Ellen Widodo: Kuliah Seni Rupa, Sukses Berkarir Jadi Marketing Industri Kuliner

Article on Qerja.com, Star Leader. Ellen Widodo
Ellen Widodo:
Kuliah Seni Rupa, Sukses Berkarir Jadi Marketing Industri Kuliner

by Syahrina Pahlevi



Pernahkah Anda menyesali bidang kuliah yang Anda ambil ternyata tidak sesuai dengan pekerjaan yang Anda tekuni sekarang? Atau mungkin Anda merasa masa perkuliahan terbuang sia-sia karena ilmu di bangku kuliah tidak bisa Anda terapkan di dunia profesional. Hal ini tidak berlaku bagi seorang Ellen Widodo, wanita yang merupakan GM Marketing & PR Boga Group yang membawahi beberapa restoran ternama seperti Bakerzin, Pepper Lunch, Shaburi, Paradise Dynasty, dan sebagainya.

Kepada Qerja, wanita yang menyelesaikan pendidikan tingginya di Fakultas Seni Rupa dan Desain ini pun bertutur tentang serunya terjun ke dunia marketing Food and Beverages di Tanah Air.

Di mana Anda lahir dan besar?
Saya lahir di Solo, 6 Mei 1980. Lahir di Solo, besar di Solo, tetapi kuliah di Jakarta.


Apakah ada hal yang senang Anda lakukan sejak masih kecil dan masih dilakukan hingga sekarang?
Ada. Dari kecil itu saya senang sekali nyoret-nyoret, kalau anak-anak sekarang menyebutnya doodling. Jadi dulu orangtua saya membuka toko, dan kalau ada buku di toko selalu saya doodling bagian depannya. Dan hobi gambar dari kecil itu masih terus terbawa hingga sekarang. Mungkin itu juga alasan saat kuliah saya mengambil jurusan desain grafis. Karena saya senang menggambar.


Bagaimana Anda memulai hari?

Setiap hari biasanya kalau bangun tidur saya langsung sarapan dulu, menunya yang mudah-mudah saja, setelah itu saya minum kopi. Selesai minum kopi biasanya saya suka baca-baca berita sebentar melalui tablet saya. Selesai membaca berita baru saya lanjutkan mandi kemudian berangkat ke Kantor.


Bagaimana Anda menghabiskan akhir pekan?

Karena memang setiap hari itu saya kerjanya sudah mall to mall, jadi kalau akhir pekan itu biasanya memang lebih banyak di rumah. Kadang saya movie marathon, atau pergi ke rumah orangtua saya. Yang pasti tidak ke mall.


Apa yang kerap Anda lakukan setelah seharian lelah bekerja?

Paling kalau malam biasanya saya nonton film di televisi kabel, atau ngobrol dengan teman-teman.


Kegiatan Anda di luar kantor?


Saya lebih ke olahraga, biasanya saya ke studio untuk TRX. Dan enaknya menjadi seorang marketing itu salah satunya saya masih bisa menyisihkan waktu saya untuk olahraga. Jadi saya kerja dari pagi hingga sore, lalu di sore hari saya masih bisa berolahraga.


Apakah ada topik permasalahan di masyarakat yang sedang menjadi perhatian Anda sekarang?

Terakhir sih saya sedang mengikuti isu terkait mata uang yuan milik Cina yang baru saja disetujui sebagai salah satu mata uang internasional, sejajar dengan dolar. Saya masih mengira-kira apakah efek yang sebenarnya. Apakah saya juga harus mulai menabung yuan atau hal tersebut hanya sekadar membuat nilai tukar dolar menjadi lebih stabil.


Di mana Anda kuliah?

Di Universitas Tarumanegara, Jakarta jurusan Seni Rupa dan Desain.


Apakah pelajaran yang Anda terima di bangku kuliah memiliki peran dalam bidang pekerjaan yang Anda jalankan sekarang?

Sebetulnya iya juga, karena pada saat kuliah kan memang diajari berbagai hal, jadi kebentuk juga taste saya terkait desain dan juga hal-hal lain. Saya bisa melihat, oh ini kurang di sini, oh ini ada yang perlu ditambahkan. Karena di dalam marketing ada juga bagian desainnya. Saya harus mengerti desain ini bagus atau tidak, layak tayang atau tidak, sesuai atau tidak dengan brandnya. Jadi memang benar-benar terpakai.


Boleh cerita tentang pengalaman pertama kali Anda bekerja?

Pekerjaan pertama saya itu sebagai seorang Account Executive di sebuah Advertising Agency. Saat itu saya baru tahu bahwa menjadi seorang AE itu akan membuat Anda bertemu dengan banyak orang baru, bertemu dengan berbagai jenis klien. Lalu karena dasar pendidikan saya yaitu seni rupa dan desain maka setelah saya pulang menerima brief dari klien terima, saya bisa dengan baik men-translate kemauan klien ke bagian desain. Itu pekerjaan pertama saya.


Setelah itu?

Saya sempat juga menjadi seorang Marketing untuk bidang retail fashion, yaitu untuk brand fashion Oakley di tahun 2005. Bidang retail yang satu ini kebetulan segmented sekali dan sangat olahraga sekali. Dulu kerjaan saya lebih seperti menjadi EO, mengadakan berbagai macam acara untuk olahraga-olahraga ekstrem seperti mountain bike, cross motorbike.

Dunia marketing itu kan termasuk luas dan general, jadi saya bisa mengarahakan ke mana passion yang saya miliki. Selesai dari fashion, saya kemudian mendapat kesempatan bekerja di Harvest Cake. Sangat berbeda sekali dunianya, dari fashion ke FnB. Biasanya saya ngurusin artis, mengadakan fashion show, tiba-tiba ngurusin kue. Tapi saat di Harvest juga saya lumayan banyak belajar, karena di sana juga ada training di bagian dapur. Saya belajar, oh ternyata bikin kue itu seperti ini, ya. Dari yang awalnya tidak bisa memasak sama sekali sampai akhirnya merasa, wah seru juga ya proses pembuatan kue. Berapa komposisi yang harus dibuat untuk menjadikan satu kue menjadi enak, itu diajarkan semua di sana.

Menariknya lagi di dunia marketing FnB kami kerap berbincang dan bertukar pendapat mengenai apa yang sedang trend di dunia FnB sekarang dan apa yang harus kami lakukan. Misalanya sedang trend kue Red Velvet, nah kami mencoba membuat kue Red Velvet tapi berbeda dengan jenis yang sudah banyak di pasaran, dengan menggunakan pewarna dari buah bit misalnya.

Setelah dari Harvest, kesempatan saya terjun di dunia marketing FnB terbuka di Bakerzin. Masih di dunia yang sama mengurusi kue, tetapi dengan target yang berbeda. Kalau dulu mayoritas yang saya urus tentang take away cake, sementara di Bakerzin lebih kepada dining in.

Nah, di sini saya mulai belajar lagi berbagai hal baru yang jauh lebih kompleks, terlebih mengenai kepuasan pelanggan. Bagaimana saya bisa membuat para pelanggan merasa happy sejak mereka masuk ke dalam restoran hingga keluar dari restoran.


Pernah mencoba retail marketing fashion brand, lalu lanjut terjun di dnuia marketing FnB, apa titik baliknya sehingga Anda akhirnya memilih untuk terjun di dunia marketing FnB?

Waktu dulu itu awalnya saya pindah dari fashion retail ke FnB karena ada pergeseran trend ke dunia FnB. Mulai banyak muncul berbagai restoran baru, orang-orang sudah jauh lebih appreciate terhadap makanan. Dunia yang satu ini menjadi lebih hits dan terus berkembang hingga ke sini. Ternyata seiring waktu berjalan saya menemukan fakta bahwa saya sendiri jauh merasa lebih nyaman dan menikmati di dunia FnB. Lebih senang mengurusi makanan.


Latar belakang pendidikan Anda adalah seni rupa dan desain, bagaimana ceritanya Anda bisa masuk di dunia marketing?

Jadi dulu, waktu saya masih kuliah beberapa kali saya pernah menjadi seorang freelance designer, membuatkan berbagai macam desain untuk orang. Nah waktu itu juga saya bertemu dengan berbagai jenis klien, ada yang maunya begini, maunya begitu, tapi kok semakin sering bertemu klien malah membuat saya merasa saya ini hanya sekadar mesin desain yang tugasnya menerjemahkan apa yang mereka mau tanpa saya punya kesempatan untuk mengembangkan kreativitas saya. Idealisme saya sebagai orang seni tersenggol di sini, saya tidak mau hanya sekadar menjadi mesin pencetak desain.

Titik baliknya itu saat saya menerima pekerjaan pertama saya menjadi seorang AE, yang ternyata menyenangkan buat saya. Saya bertemu dengan berbagai macam orang, bisa networking dengan media, dan saya pun merasa wah sepertinya ini memang dunia saya. Saya bukan orang yang suka terlalu lama di belakang meja dan hanya sekadar menerima arahan saja.

Itu awalnya, setelah itu semuanya mengalir begitu saja. Orang-orang juga lebih melihat peran saya di dunia marketing ketimbang dunia desain. Kebetulan juga portofolio saya lebih banyak sebagai marketing dibanding desainer, itu juga alasan kenapa ke sininya karir saya semakin marketing sekali.

Bagi saya marketing ini adalah dunia yang sangat luas sekali. Banyak hal yang bisa saya pelajari di dunia ini. Belum lagi perubahan di dunia marketing ini terbilang banyak sekali. Beda tahun, bisa jadi beda trend, bahkan beda era yang terjadi di dalam dunia marketing.


Link on Qerja.com


Baca Juga:

Letkol Gogor Aditya Tentang Karir Militer: "Kalau Dari Awal Sudah Tidak Tangguh, Minggir Saja" Letkol Gogor Aditya: Perjuangan Mengejar Cita-Cita Jadi Tentara Tanpa Restu Orangtua

No comments:

Post a Comment