai co-VJ dengan masa kontrak selama tiga bulan. Setelah kontrak selesai, berbagai tawaran berdatangan, mulai dari casting untuk menjadi pembawa acara televisi, bintang video klip hingga bintang iklan.”

Apakah menjadi pembawa acara memang cita- cita Anda sejak kecil?
“Bukan, keinginan menjadi pembawa acara itu muncul setelah saya menyelesaikan kursus pendek menjadi pembawa acara yang saya ambil setelah menyelesaikan pendidikan SMA di tahun 2002. Saat itu saya sedang dalam masa jeda menunggu perkuliahan dimulai. Sebenarnya ini adalah jasa ayah saya. Beliau menyarankan saya untuk mengambil kursus tersebut. Kursus berlangsung selama kurang- lebih satu tahun, mulai dari belajar di kelas hingga kunjungan ke stasiun-stasiun televisi. Itu awal saya mulai melirik dunia pembawa acara.”
 
Alasan utama akhirnya tertarik ke dunia pembawa acara?
“Menjadi pembawa acara itu sangat menyenangkan, satu hal yang paling pasti adalah banyak privilege yang bisa didapatkan di bidang ini. Selain itu juga, menjadi pembawa acara itu bagaikan menjadi jembatan bagi orang-orang untuk mendapatkan berbagai macam informasi. Saya bisa berbicara mengenai kesehatan tanpa harus menjadi dokter, membahas mengenai arsitektur tanpa harus menjadi arsitek. Sangat banyak informasi dan juga ilmu yang bisa saya dapatkan lewat profesi ini. Hal itu sangatlah menarik.”

Apa hambatan terbesar yang dirasakan sebagai pembawa acara? 
“Usia merupakan hambatan terbesar profesi ini di Indonesia. Sebagai pembawa acara, banyak mimpi yang masih ingin saya kejar, namun di Indonesia profesi ini memiliki batas waktunya. Menurut saya seharusnya tidak seperti itu. Jika kita melihat dunia pembawa acara di Amerika misalnya, semakin tua umur pembawa acara maka kepercayaan penonton kepada mutu acara tersebut semakin tinggi. Kita lihat contohnya Samantha Brown, Oprah Winfrey dan mendiang Joan Rivers. Sementara di sini terbalik, semakin muda malah dianggap lebih bisa dipercaya. Saya sangat berharap bahwa paradigma ini bisa berubah, mengingat pengalaman itu adalah satu hal yang tidak bisa dibeli.”
 
Apa cita-cita besar Anda di dunia pembawa acara?
“Saya terinspirasi oleh sosok Samantha Brown, sehingga cita-cita terbesar di dunia pembawa acara ini adalah bisa memiliki satu program TV sendiri, program jalan-jalan keliling dunia. Karena cara pandang hidup orang yang suka traveling itu berbeda. Mereka bisa memandang segala sesuatu dari berbagai sisi, tidak hanya satu sisi saja. Namun dalam acara tersebut saya ingin bisa memberikan sesuatu baik untuk masyarakat yang tempatnya dikunjungi. Tidak hanya sekadar jalan-jalan. Saya ingin bisa memberi inspirasi kepada orang banyak.”
 
Mengapa akhirnya juga terjun ke dunia film?“Bisa dikatakan, saya terjun ke dunia layar lebar ini secara tidak disengaja. Sekitar empat tahun lalu, saya sempat mewawancari Dwi Sasongko, salah satu sutradara andal tanah air. Kala itu saya masih menjadi co-host di acara Show Biz Metro TV. Dia pernah mengatakan ingin membuat satu proyek khusus, ternyata ya film Cahaya Timur Beta Maluku ini. Akhirnya saya ikut dalam proses audisi dan terlibat dalam film ini. Dunia film itu sangat menarik, banyak proses yang harus dilewati.”

Mana yang lebih disukai, dunia presenter atau film?
“Dua-duanya saya suka, tapi sampai saat ini prioritas masih ada di dunia pembawa acara. Mengingat saya juga memulai semuanya dari dunia ini. Walaupun dunia film memberikan sensasi sendiri, dunia presenter ini menawarkan banyak mimpi yang sangat ingin saya wujudkan.”

Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, November Edition
Rubrik: Starlet


No comments:

Post a Comment