Rumah Cahaya Elvara & Jay Subyakto, Bagian Sejarah Hidup Mereka Berdua
Article on HELLO! Indonesia, Edisi April 2015. Elvara & Jay Subyakto
RUMAH CAHAYA
RUMAH CAHAYA
ELVARA & JAY SUBYAKTO
BAGIAN SEJARAH HIDUP MEREKA BERDUA
BAGIAN SEJARAH HIDUP MEREKA BERDUA
Menyambangi rumah perancang busana Elvara serta sang suami yang merupakan salah satu seniman terbaik negeri, Jay Subyakto, HELLO! Indonesia dikejutkan oleh udara pegunungan yang seketika menerpa saat pintu gerbang town house tempat rumah mereka berada dibuka. Meski berlokasi di kawasan timur Jakarta dan tidak jauh dari pusat kota, hawa sejuk yang melingkupi rumah itu seakan-akan membawa kita ke daerah Puncak. Kepada HELLO! Indonesia, Elvara Subyakto menuturkan kisah rumah cahaya nan asri ini.
CINTA PADA PANDANGAN PERTAMA
Sebuah bangunan berwarna abu-abu yang didominasi oleh warna hijau dari tumbuhan merambat yang tampak menjulur subur di sekitar rumah serta dinding kaca besar tampak menyambut kedatangan HELLO! Indonesia kali ini. Lukisan besar karya Eko Nugroho tampak menjaga lorong menuju pintu masuk rumah. Unsur baja dan kayu pun muncul menjadi dua unsur utama yang digunakan dalam rumah yang memiliki luas 450 meter persegi ini. Sang pemilik mengatakan bahwa ia dan keluarga memang belum begitu lama menghuni rumah tersebut, namun ia sudah jatuh cinta kepada rumah ini sejak pandangan pertama.
Sebuah bangunan berwarna abu-abu yang didominasi oleh warna hijau dari tumbuhan merambat yang tampak menjulur subur di sekitar rumah serta dinding kaca besar tampak menyambut kedatangan HELLO! Indonesia kali ini. Lukisan besar karya Eko Nugroho tampak menjaga lorong menuju pintu masuk rumah. Unsur baja dan kayu pun muncul menjadi dua unsur utama yang digunakan dalam rumah yang memiliki luas 450 meter persegi ini. Sang pemilik mengatakan bahwa ia dan keluarga memang belum begitu lama menghuni rumah tersebut, namun ia sudah jatuh cinta kepada rumah ini sejak pandangan pertama.
“Awalnya saya mengetahui tentang keberadaan proyek Tanah Teduh ini dari salah satu teman saya Yori Antar, seorang arsitek. Yori mengatakan bahwa sang pengembang, Ronald Akili sedang mengerjakan satu proyek town house unik, berbeda dari town house kebanyakan,” tutur Elvara membuka perbincangan sore itu. “Ternyata perbedaannya itu karena setiap rumah yang dibangun akan dikerjakan oleh arsitek yang berbeda, di antaranya yang saya tahu adalah Yori Antara, Adi Purnomo, Andra Matin, dan Antony Liu,” lanjutnya lagi.
Turut diundang dalam peluncuran proyek town house ini, Elvara sempat merasa kecewa karena ternyata sang pengembang belum akan menjual rumah-rumah di dalam kompleks Tanah Teduh ini. “Tetapi ketika tiba-tiba saya diberitahu bahwa rumah-rumah di Tanah Teduh akan segera dipasarkan, saya langsung membeli rumah ini, maklum saja saya sudah benar-benar jatuh cinta pada rumah ini sejak pertama kali melihatnya,” tuturnya lagi sambil tersenyum.
LIGHT & LIGHT HOUSE
Pilar-pilar tinggi berwarna abu-abu, tangga metal dan juga dinding kayu berpadu apik dengan kolam kecil yang menghiasi sekeliling rumah yang diberi nama L&L House ini, kependekan dari Light & Light House. “Dinamakan Light & Light House karena rumah ini banyak disinari oleh cahaya alami dari alam. Kaca-kacanya juga besar, banyak ruang terbuka di atasnya dan juga ceiling yang tinggi. Rumah ini memang lain dari yang lain,” lanjut perempuan yang pernah mengenyam pendidikan di bidang fashion di London ini.
“Rumah ini saya beli dalam kondisi bangunan jadi, namun interior di dalam masih kosong. Akhirnya saya dan Mas Jay pun turun tangan sendiri untuk memilih perabotan yang akan mengisi dan juga menghiasi rumah kami. Mas Jay mendesain beberapa rak yang ada di dalam rumah, ada juga perabot yang saya pesan langsung dari Inggris,” jelas Elvara menambahkan. “Beberapa perabot juga kami beli di Jakarta, yaitu di Designclopedia. Kebetulan saya dan Mas Jay suka sekali dengan barang-barang yang dimiliki oleh mereka. Selebihnya hiasan di rumah ini adalah lukisan-lukisan, baik milik kami atau pun warisan dari ayah Mas Jay, beberapa benda seni hasil karya Mas Jay, barang-barang vintage, dan beberapa barang koleksi kami yang kami bawa dari rumah lama,” jelasnya.
SEJARAH DALAM RUMAH
Memiliki suami seorang pelaku seni membuat Elvara belajar banyak tentang arti pentingnya sejarah, ia mengaku bahwa Jay selalu menekankan pentingnya sisi sejarah dalam rumah. “Meskipun rumah itu adalah rumah baru, tetap harus ada sentuhan sejarahnya. Mengingat rumah itu adalah bagian dari diri kita, jadi kita harus selalu menyertakan unsur-unsur yang sudah pernah kita lewati sebelumnya. Bagi kami, sejarah itu tercermin dari barang-barang seperti lukisan yang sudah ada sejak saya dan Mas Jay kecil, benda seni yang pernah dipamerkan oleh Mas Jay, buku-buku yang merupakan kombinasi antara buku fashion milik saya dan buku film serta musik milik Mas Jay,” ungkap Elvara sambil sesekali mengajak bercanda sang putri, Kaja Anjali Subyakto yang belum lama pulang dari sekolahnya.
Melihat ke sekeliling rumah, hanya satu foto yang dipajang di rumah ini, “Memang tidak terlalu banyak foto yang dipajang di rumah ini, karena kami tidak ingin rumah seperti rumah orang kebanyakan. Karena menurut saya, terlalu banyak foto malah bisa merusak estetika rumahnya.
Lagi pula dari dulu kami memang tidak pernah mengekspresikan sesuatu melalui foto, tetapi lebih memilih pernyataan diri lewat lukisan atau buku,” tuturnya lagi. Elvara juga mengaku bahwa ia dan suami memiliki kegemaran berburu benda-benda antik, hal ini terlihat dari banyaknya benda antik yang tersebar di sekitar rumah, mulai dari berbagai hiasan gantung kuningan yang berasal dari India yang menghiasi meja makan dan juga gantora dari Bali yang diletakkan di meja halaman belakang rumah. “Kami memang lebih memilih barang antik dibanding yang baru, karena takutnya terlalu sama desainnya dengan rumah orang lain. Hal ini membuat kami sering berburu benda- benda antik saat kami berada di luar kota atau pun luar negeri. Seperti misalnya jika kebetulan kami berada di Inggris, kami akan singgah ke Portobello, atau jika sedang mampir ke Solo kami mendatangi Pasar Antik Triwindu. Tempat yang terkenal dengan barang antiknya, rata-rata sudah kami kunjungi,” papar Elvara. “Tetapi meski kami menggemari barang antik, benda yang kami pilih selalu berhubungan dengan desain dan elemen utama rumah ini. Itu juga alasan kami tidak menyewa jasa desainer interior. Karena menurut kami, kami adalah orang yang lebih memahami rumah ini,” tuturnya lagi.
Berbicara tentang arti sebuah rumah, Elvara mengatakan bahwa baginya dan suami, rumah adalah gambaran jiwa. “Sebuah rumah bukanlah sebuah tempat, buatlah rumah ada di dalam jiwa dan pikiran kita, sehingga seluruh kenangan, cinta dan pembelajaran ada juga di dalamnya. Dengan demikian rumah akan selalu hadir kemana pun kita melangkah,” papar perempuan yang memulai kariernya di bidang seni pada tahun 1990.
LINI FASHION DAN PERSIAPAN KONSER
Selain sibuk dengan kesehariannya mengurus rumah dan juga beryoga, Elvara Subyakto masih tetap disibukkan dengan kegiatan lainnya seperti mendesain baju yang merupakan label fashion miliknya sendiri, label Tiga. “Proyek ini kebetulan saya mulai dengan kedua saudara perempuan saya. Kami memasok hasil desain kami ke Alun-Alun Indonesia (salah satu department store di Jakarta- red),” ungkapnya. “Semua proses saya lakukan sendiri, mulai dari proses sketsa desain awal, pemilihan motif dan juga warna. Kebetulan juga kami memiliki workshop sendiri di bilangan Iskandarsyah,” paparnya.
“Sementara Mas Jay jauh lebih sibuk daripada saya. Mas Jay sedang mempersiapkan pertunjukan Teater Gandari bersama Gunawan Mohammad. Gunawan berperan sebagai penulisnya, sementara Mas Jay sebagai sutradara dan sutradara kreatif. Ia juga sedang mempersiapkan sebuah konser,” tutur Elvara sambil menutup percakapannya dengan HELLO! Indonesia sore itu.
TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO: GANANG ARFIARDI
FOTO: GANANG ARFIARDI
PENGARAH GAYA: LISTYA DIAH
PENATA RIAS: NITA JS (087883040818)
Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, April 2015 Edition
Rubrik: Home Swet Home
No comments:
Post a Comment