Arungi Tiga Dekade Ruth Sahanaya Ingin Bisa Terus Berkarya
Article on HELLO! Indonesia, Edisi September 2015. Ruth Sahanaya
ARUNGI TIGA DEKADE RUTH SAHANAYA
INGIN TERUS BISA BERKARYA
ARUNGI TIGA DEKADE RUTH SAHANAYA
INGIN TERUS BISA BERKARYA
Memulai karier bernyanyi pada tahun 1987, album pertamanya yang berjudul Seputih Kasih langsung sukses meledak di pasaran. Dengan suara khasnya, perempuan bertubuh mungil ini kian kokoh memantapkan posisinya sebagai diva dengan lagu yang berjudul Kaulah Segalanya. Melewati hampir tiga dekade, ia menyimpan impian untuk tetap bisa bermusik hingga usia senja.
Wajah Ruth Sahanaya (49) tampak berseri-seri saat HELLO! Indonesia meminta dirinya bercerita tentang perkenalannya pada dunia tarik suara. Sosok sang ayah diakuinya adalah orang yang mendorongnya untuk terjun ke dunia tarik suara. Berangkat dari menyanyi di paduan suara gereja, Uthe, begitulah Ruth Sahanaya biasa dipanggil, akhirnya membulatkan tekad untuk serius menjalani karier bermusiknya.
MENGUASAI FESTIVAL MUSIK DUNIA
Anak ketiga dari empat bersaudara buah hati pasangan Alfares Edward Sahanaya dan Matheda David ini mengaku pertama kali mengikuti festival musik saat dirinya duduk di bangku kelas enam Sekolah Dasar St. Paulus III Bandung. Kala itu Uthe mewakili sekolahnya dalam festival lagu rohani anak-anak. Menginjakkan kaki di jenjang pendidikan menengah pertama, Ruth Sahanaya tumbuh menjadi sosok yang pemalu dan kurang percaya diri, namun bakat besar yang dimiliki oleh perempuan kelahiran Bandung, 1 September 1966 ini tidak menghambat teman-temannya untuk diam saja. “Jadi mereka diam- diam mendaftarkan saya dalam satu festival musik di Bandung. Alhasil mau tidak mau saya harus ikut dalam festival musik tersebut,” tutur Uthe tersenyum. “Puji Tuhan ternyata saya bisa memenangkan festival tersebut, saya bahkan terus ikut hingga ke tingkat Kotamadya Bandung, saya lolos hingga babak final,” tambahnya. Uthe pun berhasil menyabet juara pertama kompetisi Pop Singer Bandung Raya di tahun 1983.
Petualangan Uthe di dunia festival tidak berhenti sampai di situ. Ia berhasil menyabet juara satu kompetisi Bintang Radio dan Televisi Jawa Barat di tahun yang sama. Menyadari bakat besar yang dimilikinya Uthe pun mulai serius terjun ke dunia tarik suara. Pada tahun 1985, bersama Yovie Widianto. perempuan berdarah Ambon ini berpartisipasi dalam acara Light Music Contest yang diselenggarakan oleh Yamaha. “Saat itu, acara tersebut adalah kontes musik yang paling bergengsi. Jurinya terdiri tokoh-tokoh musik senior Indonesia, salah satunya adalah Ahmad Albar,” kenangnya. “Saya berhasil meraih predikat The Best Vocalist dalam festival itu,” lanjutnya. Ia juga berhasil menyabet gelar sebagai The Best Artist /Performance Mitsubishi AV Special di Jakarta Music Festival pada tahun 1991.
Tidak hanya menjadi primadona festival-festival musik tingkat nasional, Ruth Sahanaya juga berhasil menguasai beragam festival musik dunia. Di tahun 1992, ia berhasil mendapatkan Grand Prix Winner dalam Midnight Sun Song Festival di Lathi, Finlandia. Sementara itu di Belanda, Uthe mendapatkan juara pertama City of The Hague Award dan juara kedua di festival The Holland Casino Scheveningen.
PERTEMUAN DENGAN AMINOTO KOSIM
Kabar tentang kemerduan suara Ruth Sahanaya pun sampai pula ke telinga Aminoto Kosim, salah satu pencipta lagu legendaris di Indonesia. Selesai menuntaskan pendidikannya di Berkeley College of Music, Boston, Amerika Serikat, ia pun mencari Uthe. “Aminoto Kosim datang ke tempat saya kuliah saat itu di LPK St. Angela Bandung. Dia bilang kalau dirinya tertarik dengan warna suara saya. Menurutnya, suara saya akan cocok dengan lagu yang dia ciptakan. Akhirnya saya bersama dengan Aminoto Kosim melakukan proses rekaman lagu ciptaannya,” jelas perempuan yang telah menjadi ibu bagi dua orang putri cantik bernama Nadine Emanuella Waworuntu dan Amabel Odelia Waworuntu.
Bagai mendapat durian runtuh, mungkin itu adalah peribahasa yang bisa menggambarkan kondisi yang dialami Ruth Sahanaya saat itu. Di tengah proses rekaman dengan Aminoto, seorang produser dari Aquarius datang kepada mereka. “Saat itu Aquarius adalah label musik yang hanya memproduksi lagu-lagu Barat saja. Mereka belum pernah memproduksi lagu-lagu Indonesia,” cerita Uthe. “Tampaknya nasib baik memang sedang menghampiri saya saat itu, pihak Aquarius akhirnya meminta saya untuk rekaman di bawah label mereka. Saya pun menjadi artis Indonesia pertama bagi Aquarius,” tuturnya bersemangat.
Album pertama Ruth Sahanaya langsung meledak di pasaran dengan hits lagu andalan Astaga dan Memori. “Kala itu bisa dibilang saya adalah penyanyi yang mendobrak sistem. Karena album pertama saya langsung ditangani oleh beberapa pencipta lagu hebat,” lanjut Uthe. “Dulu itu, biasanya satu penyanyi hanya akan dipegang oleh seorang pencipta lagu saja. Namun berbeda bagi saya,” tandasnya.
Album pertama Ruth Sahanaya langsung meledak di pasaran dengan hits lagu andalan Astaga dan Memori. “Kala itu bisa dibilang saya adalah penyanyi yang mendobrak sistem. Karena album pertama saya langsung ditangani oleh beberapa pencipta lagu hebat,” lanjut Uthe. “Dulu itu, biasanya satu penyanyi hanya akan dipegang oleh seorang pencipta lagu saja. Namun berbeda bagi saya,” tandasnya.
Tidak hanya dicintai oleh penggemarnya, Ruth Sahanaya juga memiliki tempat tersendiri di hati wartawan. Saat musik pop Indonesia didominasi oleh nuansa musik yang berirama pelan dengan lirik lagu sedih, ia muncul dengan nuansa musik dan lirik yang lebih ceria. “Wartawan memberi istilah baru bagi album saya kala itu. Mereka bilang, album saya itu album pop kreatif. Walaupun menurut saya yang lain juga sama-sama kreatif, kan ya!” kenangnya sambil tertawa kecil.
Belasan album telah dihasilkan oleh perempuan cantik yang juga tergabung dalam grup bernama 3 Diva ini. Belum lagi puluhan lagunya yang menjadi hits dan tetap abadi hingga sekarang. Uthe mengaku bahwa dirinya selalu memperhatikan irama musik yang ada di dalam albumnya. Ia selalu berusaha untuk bisa memadukan berbagai irama musik, mulai dari musik berirama lembut hingga musik yang berirama enerjik. Tidak ada yang berubah dari dirinya, Ruth Sahanaya merupakan salah satu penyanyi Indonesia yang konsisten dengan konsep dan warna musik yang dibawakannya. “Bagi saya dalam satu album itu tidak bisa terdiri dari satu nuansa musik saja. Kalau diperhatikan nuansa musik album saya pasti beragam. Itu adalah benang merah yang ada di setiap album saya. Yang berubah mungkin hanya teknik dan gaya bernyanyi saja. Kini, gaya saya menjadi lebih mature,” tuturnya lagi.
Tidak ada orang yang bisa sukses tanpa bantuan orang lain. Hal itu juga yang dirasakan dalam kariernya. Uthe mengatakan ia berhasil mencapai di posisi sekarang karena kontribusi dari berbagai pihak, mulai dari kedua orangtua dan juga kedua orang saudara perempuannya. Beberapa nama besar di Tanah Air juga memegang peranan yang penting dalam karier Uthe. Sebut saja nama Raymond Pattirane, James F Sundah, Elfa Secoria (Alm.), Chris Pattikawa, Candra Darusman dan Erwin Gutawa. “Tapi saya rasa saya harus sangat berterimakasih kepada Aminoto Kosim. Saya bisa berada di posisi sekarang ini benar-benar berkat jasa beliau,” kenang Uthe tersenyum.
Perempuan berbintang Virgo ini juga menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada para manajernya, Joshua Pattipeilohy, Hendar Waskito, dan Jeffrey Waworuntu. “Jeffrey, suami saya yang juga menjadi manajer bagi saya selama lebih dari 15 tahun terakhir ini. Saya juga sangat menghargai keputusannya untuk menerima tawaran menjadi manajer, padahal di saat yang sama Jeffrey sedang duduk sebagai direktur di perusahaan tempatnya dulu bekerja,” jelas Uthe.
MUSIK INDONESIA DIPERHITUNGKAN
Berbicara tentang tanggapan sang diva terhadap kondisi dunia musik Indonesia saat ini dirinya mengatakan bahwa dari dulu hingga sekarang musik Indonesia merupakan salah satu musik yang sangat diperhitungkan karena originalitasnya. “Di Asia, Indonesia itu selalu menjadi tantangan tersendiri bagi negara-negara tetangganya. Memang kalau dari segi referensi musik, kiblat bermusik Indonesia itu lebih ke Amerika tetapi Indonesia itu kaya sekali akan warna musik. Belum lagi dengan kondisi negara kita yang membuat setiap daerah mempunyai jenis musik yang berbeda-beda,” papar Uthe serius.
“Menurut saya, musik Indonesia sekarang itu sudah sangat mendunia. Karena dengan perkembangan teknologi yang luar biasa, dan juga aliran informasi yang luar biasa membuat Indonesia menjadi satu negara yang sangat kreatif. Itu juga yang membuat saya bersyukur sekali dengan Indonesia. Musik Indonesia sudah sejajar dengan musik-musik dunia ,” tutur Uthe sambil tersenyum.
UTHE DAN KELUARGA
Tidak hanya sukses dalam musik, Ruth Sahanaya juga sukses membangun keluarga dengan Jeffrey Waworuntu, seorang mantan aktor, peragawan dan juga pembawa acara, yang kini aktif menjadi manajernya. Dari pernikahan tersebut, Uthe dikaruniai dua orang anak perempuan yang kini sudah menginjak usia remaja. Mereka pun mulai menunjukkan ketertarikan untuk terjun ke dunia tarik suara. “Saya tidak pernah memaksakan mereka terjun ke dunia tarik suara. Saya tidak pernah memaksa apa pun kepada mereka. Tapi rasanya darah seni yang mengalir di tubuh mereka cukup kuat, sehingga tidak heran jika mereka ingin mengikuti jejak saya,” cerita Uthe lagi.
“Dulu ada masanya saya sedih, karena saat masih kecil keduanya seperti tidak menunjukkan ketertarikan untuk menyanyi. Tapi ya sudahlah mungkin memang bukan jalan yang mereka inginkan. Sampai satu ketika, Mabel, putri kedua saya meminta ikut dalam satu variety show menyanyi. Itu cukup mengagetkan saya,” lanjutnya. “Lalu Nadine juga meminta hal yang sama. Nah, sejak itu banyak yang tahu bahwa Nadine bisa menyanyi. Nadine juga beberapa kali pernah menyanyi bersama saya di panggung,” tuturnya lebih lanjut.
Sementara itu, mengenai hubungannya sebagai penyanyi dengan sang suami yang juga menjadi manajernya, perempuan penerima penghargaan The Best Selling Indonesian Album di acara Anugrah Industri Muzik, Malaysia untuk album Kasih pada tahun 1999 ini mengakui lima tahun pertama menjadi saat yang tersulit bagi mereka. “Kami masih sulit membedakan antara pekerjaan dan keluarga, sehingga saat terjadi clash dalam rumah tangga imbasnya ke pekerjaan,” kenangnya sambil tertawa.
Menikah sejak tahun 1994, Uthe mengatakan bahwa ia memiliki trik tersendiri dalam menjaga keharmonisan rumah tangganya dengan suami. “Sejak awal kami menikah, kami langsung memanggil satu sama lain dengan sebutan mama dan papa. Bagi saya nama panggilan tersebut sangatlah penting. Itu juga yang membuat saya merasa memiliki ikatan khusus dan berbeda dengan dirinya,” ceritanya lagi. “Kemesraan kami saling memanggil mama dan papa di mana pun kami berada akhirnya diikuti oleh teman-teman kami saat memanggil kami. Itu juga awal mula akhirnya saya pun akrab dipanggil Mama Uthe, sementara Jeffrey dipanggil Papa Jeff,” lanjutnya.
MIMPI UNTUK TERUS BERKARYA
Sudah 30 tahun Ruth Sahanaya ikut mewarnai dan juga menghiasi dunia musik Tanah Air. Memasuki usia setengah abad sosok perempuan yang juga berdarah Sangir ini merasa sangat bersyukur dengan segala yang diberikan oleh Tuhan padanya hingga saat ini. “Walaupun sudah tidak sesibuk dulu namun saya sangat bersyukur masih bisa dipercaya untuk tampil diberbagai acara,” ujarnya sembari tersenyum simpul.
Ditanya mengenai mimpi yang masih ingin dikejar olehnya dalam berkarier, perempuan yang pernah menjadi vokalis tamu dalam konser Mario Frangoulis di Herrod Atticus, Acropolis, Athena, Yunani pada tahun 2002 silam ini mengakui bahwa ia bukan termasuk orang yang ngoyo untuk mengejar sesuatu. “Saya santai dalam menjalani kehidupan ini maupun karier saya bermusik. Saya memang bukanlah sosok yang ambisius,” tuturnya.
“Namun yang sedikit berbeda tahun ini adalah saya baru saja menerbitkan buku biografi tentang diri saya yang ditulis oleh Tamara Geraldine. Awalnya saya sempat bertanya-tanya pada diri sendiri. Apa yang bisa ditulis dari hidup saya ini? Menurut saya kehidupan saya biasa saja, tidak ada sensasi apa pun,” lanjutnya.
“Namun kalau ditanya tentang mimpi, jika Tuhan izinkan saya ingin Tuhan bisa terus menjaga suara saya, sehingga saya bisa terus menyanyi dan juga berkarya hingga tua,” tambah Uthe. “Tahun ini adalah tahun ke-30 saya berkarya, setelah buku akan ada album yang saya rilis. Dan kalau memang Tuhan mengizinkan, saya ingin sekali bisa menutup tahun ini dengan satu konser tunggal saya. Itu juga salah satu doa saya tahun ini,” tutur Uthe menutup perbincangan dengan HELLO! Indonesia.
TEKS: SYAHRINA PAHLEVI
FOTO: NICKY GUNAWAN (087885322924)
PENGARAH GAYA: BUNGBUNG MANGARAJA
PENGARAH GAYA: BUNGBUNG MANGARAJA
PENATA RIAS: AMRISI
BUSANA: ANDREAS ODANG
LOKASI: SOPHIE AUTHENTIQUE, KEMANG
Sumber: Majalah HELLO! Indonesia, September 2015 Edition
Rubrik: Celeb News
Baca Juga:
No comments:
Post a Comment